Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Apakah kamu sering merasa ingin buang air besar segera setelah makan? Ini merupakan hal normal bagi banyak orang dan merupakan bagian dari apa yang disebut refleks gastrokolik.
Refleks gastrokolik terjadi saat otot, saraf, dan hormon pencernaan membantu memindahkan makanan melalui saluran pencernaan. Jika kamu buang air besar secara teratur setelah setiap kali makan, dan tinja tampak normal bagimu serta tidak memiliki gejala lain, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Berikut ini kita akan menyelami lebih dalam seputar refleks gastrokolik.
1. Apa itu refleks gastrokolik?
Saat kamu merasa ingin buang air besar, saat itulah refleks gastrokolik sedang bekerja. Refleks gastrokolik membantu sistem pencernaan yang sehat untuk mengosongkan usus dari tinja.
Hal ini memberi ruang bagi makanan berikutnya yang kamu makan. Refleks gastrokolik paling umum dirasakan tepat setelah sarapan, tetapi kamu dapat merasakannya setelah makan apa pun.
2. Penyebab refleks gastrokolik yang terlalu aktif
ilustrasi laki-laki ingin buang air besar (freepik.com/cookie_studio) Tidak diketahui dengan jelas penyebab refleks gastrokolik yang terlalu aktif. Namun, pada orang dengan sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS), kemungkinan refleks gastrokolik disebabkan oleh kadar hormon dan neuropeptida yang tidak normal yang bertanggung jawab untuk mengatur motilitas sistem pencernaan.
Perubahan dalam mikrobioma usus dapat menyebabkan perubahan dalam motilitas usus besar dan mengakibatkan gejala.
Refleks gastrokolik yang terlalu aktif berkaitan dengan masalah pencernaan berikut:
- IBS: Gangguan gastrointestinal fungsional dengan gejala termasuk sembelit dan/atau diare.
- Sindrom dumping: Kondisi ketika makanan bergerak terlalu cepat dari lambung ke usus halus, terutama pada orang yang telah menjalani operasi bariatrik.
- Penyakit radang usus: Kondisi yang ditandai peradangan kronis pada saluran pencernaan bagian bawah.
Faktor tambahan yang dapat meningkatkan respons refleks gastrokolik, meliputi:
- Makan makanan besar, terutama jika makanan tersebut tinggi lemak.
- Minum minuman dingin dalam jumlah banyak sekaligus.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa .
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol yang dapat difermentasi (FODMAP).
Baca Juga: 6 Manfaat dan Pose Yoga untuk Kesehatan Pencernaan
3. Mengelola gejala refleks gastrokolik yang terlalu aktif
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan dapat membantu mengatasi kondisi yang menyebabkan refleks gastrokolik terlalu aktif. Kamu dapat meringankan atau menghindari gejala dengan melakukan hal berikut:
- Makan makanan dalam porsi kecil beberapa kali sehari alih-alih tiga kali makan besar.
- Minum minuman dingin secara pelan-pelan daripada menenggaknya cepat. Minum suplemen probiotik atau makan makanan kaya probiotik, seperti acar, kimchi, asinan kubis, kombucha, atau yogurt untuk membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus.
- Gunakan minyak pepermin sebelum makan atau minum teh pepermin setelah makan.
- Kelola stres dengan yoga, latihan pernapasan, imajinasi terbimbing, dan meditasi.
4. Makanan apa yang harus dihindari orang dengan refleks gastrokolik yang terlalu aktif
ilustrasi makanan tinggi lemak (pixabay.com/Lachezar Chokoev) Kamu tidak perlu mengubah pola makan jika secara alami memiliki refleks gastrokolik yang terlalu aktif. Ini karena apa yang kamu makan mungkin tidak akan membuat banyak perbedaan pada bagaimana usus besar merespons sinyal dari perut.
Namun, jika kamu memiliki IBS, apa yang kamu makan dapat memengaruhi gejala. Dalam hal ini, kamu mungkin perlu menghindari makanan yang dapat memperburuk gejala, seperti:
- Makanan berlemak.
- Alkohol.
- Makanan pedas.
- Kafein.