TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Itu Mpox (Cacar Monyet)? Ini Gejala hingga Pengobatannya

Kalau melihat lesi kulit yang mencurigakan, hubungi dokter

ilustrasi virus mpox (flickr.com/NIAID)

Intinya Sih...

  • Cacar monyet atau monkeypox, kini disebut mpox, disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
  • Gejala monkeypox biasanya dimulai dalam seminggu, tetapi dapat muncul 1–21 hari setelah terpapar. Gejala biasanya berlangsung 2–4 minggu, tetapi bisa bertahan lebih lama pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
  • Pengobatan monkeypox terutama bersifat suportif, yang artinya ditujukan untuk mengurangi gejala.
  • Ada dua jenis vaksin monkeypox yang tersedia.

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Meita Ucche, SpPD

Mpox atau cacar monyet, yang kini disebut monkeypox, disebabkan oleh infeksi virus monkeypox (MPXV). MPXV termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae dan merupakan penyebab beberapa jenis cacar lainnya.

Mpox ditemukan pertama kali pada tahun 1958 di antara koloni monyet yang dipelihara di laboratorium. Setelah dilakukan uji darah beberapa hewan di Afrika, ditemukan bukti bahwa infeksi mpox banyak terjadi di antara hewan pengerat Afrika.

Kasus mpox pada manusia dilaporkan pertama kali pada tahun 1970, dan setelah itu kasusnya pada manusia cukup banyak dilaporkan, utamanya pada orang yang tinggal di lokasi terpencil di Afrika.

Meskipun mpox lebih umum terjadi di Afrika, tetapi penyakit ini juga telah dilaporkan di beberapa negara lain di luar Afrika. Namun, angka kasusnya sangat sedikit.

Pada Rabu (14/8/2024), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah mpox di Afrika sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) menyusul peningkatan kasus mpox di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.

Data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), update mingguan mpox di Indonesia minggu epidemiologi ke-34 dan ke-35 2024 (18–31 Agustus), tercatat 88 kasus terkonfirmasi dan tidak ada kematian.

Kasus terbanyak ada di Jakarta (59), lalu diikuti Jawa Barat (13), Banten (9), Jawa Timur (3), DI Yogyakarta (3), dan Kep. Riau (1).

Bekali diri dengan informasi penting seputar mpox untuk meningkatkan kewaspadaan dan melindungi diri serta orang-orang terdekat.

1. Cara penularan mpox

MPXV ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Makan produk hewani yang tidak diolah dengan benar dari hewan yang terinfeksi juga berisiko menularkan mpox. Di Afrika, infeksi virus ini telah ditemukan pada banyak hewan seperti tupai, tikus, dan berbagai spesies monyet.

Penularan sekunder, atau dari manusia ke manusia, adalah kasus yang relatif terbatas. Infeksi sekunder dapat terjadi saat melakukan kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi. Penularan juga dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui plasenta.

2. Gejala mpox

ilustrasi cacar monyet (who.int/Nigeria Centre for Disease Control)

Gejala mpox biasanya dimulai dalam waktu seminggu, tetapi dapat muncul 1–21 hari setelah terpapar. Gejala biasanya berlangsung selama 2–4 minggu, tetapi bisa bertahan lebih lama pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Berikut ini gejala umum mpox:

  • Ruam.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Sakit tenggorokan.
  • Nyeri otot.
  • Sakit punggung.
  • Tidak berenergi atau energi rendah.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Bagi sebagian orang, gejala pertama mpox adalah ruam, sementara yang lain mungkin memiliki gejala awal yang berbeda.

Ruam dimulai sebagai lesi datar yang berkembang menjadi lepuh berisi cairan dan mungkin terasa gatal atau nyeri. Saat ruam sembuh, lesi mengering, mengeras, dan mengelupas.

Beberapa orang mungkin memiliki satu atau beberapa lesi kulit, sementara lainnya memiliki ratusan atau lebih. Ini bisa muncul di mana saja di tubuh, seperti:

  • Telapak kaki dan tangan.
  • Wajah, mulut, dan tenggorokan.
  • Area selangkangan dan area genital.
  • Dubur.

Beberapa orang juga mengalami pembengkakan rektum yang menyakitkan atau nyeri dan kesulitan saat buang air kecil.

Orang yang terinfeksi mpox dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain sampai semua luka sembuh dan lapisan kulit baru terbentuk.

Anak-anak, orang hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah berisiko mengalami komplikasi mpox.

Urutan gejala secara umum

Pada mpox, biasanya demam, nyeri otot, dan sakit tenggorokan muncul lebih dulu.

Ruam mpox dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, meluas ke telapak tangan dan telapak kaki dan berkembang selama 2–4 minggu secara bertahap: makula, papula, vesikel, pustula.

