TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kesalahan Membaca Label Nutrisi yang Bisa Bikin Gagal Diet

sebelum belanja kebutuhan makanan, baca ini dulu ya

ilustrasi membaca label nutrisi makanan (freepik.com)

Sebagai konsumen, membaca label nutrisi pada produk makanan adalah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan saat berbelanja. Label nutrisi memuat informasi seputar kandungan gizi dalam suatu produk makanan atau minuman.

Sayangnya, masih banyak orang yang salah dalam memahami label nutrisi. Hanya karena salah membaca label nutrisi, target healthy eating sekaligus diet yang sedang kita lakukan bisa jadi gagal. Supaya rencana dietmu tetap lancar, pastikan untuk tidak melakukan kesalahan ini saat membaca label nutrisi.

1. Tidak memperhitungkan takaran saji

ilustrasi perempuan makan coklat (freepik.com/lookstudio)

Informasi seperti perhitungan kalori dan nilai gizi pada produk makanan dihitung per takaran saji. Hal yang sering tidak disadari, takaran saji tidak sama dengan satu full porsi kemasan.

Jika kamu membeli 40 gram cokelat dengan informasi kalori sebesar 100 kkal dan takaran saji 20 gram, itu artinya 100 kkal hanya didapat jika kamu makan setengah porsi kemasannya. Kalau makan satu kemasan full, sama saja kamu mengkonsumsi 200 kkal atau setara satu piring nasi putih.

2. Memilih produk low-fat

ilustrasi menuangkan susu ke sereal (freepik.com/cookie_studio)

Label low-fat yang biasa ditemukan di kemasan susu, yogurt ataupun es krim, ternyata tidak selalu lebih sehat dibandingkan produk non low-fat. Konsekuensi dari low-fat adalah rasa yang lebih hambar, sehingga bahan-bahan seperti gula, garam, tepung dan zat pengental kerap ditambahkan dalam proses pembuatan produk low-fat.

Penelitian yang dimuat pada jurnal Nutrition & Diabetes tahun 2016 juga mendukung fakta bahwa produk low-fat memiliki kandungan gula yang lebih besar dibandingkan produk regulernya. Meskipun kadar penambahan gulanya relatif sedikit, konsumsi gula dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas dan gangguan kardiovaskuler.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Camilan Manis Rendah Kalori di Minimarket 

3. Mengabaikan komposisi dan persentase lemak

ilustrasi komposisi lemak pada label nutrisi (flickr.com/Mike Mozart)

Lemak mengandung kalori yang lebih besar jika dibandingkan dengan karbohidrat ataupun protein. Sehingga sering kali lemak berada di bagian teratas pada label nutrisi. Kalau kamu perhatikan, lemak selalu ditulis sebagai total fat atau lemak total dan selalu dirinci berdasarkan jenisnya seperti lemak jenuh (saturated fats) dan lemak trans (trans fats).

Dikutip dari Healthline, lemak trans yang biasanya ditemukan di produk snacks seperti cookies, potato chips atau crackers, memang sebaiknya dihindari. Lemak jenuh sebenarnya bisa berfungsi sebagai tambahan energi asalkan tidak dikonsumsi secara berlebihan yaitu kurang dari 13 gram per hari.

4. Menjadikan Angka Kecukupan Gizi sebagai patokan diet

ilustrasi angka kecukupan gizi pada label nutrisi (flickr.com/Joe Loong)

Banyak orang salah memahami konsep Angka Kecukupan Gizi atau Percent Daily Values. Dalam setiap label nutrisi, AKG selalu didasarkan pada kebutuhan energi 2000 kkal. Akan tetapi, kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, aktivitas sehari-hari, maupun kondisi kesehatan.

Oleh karena itu, Angka Kecukupan Gizi tidak bisa menjadi patokan saklek untuk setiap orang. Jika kamu perlu diet karena diagnosa gangguan metabolisme, disarankan untuk tetap mengikuti panduan diet sehat yang direkomendasikan ahli gizi.

Verified Writer

Nisa Istiqomah

menulis sebagian dari hobi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya