TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Bahaya Bayi Dikerok dan Alternatif Pertolongan Amannya

Orangtua perlu perhatikan

ilustrasi menjaga bayi (pexel.com/ wayne evans)

Beberapa waktu lalu, media sosial ramai membahas bayi yang dikerok. Cara orangtua ini lantas menjadi perdebatan. Pasalnya, tindakan tersebut konon tidak sesuai untuk bayi, meski umum dilakukan pada orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh efek negatif secara medis yang dapat terjadi jika bayi dikerok.

Risiko dan bahaya bayi dikerok bisa melebihi orang dewasa, lho! Berikut penjelasannya dan alternatif pertolongan lain yang bisa diberikan ketika bayi sakit. 

1. Menyebabkan nyeri dan luka

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/laura garcia)

Tidak semua kulit orang dewasa boleh dikerok. Orang dewasa dengan kulit sensitif termasuk salah satu golongan yang tidak diperbolehkan untuk kerokan, melansir Medical News Today. Nah, kulit orang dewasa yang sudah lebih 'matang' saja hanya bisa mempraktikkan metode ini secara terbatas, apalagi pada bayi.

Nah, bahaya bayi dikerok pertama dapat dilihat dari proses kerokan yang dapat merobek lapisan atas kulit dan menimbulkan memar. Karena itu, nyeri dan luka memar yang timbul karena bayi dikerok bisa lebih besar. Sumber yang sama menyebutkan bahwa waktu penyembuhan memar akibat bayi kerokan membutuhkan beberapa hari. Selain itu, proses penyembuhannya pun disertai efek samping berupa nyeri yang memicu ketidaknyamanan lebih pada bayi.

Tak cuma nyeri dan memar, kondisi terburuk yang bisa terjadi karena bayi dikerok adalah infeksi. Kulit bayi masih sangat sensitif untuk mendapat perlakuan seperti kerokan. Saat kulit bayi rusak, bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh sehingga bisa menyebabkan peradangan dan infeksi serius.

Baca Juga: 3 Alasan Kenapa Bayi Sering Ngulet, Apakah Berbahaya?

2. Iritasi kulit

ilustrasi bayi sehat (pexels.com/polina tankilevitch)

Selain luka dan infeksi, bahaya bayi dikerok juga dapat menyebabkan iritasi kulit. Koin yang digunakan untuk kerokan dapat menimbulkan maupun meninggalkan bekas merah dan bengkak pada kulit bayi. Iritasi ini bisa bertahan selama beberapa hari dan mungkin memerlukan perawatan khusus.

Dilansir Newborn Infant Skin: Physiology, Development, and Care, epidermis kulit bayi belum terbentuk sempurna sehingga masih sangat sensitif. Nah, kerokan yang dilakukan pada bayi bisa merusak epidermis kulit mereka. Dampak terburuknya adalah iritasi yang juga bisa meningkatkan risiko alergi dan masalah kulit lainnya. 

3. Demam

ilustrasi ibu menggendong bayi (unsplash.com/Hollie Santos)

Demam merupakan salah satu respons yang ditunjukkan tubuh ketika terjadi gangguan pada sistem tubuh. Dilansir Healthy Children, demam yang terjadi pada bayi merupakan tanda adanya penyakit karena infeksi yang sedang dilawan oleh tubuh.

Sebagai respons imun tubuh atas infeksi yang terjadi di kulitnya, bayi bisa saja mengalami demam selama beberapa hari. Ini bisa dibilang pertanda baik karena tubuh bayi sedang melawan infeksi yang terjadi pada tubuhnya. Namun, pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga bayi menjadi lebih rewel. 

Baca Juga: Bolehkah Menyedot Ingus Bayi dengan Mulut? Ini Kata Dokter Anak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya