Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Normalnya, vagina memiliki pH sedikit asam, yang membuat aromanya sedikit menyengat. Namun, begitu memasuki periode menstruasi, kamu mungkin menyadari aroma vagina menjadi sedikit berbeda dan lebih menyengat.
Hal ini dialami oleh hampir semua perempuan. Karena alasan ini pula, banyak produk pembalut beraroma wangi yang bertujuan untuk menutupi aroma alami vagina. Namun, apakah aroma vagina yang menyengat saat menstruasi adalah hal yang normal?
1. Bakteri alami vagina bercampur darah
Darah menstruasi normalnya berbau logam atau manis karena kandungan zat besi dan tembaga dalam darah bercampur dengan bakteri vagina. Jika campuran bakteri di vagina berubah, darah menstruasi mungkin mengeluarkan aroma yang berbeda.
Penyebab umum yang dapat mengganggu mikrobioma vagina meliputi:
- Douching.
- Merokok.
- Perubahan hormonal.
- Infeksi seksual menular.
2. Vaginosis bakterialis
ilustrasi masalah pada vagina (freepik.com/freepik) Jumlah bakteri di vagina berfluktuasi sehingga dapat mengubah aromanya. Selama menstruasi, vagina kehilangan bakteri baik yang disebut laktobasilus. Hal ini membuat kamu lebih berisiko terkena infeksi seperti vaginosis bakterialis.
Vaginosis bakterialis adalah penyebab paling umum dari aroma vagina yang kurang sedap. Gejalanya lainnya meliputi:
- Rasa terbakar, terutama saat buang air kecil atau saat berhubungan seks.
- Keputihan berwarna hijau, abu-abu, atau putih.
- Gatal hebat.
3. Produk menstruasi dibiarkan terlalu lama
Jika kamu menggunakan tampon, pembalut, atau menstrual cup terlalu lama, kamu mungkin akan mencium bau darah yang menyengat. Seberapa sering kamu harus mengganti produk menstruasi sangat tergantung pada produk yang kamu gunakan:
- Tampon: Setidaknya setiap delapan jam.
- Menstrual cup: Setidaknya setiap 12 jam.
- Celana menstruasi: Setidaknya setiap 12 jam.
- Pembalut: Setiap empat hingga delapan jam.
Baca Juga: Perbedaan Gejala Vaginosis Bakterialis dan Infeksi Ragi Vagina
4. Keringat berlebih
ilustrasi orang berkeringat (pexels.com/Andres Ayrton) Selama menstruasi, kamu mungkin berkeringat lebih banyak daripada biasanya. Dan, terlalu banyak keringat di bagian kewanitaan dapat menyebabkan area vagina berbau lebih menyengat.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Kelenjar keringat di area genital dapat memperkuat bau mikrobioma vagina dan aroma alami kulit. Gabungan garam, lemak, dan bakteri dari keringat, jika tercampur dengan darah menstruasi, dapat menghasilkan bau yang kuat. Untuk mengatasinya, kamu perlu sering-sering membersihkan vulva dengan air.
5. Stres emosional
Di dalam tubuh terdapat dua jenis kelenjar keringat: apokrin dan ekrin. Kelenjar ekrin menghasilkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh dan kelenjar apokrin merespons emosi. Kelenjar apokrin terdapat di ketiak dan di selangkangan.
Ketika stres atau cemas, kelenjar apokrin menghasilkan cairan mirip susu. Cairan ini sebenarnya tidak berbau, tetapi saat cairan ini bersentuhan dengan banyak bakteri vagina di vulva, maka bisa menghasilkan aroma yang menyengat.
Jika kamu mencium aroma yang mirip dengan bau badan selama menstruasi, kemungkinan ini disebabkan adanya kelenjar keringat apokrin di daerah genital.
6. Kanker serviks
ilustrasi anatomi rahim (freepik.com/freepik) Kanker serviks dapat menyebabkan bau yang menyengat dan tidak sedap di area genital. Kanker serviks menyebabkan vagina berbau mirip daging busuk, yang terjadi ketika tubuh melepaskan jaringan mati atau sel kanker yang kemudian keluar melalui vagina.
Kanker serviks juga dapat menyebabkan menstruasi lebih deras atau lebih lama.
Gejala umum kanker serviks, meliputi:
- Bercak atau pendarahan di luar siklus menstruasi.
- Nyeri punggung bagian bawah, yang terasa mirip dengan kram menstruasi.
- Nyeri atau pendarahan setelah berhubungan seks karena pertumbuhan tumor.
- Kelelahan.
- Kesulitan menahan kencing.
- Nyeri dan bengkak di kaki.
- Penurunan berat badan.
- Penurunan nafsu makan.