Lesi tampak turun atau seperti berlubang di tengah sebelum mengeras. Keropeng kemudian rontok. 

Limfadenopati adalah ciri klasik mpox. Beberapa orang dapat terinfeksi tanpa menunjukkan gejala apa pun.

Dalam konteks wabah global mpox pada tahun 2022 (sebagian besar disebabkan oleh virus clade IIb), penyakit ini dimulai secara berbeda pada beberapa orang.

Pada lebih dari setengah kasus, ruam mungkin muncul sebelum atau bersamaan dengan gejala lainnya dan tidak selalu menyebar ke seluruh tubuh. Lesi pertama bisa terjadi di selangkangan, anus, atau di dalam atau sekitar mulut.

Orang dengan mpox bisa menjadi sangat sakit. Misalnya, kulit bisa terinfeksi bakteri yang menyebabkan abses atau kerusakan kulit yang serius.

Komplikasi lain termasuk pneumonia, infeksi kornea hingga kehilangan penglihatan; nyeri atau kesulitan menelan, muntah dan diare yang menyebabkan dehidrasi parah atau malnutrisi; sepsis (infeksi darah dengan respons peradangan yang meluas di tubuh), radang otak (ensefalitis), jantung (miokarditis), rektum (proktitis), alat kelamin (balanitis) atau saluran kemih (uretritis), atau kematian.

Orang dengan penekanan kekebalan karena pengobatan atau kondisi medis berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius dan kematian akibat mpox.

Orang yang hidup dengan HIV yang tidak terkontrol atau tidak diobati dengan baik lebih mungkin mengembangkan penyakit yang parah.

Baca Juga: 5 Penyakit yang Gejalanya Mirip Mpox (Cacar Monyet), yuk Kenali!

3. Diagnosis mpox

Selain lesi pada kulit, limfadenopati selama tahap prodromal (gejala awal dan tanda-tanda yang mendahului manifestasi dari penyakit) dapat menjadi gambaran klinis bagi petugas kesehatan untuk membedakan mpox dari cacar air atau cacar.

Jika pasien dicurigai terinfeksi virus mpox, petugas kesehatan akan mengumpulkan sampel yang berasal dari lesi kulit untuk dibawa ke laboratorium.

Polymerase chain reaction (PCR) adalah tes laboratorium yang paling sering dipakai untuk mendiagnosis mpox karena memiliki akurasi dan sensitivitas yang tinggi.

Petugas kesehatan juga akan mencatat informasi berikut dan menggunakannya untuk menginterpretasikan hasil tes:

  • Tanggal timbulnya demam.
  • Tanggal timbulnya ruam.
  • Tanggal pengumpulan spesimen.
  • Status individu saat ini.
  • Usia.

4. Pengobatan mpox

ilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)

Pengobatan mpox terutama bersifat suportif, yang artinya ditujukan untuk mengurangi gejala.

Ibuprofen, naproxen, atau asetaminofen dapat mengurangi demam dan nyeri.

Ruam harus tetap bersih, kering, dan terbuka (jika tidak di sekitar orang lain), dan pasien harus menghindari menyentuh lesi kulit.

Mandi dengan garam Epsom atau soda kue dapat membantu meredakan ruam.

Salep dan supositoria lidokain dapat meredakan nyeri akibat ruam, termasuk pada alat kelamin, anus, atau rektum, sedangkan semprotan benzokain atau lidokain dan obat kumur dapat meredakan nyeri akibat lesi pada mulut.

Obat antivirus dan vaksin imunoglobulin intravena (VIGIV) dapat digunakan untuk mengobati orang yang mengalami gejala yang lebih parah, atau yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah (misalnya pada orang dengan gangguan sistem imun, perempuan hamil, anak-anak, dan orang dengan kelainan kulit).

Antivirus yang dapat digunakan untuk mengobati mpox termasuk tecovirimat (TPOXX), brincidofovir (Tembexa atau CMX001), dan cidofovir.

Tecovirimat merupakan obat pilihan saat ini karena dapat ditoleransi dengan baik dengan efek samping yang minimal. Meskipun dikembangkan untuk mengobati cacar dan infeksi virus lainnya, tetapi obat ini juga efektif melawan mpox.

VIGIV dibuat dari plasma darah orang yang telah menerima vaksin vaksinia (cacar).

5. Vaksin mpox

Saat ini, vaksin mpox yang digunakan di Indonesia adalah jenis Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), yaitu vaksin turunan cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating.

Pelaksanaan vaksinasi mpox dengan MVA-BN telah dilakukan sejak 2023, setelah ditemukan kasus konfirmasi mpox di Indonesia.

Pilihan jenis vaksin mpox

Berdasarkan dokumen WHO “Weekly Epidemiological Record: Smallpox and Mpox (Orthopoxviruses) Vaccine Position Paper” yang diterbitkan pada 23 Agustus 2024, ada tiga vaksin yang dapat digunakan untuk pencegahan mpox. Ketiganya awalnya untuk pencegahan cacar, tetapi kemudian dikembangkan dan diperluas penggunaannya untuk pencegahan mpox.

1. MVA-BN

Vaksin ini disetujui tahun 2013 untuk pencegahan cacar di Kanada dan Uni Eropa untuk usia 18 tahun ke atas. Pada 2019, MVA-BN disetujui untuk pencegahan cacar dan mpox pada orang dewasa di Amerika Serikat (AS).

Pada tahun yang sama, Kanada memperluas MVA-BN untuk pencegahan mpox. Pada 22 Juli 2022, Uni Eropa menyetujui MVA-BN untuk pencegahan mpox pada orang dewasa. MVA-BN tidak untuk orang di bawah usia 18 tahun.

2. LC16m8

Di Jepang, LC16m8 dilisensikan pada 1975 untuk penyakit cacar tanpa batasan usia dan diperluas untuk pencegahan mpox pada Agustus 2022. LC16m8 yang digunakan merupakan vaksin cacar generasi ketiga.

3. ACAM2000

Vaksin cacar generasi kedua ini disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk imunisasi cacar sejak 2007. Pada 2024, vaksin ini disetujui untuk mencegah mpox di bawah protokol Investigasi Obat Baru Akses yang Diperluas (Expanded Access Investigational New Drug).

Menurut sebuah tinjauan tahun 2024, probabilitas MVA-BN menurunkan penyakit mpox sebesar 62 persen hingga 85 persen. Pada orang yang sudah terpapar mpox, MVA-BN mengurangi risiko penyakit sebesar 20 persen.

Berdasarkan hasil uji klinis, LC16m8 memberikan perlindungan terhadap virus mpox. MVA-BN dan LC16m8 secara konsisten mengembangkan respons antibodi penetral terhadap Orthopoxvirus, termasuk clade I MPXV.

Selanjutnya, efikasi ACAM2000 yang diperoleh dari studi model hewan menemukan, vaksin ACAM2000 manjur melawan MPXV bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak divaksinasi.

6. Pencegahan mpox

ilustrasi disinfeksi permukaan (pexels.com/Matilda Wormwood)

Selain mendapatkan vaksinasi bagi yang memenuhi syarat, masyarakat dapat mengurangi risiko terkena mpox dengan:

  • Menghindari kontak dekat (termasuk seks) dengan orang yang memiliki gejala mpox.
  • Menghindari kontak dekat dengan benda yang pernah disentuh oleh penderita gejala mpox.
  • Tidak berbagi peralatan makan atau gelas dengan siapa pun yang terinfeksi mpox.
  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol.
  • Tidak menyentuh atau memakan hewan yang terinfeksi virus mpox.

Pada orang yang terkonfirmasi terinfeksi mpox, minimalkan kemungkinan penyebaran virus ke orang lain dengan cara:

  • Mengisolasi diri dengan tinggal di rumah dan jauh dari orang lain, termasuk orang-orang yang tinggal serumah.
  • Menggunakan kamar mandi terpisah di rumah, jika memungkinkan.
  • Menghindari kontak dengan orang lain dan hewan peliharaan (atau hewan lain).
  • Menghindari berhubungan seks.
  • Mengenakan masker wajah yang pas jika berada di sekitar orang lain.
  • Menutupi ruam dengan pakaian jika berada di sekitar orang lain.
  • Mendisinfeksi permukaan yang disentuh orang lain.

Jika kamu mengalami gejala yang berhubungan dengan cacar monyet atau gejala apa pun setelah bersentuhan dengan hewan atau orang yang sakit, segera hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan dini. Yang tak kalah penting, terapkan gaya hidup sehat dan bersih agar tidak mudah tertular penyakit apa pun.

Baca Juga: [QUIZ] Seberapa Tahu Kamu tentang Monkeypox? Yuk, Coba Jawab Kuis Ini!

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Agustus 2024. Mpox.
World Health Organization. Diakses pada Agustus 2024. Mpox (monkeypox).
Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada September 2024. Update Mpox Minggu ke 34 dan ke 35 2024 (18-31 Agustus 2024).
Yale Medicine. Diakses pada Agustus 2024. Mpox (Formerly Monkeypox)
Grabenstein, John D., and Adam Hacker. “Vaccines against Mpox: MVA-BN and LC16m8.” Expert Review of Vaccines, August 26, 2024.
Kemenkes RI. Diakses pada September 2024. Vaksin MPOX Sudah Disetujui WHO dan BPOM.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya