3 Bahaya Bayi Dikerok dan Alternatif Pertolongan Amannya
Orangtua perlu perhatikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa waktu lalu, media sosial ramai membahas bayi yang dikerok. Cara orangtua ini lantas menjadi perdebatan. Pasalnya, tindakan tersebut konon tidak sesuai untuk bayi, meski umum dilakukan pada orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh efek negatif secara medis yang dapat terjadi jika bayi dikerok.
Risiko dan bahaya bayi dikerok bisa melebihi orang dewasa, lho! Berikut penjelasannya dan alternatif pertolongan lain yang bisa diberikan ketika bayi sakit.
1. Menyebabkan nyeri dan luka
Tidak semua kulit orang dewasa boleh dikerok. Orang dewasa dengan kulit sensitif termasuk salah satu golongan yang tidak diperbolehkan untuk kerokan, melansir Medical News Today. Nah, kulit orang dewasa yang sudah lebih 'matang' saja hanya bisa mempraktikkan metode ini secara terbatas, apalagi pada bayi.
Nah, bahaya bayi dikerok pertama dapat dilihat dari proses kerokan yang dapat merobek lapisan atas kulit dan menimbulkan memar. Karena itu, nyeri dan luka memar yang timbul karena bayi dikerok bisa lebih besar. Sumber yang sama menyebutkan bahwa waktu penyembuhan memar akibat bayi kerokan membutuhkan beberapa hari. Selain itu, proses penyembuhannya pun disertai efek samping berupa nyeri yang memicu ketidaknyamanan lebih pada bayi.
Tak cuma nyeri dan memar, kondisi terburuk yang bisa terjadi karena bayi dikerok adalah infeksi. Kulit bayi masih sangat sensitif untuk mendapat perlakuan seperti kerokan. Saat kulit bayi rusak, bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh sehingga bisa menyebabkan peradangan dan infeksi serius.
Baca Juga: 3 Alasan Kenapa Bayi Sering Ngulet, Apakah Berbahaya?
Baca Juga: Bolehkah Menyedot Ingus Bayi dengan Mulut? Ini Kata Dokter Anak