TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Makroglosia, Lidah Raksasa yang Bikin Susah Makan dan Bicara 

Apakah kondisi ini berbahaya?

ilustrasi anak menjulurkan lidah (pixabay.com/46173)

Lidah memiliki ukuran normal yang bervariasi dan berbeda seiring bertambahnya usia. Pertumbuhan terbesar biasanya terjadi pada 8 tahun pertama kehidupan dan mencapai pertumbuhan maksimum pada usia 18 tahun.

Makroglosia atau macroglossia adalah kondisi lidah memiliki ukuran yang lebih besar dari struktur rongga mulut lainnya, yang mungkin dapat menonjol keluar mulut. Gangguan ini sering kali terdiagnosis pada bayi dan anak-anak.

Walaupun pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit jangka panjang, tetapi bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti penyempitan jalan napas, kesulitan berbicara, mengunyah, ataupun menelan makanan. Seperti apa gejala, penyebab, diagnosis, serta penanganannya? Berikut ulasan lengkapnya!

1. Tanda dan gejala makroglossia  

ilustrasi makroglosia (casereports.bmj.com/Yusuf Gadiwalla, Richard Burnham, Adrian Warfield, Prav Praveen)

Gejala makroglosia bervariasi pada setiap pasien, begitu pula tingkat keparahannya. Itu mungkin menyebabkan suara bising atau kesulitan berbicara, napas bernada tinggi (stridor), mendengkur, perkembangan rahang dan gigi yang tidak normal, lidah mungkin menonjol dari mulut saat istirahat, jaringan yang sekarang di ujung lidah, obstruksi jalan napas, dan/atau kesulitan makan.

Baca Juga: 13 Penyakit yang Bisa Kamu Deteksi Hanya dengan Melihat Lidah

2. Penyebab terjadinya pembesaran lidah abnormal 

ilustrasi anak menjulurkan lidah (pixabay.com/Pezibear)

Makroglosia dapat hadir dengan sendirinya (tanpa penyebab lain) atau karena adanya penyakit bawaan dan kondisi yang didapat. Makroglosia yang tidak terkait penyebab lain ditularkan secara genetik sebagai sifat dominan autosomal, yaitu satu salinan gen yang rusak dapat menyebabkan gejala.

Sementara itu, pembesaran lidah yang dipengaruhi oleh penyakit lain biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan seperti sindrom Down, sindrom Beckwith-Wiedemann, amiloidosis primer, hipotiroidisme bawaan, dan sebagainya.

Sementara itu, kondisi makroglosia yang didapat dapat disebabkan oleh faktor seperti trauma, kanker, gangguan endokrin (metabolik), peradangan atau penyakit menular misalnya difteri, pemfigus vulgaris, tuberkulosis, dan sarkoidosis.

3. Seberapa sering kondisi makroglosia memengaruhi kelahiran?

ilustrasi anak menjulurkan lidah (pixabay.com/Ben_Kerckx)

Prevalensi kejadian makroglosia yang tidak terkait dengan penyebab lain sangat jarang terjadi, yaitu sekitar 50 kasus telah dilaporkan dalam literatur medis. Sementara itu, prevalensi pada kasus yang berhubungan dengan kondisi medis, bergantung pada kondisi yang mendasari. Misalnya, pada kasus sindrom Beckwith-Wiedemann, prevalensinya diperkirakan memengaruhi 1 dari 17.000 kelahiran.

4. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis 

ilustrasi pemeriksaan mulut (pixabay.com/jarmoluk)

Kondisi ini didiagnosis berdasarkan evaluasi klinis dan pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga. Makroglosia yang tidak terkait penyebab lain atau kondisi dominan autosomal hadir dengan tanda yang jelas saat lahir.

Pemindaian ultrasound dapat mendeteksi makroglossia pada bayi sebelum lahir. Diagnosis dari kondisi lain yang dapat mendasari makroglosia juga penting. Pengujian laboratorium dan pencitraan lebih lanjut harus dilakukan jika dicurigai terdapat tanda suatu kondisi tertentu.

Baca Juga: Ada Benjolan Kecil di Ujung Lidah? Kenali Gejala 'Lie Bumps'

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya