TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Nama Cacar Monyet Diganti Mpox?

Nama cacar monyet ternyata mendapat banyak kritikan 

ilustrasi pencegahan wabah (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Beberapa waktu terakhir ini, istilah “cacar monyet” dan “Mpox” sering digunakan secara bersamaan untuk menyebut nama penyakit yang sama. Cacar monyet atau Mpox merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Dulunya, penyakit ini diberi nama cacar monyet atau monkeypox. Namun, beberapa tahun terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menggantinya dengan nama Mpox.

Lantas, mengapa nama cacar monyet diganti menjadi Mpox? Yuk, simak penjelasan berikut agar bisa memahaminya lebih lanjut.

1. Sejarah penamaan cacar monyet

ilustrasi monyet (pexels.com/vishnudeep dixit)

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958. Pada saat itu, terjadi wabah penyakit mirip cacar menyerang sekelompok monyet yang dipelihara untuk penelitian di Denmark. Para peneliti melaporkan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh virus, yang kemudian diberi nama dengan virus cacar monyet atau monkeypox virus, sesuai penemuan awal kasusnya.

Pada tahun 1970, ditemukan kasus pertama cacar monyet pada manusia. Penyakit ini menyerang seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo, Afrika. Sejak saat itu, ilmuwan menamainya dengan penyakit cacar monyet, sesuai nama virus penyebabnya.

Kasus cacar monyet pada manusia menyebar sangat cepat dan sporadis. Bahkan penyebaran ini juga terjadi di luar wilayah endemiknya yaitu Afrika. Pada tahun 1980, wabah cacar monyet dilaporkan di Afrika bagian tengah, timur, dan barat. Kemudian pada tahun 2003, dilaporkan di Amerika Serikat yang dikaitkan dengan hewan liar yang diimpor.

Pada tahun 2005, ribuan kasus dilaporkan di Republik Demokratik Kongo. Selanjutnya, pada 2017, cacar monyet muncul di Nigeria dan terus menyebar ke orang-orang di seluruh negeri dan pelancong ke tujuan lain. Pada tahun 2022, terjadi pelonjakan kasus cacar monyet di wilayah endemik dan nonendemik, seperti Eropa dan Amerika.

Penyebaran yang terjadi di luar Afrika ini sangat cepat dan banyak dikaitkan dengan perilaku hubungan seksual. Penyakit ini paling banyak menyerang kaum gay, biseksual, dan pria lain yang berhubungan dengan sesama jenisnya dan menyebarkan dari orang ke orang. Ini kemudian membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan cacar monyet sebagai kondisi darurat kesehatan global.

2. Kenapa nama cacar monyet diganti Mpox?

ilustrasi penyebaran wabah (pixabay.com/fernando zhiminaicela)

Setelah menjadi wabah global, penamaan cacar monyet mendapat banyak kritikan. Pasalnya, nama “cacar monyet” disebut mengandung stigma, rasisme, dan diskriminatif terhadap komunitas tertentu. Ini terutama terhadap komunitas yang awalnya paling terdampak, yaitu kelompok orang kulit hitam, orang Afrika, pria yang berhubungan seks dengan pria, kaum trans, dan komunitas dengan gender yang beragam.

Selain itu, nama “cacar monyet” juga mengandung misinformasi terkait cara penularanya. Dari nama tersebut, banyak orang yang menganggap bahwa monyet adalah sumber utama penyebarannya. Padahal penyakit ini tidak hanya ditularkan oleh monyet, tetapi juga hewan lain seperti tupai, mencit, tikus, babi, landak, dan anjing padang rumput, yang ditemukan di wilayah Afrika tempat Mpox ditemukan.

Selain itu, cacar monyet juga bisa ditularkan antar manusia melalui kontak langsung. Ini meliputi kontak kulit ke kulit (bersentuhan atau berhubungan seks), kontak mulut ke mulut (berciuman), atau melalui partikel atau droplet pernapasan ketika bertatap muka atau berbicara. Tak hanya itu, penularan cacar monyet pada manusia juga bisa terjadi melalui pakaian, jarum suntik, atau benda-benda lain yang terkontaminasi virus penyebab cacar monyet.

Karena beberapa alasan tersebut, nama “cacar monyet” akhirnya diganti menjadi “mpox”. Menurut Dr. Ifeanyi Nsofor, advokat kesetaraan kesehatan global melalui laman NPR, nama Mpox lebih baik daripada cacar monyet. Nama ini masih mengandung istilah “cacar”  dan masih menunjukkan sifat fisik penyakit tersebut.

Baca Juga: Kenali 5 Perbedaan Gejala Mpox dan Cacar Air, Sekilas Mirip!

3. Penggantian nama klade virus

ilustrasi wabah (pixabay.com/fernando zhiminaicela)

Penyesuaian nama pada kasus Mpox, tidak hanya dilakukan terhadap nama penyakit, tetapi juga nama klade virus. Sebelumnya, virus penyebab Mpox diidentifikasi dengan nama klade Cekungan Kongo (atau Afrika Tengah) dan klade Afrika Barat. Nama-nama ini juga dianggap diskriminatif dan mengundang stigma yang berdampak negatif jangka panjang.

Untuk penamaan klade yang netral, organisasi penamaan virus menyepakati untuk menggunakan angka Romawi untuk setiap klade dan huruf Latin kecil untuk subklade. Klade Cekungan Kongo diganti menjadi Klade I dan klade Afrika Barat menjadi Klade II. Sementara untuk penamaan subklade, yaitu Klade IIa dan IIb, untuk menunjukkan perbedaan filogenetiknya.

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya