TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pentingnya Zat Besi untuk Tumbuh Kembang Anak

Zat besi memengaruhi perkembangan kognitif anak

ilusrasi sumber zat besi (unsplash.com/Eiliv Aceron)

Pentingnya asupan gizi yang seimbang bagi anak-anak menjadi krusial dalam mencapai Generasi Emas 2045. Meski demikian, masalah kekurangan zat besi masih menjadi tantangan serius di Indonesia, terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Laporan Nasional Riskesdas 2018 menemukan bahwa 1 dari 3 anak mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, atau disebut anemia defisiensi besi.

Menanggapi hal ini, Sarihusada menggelar talkshow bertajuk "Pentingnya Cek Nutrisi untuk Dukung Tumbuh Kembang Maksimal Anak" pada Kamis (25/1/2024). Acara ini sekaligus menjadi perayaan Hari Gizi Nasional 2024. 

1. Zat besi diperlukan untuk perkembangan anak

ilustrasi anak (unsplash.com/Tanaphong Toochinda)

Zat besi merupakan jenis mineral yang penting dalam tubuh. Mineral ini bertugas untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Ini berdampak pada tumbuh kembang anak dan perkembangan kognitif anak. 

Menurut dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, pakar gizi klinik, berbagai proses perkembangan otak anak rentan terhadap kekurangan zat besi.

Sebagai contoh, zat besi berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang terlibat dalam pembentukan mielin (selubung) saraf. Mineral ini juga membantu pembentukan neutrotransmiter sehingga penyampaian informasi di otak menjadi lancar. Pada akhirnya, zat besi memengaruhi perilaku, proses belajar, serta memori anak. 

"Kekurangan zat besi itu bisa memengaruhi psikomotor anak dan psikososial anak di kemudian hari," jelas dr. Juwalita.

2. Peran zat besi untuk sistem imun anak

ilustrasi anak (unsplash.com/nathandumlao)

Tak hanya berperan dalam pertumbuhan anak, zat besi juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Dokter Juwalita menjelaskan bahwa zat besi berperan dalam respons neutrophil (sel imun alamiah) terhadap infeksi.

Dalam respons imun adaptif, zat besi berperan dalam proliferasi selular dan aktivitas metabolik sel T dan B efektor. Sel tersebut membantu memperkuat antibodi terhadap serangan patogen penyebab penyakit. 

3. Kebutuhan zat gizi seimbang

ilustrasi tumpeng gizi seimbang (dinkes.banjarmasinkota.go.id)

Dalam memenuhi asupan gizi seimbang, dr. Juwalita menyarankan untuk menggunakan Tumpeng Gizi Seimbang sebagai panduan. Secara sederhana, kebutuhan nutrisi anak harus memenuhi enam zat gizi berikut:

  • Karbohidrat
  • Protein (asam amino)
  • Lemak (AA, DHA)
  • Serat (Inulin, FOS & GOS)
  • Vitamin (A, C, E, B, D)
  • Mineral (Fe, Zn, Ca)
    + Air

"Kandungan zat gizi diperoleh dari bahan pangan yang bervariasi dan lengkap dengan jumlah sesuai kebutuhan anak dalam sehari," kata dr. Juwalita. 

Baca Juga: 5 Bahaya Anemia saat Hamil untuk Bumil dan Bayinya

4. Tips memenuhi kebutuhan zat besi dengan KMS

ilustrasi daging ayam mentah (freepik.com/jcomp)

Dalam memenuhi kebutuhan zat besi, dr. Juwalita menyarankan untuk menggunakan tips KMS, yang meliputi:

  • Ketahui angka kebutuhan zat besi harian.
  • Menyediakan bahan makanan sumber zat gizi.
  • Serta dengan faktor enhancer dan hindari faktor inhibitor.

Untuk kebutuhan zat besi harian, setiap anak memerlukan kadar yang berbeda tergantung dengan usia anak tersebut. 

  • 6–11 bulan: 11 mg
  • 1–3 tahun: 7 mg
  • 4–6 tahun: 10 mg

"Dalam momentum Hari Gizi Nasional, kami harapkan bisa lebih banyak lagi masyarakat yang teredukasi tentang pola makan dengan gizi seimbang dalam upaya mencegah anemia dan stunting," tambah Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada.

5. Makanan yang kaya akan zat besi

ilusrasi sumber zat besi (unsplash.com/Eiliv Aceron)

Secara garis besar, makanan kaya zat besi bisa dibagi menjadi dua, yaitu zat besi heme dan zat besi non-heme.

Zat besi heme bersumber dari makanan hewani. Kata dr. Juwalita, jenis zat besi ini lebih mudah diserap dibandingkan zat besi non-heme. Contoh makanan zat besi heme meliputi hati, daging merah, ikan, kerang, unggas, susu, dan telur.

Di sisi lain, zat besi heme bersumber dari makanan nabati dan makanan fortifikasi. Contoh makanan zat besi non-heme termasuk polong-polongan, kedelai, sayuran hijau, buah, dan formula susu kedelai yang difortifikasi zat besi.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya