TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Miliar Orang Berisiko Terdampak Bahaya Lemak Trans

Hati-hati dengan makanan kemasan

ilustrasi makanan tinggi lemak trans (pexels.com/Engel Akyurt)

Lemak trans merupakan lemak yang terbentuk saat minyak menjadi lemak padat. Lemak trans dianggap sebagai jenis lemak yang paling berbahaya karena dapat menaikkan kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) dan menurunkan kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL).

Sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menyerukan penghapusan global lemak trans pada tahun 2018, sebanyak 43 negara kini telah menerapkan kebijakan praktik terbaik (best-practice policies) untuk mengatasi lemak trans dalam makanan, dengan 2,8 miliar orang dilindungi secara global.

Walaupun begitu, laporan terbaru WHO menemukan masih banyak orang yang tidak terlindungi dari bahaya lemak trans. 

1. Masih ada 5 miliar orang yang tidak terlindungi

ilustrasi gagal jantung (freepik.com/shayne_ch13)

Meskipun ada kemajuan besar, tetapi laporan tersebut menunjukkan masih ada 5 miliar orang di seluruh dunia yang memiliki risiko bahaya lemak trans. Karena data tersebut, tujuan global WHO untuk meghapuskan bahaya lemak trans di tahun 2023 tidak dapat dicapai. 

Lemak trans yang diproduksi secara industri umumnya ditemukan dalam makanan kemasan, makanan yang dipanggang, minyak goreng, dan olesan makanan. Asupan lemak trans bertanggung jawab atas 500.000 kematian dini akibat penyakit jantung koroner setiap tahun di seluruh dunia. 

"Sederhananya, lemak trans adalah bahan kimia beracun yang membunuh, dan seharusnya tidak ada dalam makanan. Sudah waktunya untuk menyingkirkannya untuk selamanya," ucap Direktur Jenderal WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah rilis. 

Baca Juga: Jalan 6.000 Langkah Tiap Hari Cegah Penyakit Jantung Lansia

2. Rekomendasi kebijakan praktik terbaik dari WHO

ilustrasi makanan yang mengandung kolesterol jahat (unsplash.com/Joshua Hoehne)

Saat ini, 9 dari 16 negara dengan estimasi proporsi kematian akibat penyakit jantung koroner tertinggi yang disebabkan oleh asupan lemak trans tidak memiliki kebijakan praktik terbaik yang direkomendasikan WHO. Negara-negara tersebut termasuk Australia, Azerbaijan, Bhutan, Ekuador, Mesir, Iran (Republik Islam), Nepal, Pakistan, dan Republik Korea. 

WHO memiliki kriteria khusus dalam praktik terbaik yang direkomendasikan, termasuk membatasi lemak trans yang diproduksi secara industri di semua rangkaian. Ada dua alternatif kebijakan praktik terbaik dari WHO, yaitu:

  • Batas nasional wajib sebesar 2 gram lemak trans yang diproduksi secara industri per 100 gram lemak total di semua makanan. 
  • Larangan nasional wajib atas produksi atau penggunaan minyak terhidrogenasi parsial (sumber utama lemak trans) sebagai bahan dalam semua makanan. 

Baca Juga: 7 Komplikasi yang Bisa Kamu Alami akibat Penyakit Jantung

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya