TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Susu Ikan Jadi Kontroversi, PB IDI Dukung Program Pemerintah

Dianggap sebagai program yang berkelanjutan

ilustrasi anak minum susu (pexels.com/Alex Green)

Intinya Sih...

  • Indonesia mengalami masalah gizi kronis, terutama malnutrisi dan stunting pada anak.
  • Susu ikan dianggap sebagai program pemerintah berkelanjutan sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah gizi.
  • Susu ikan mengandung nutrisi penting seperti protein, vitamin, mineral, dan omega-3.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut bahwa Indonesia telah lama mengalami masalah gizi yang dianggap sudah kronis. Salah satunya adalah malnutrisi dan stunting pada anak.

Isu ini diketahui menjadi kompleks karena butuh dorongan ekonomi yang sangat besar. Susu ikan dianggap bisa diberdayakan karena dianggap sebagai program pemerintah yang berkelanjutan.

Hal itu disampaikan oleh Prof. dr. Agussalim Bukhari, M.Clin.Med., Ph.D, SpGK, Subsp.KM, guru besar gizi klinik fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin, dalam media briefing "Mengenal Susu Ikan", yang dilaksanakan oleh PB IDI secara daring pada Jumat (13/09/2024).

Baca Juga: Kandungan Susu Ikan, Setara dengan Susu Sapi?

Susu ikan jadi alternatif

ilustrasi produk susu (freepik.com/freepik)

Menurut Prof. Agussalim, penyelesaian masalah gizi sifatnya harus berkelanjutan. Oleh sebab itu, dia berharap program pemerintah bisa berjalan secara berkelanjutan dan masyarakat bisa diberdayakan.

"Jadi bagaimana memanfaatkan kearifan lokal atau produk-produk lokal. Banyak alternatif, salah satunya sekarang yang lagi booming kan susu ikan, pemanfaatan ikan yang dibuat menjadi produk susu," jelasnya.

Indonesia diketahui sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang berlimpah. Salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah ikan yang kemudian diformulasi menjadi susu.

Selain berkelanjutan, program pemerintah juga harus bermanfaat, sehat, bergizi, aman, dan bebas dari pengawet.

Upaya ini bisa membantu mempercepat penurunan angka malnutrisi karena sejatinya, kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh gizi, mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan.

Untuk anak yang tidak suka ikan

Dia menyinggung masalah anak-anak yang kerap menolak makan ikan karena dirasa bau amis. Oleh sebab itu, makanan tambahan yang paling mudah diberikan oleh anak-anak adalah berupa zat cair.

Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi yang ada dalam ikan, bisa dengan susu ikan yang mengandung protein, vitamin, mineral, hingga omega-3.

"Teknologi bisa mengubah ikan menjadi produk, seperti susu ikan atau produk lain, sehingga odorless (tidak berbau), tidak bau amis, sehingga anak-anak bisa mengonsumsinya," imbuh Prof. Agussalim.

Namun, saat ini susu ikan yang beredar di pasaran masih dalam bentuk bubuk dan kurang praktis karena harus terlebih dahulu diseduh.

"Paling bagus kan mungkin kalau bentuk yang siap diminum. Misalnya dibawa ke sekolah untuk anak-anak. Tapi tentunya membutuhkan teknik yang lebih memakan biaya karena harus benar-benar steril. Saya kira kalau ada program pemerintah, kita harus dukung," Prof. Agussalim berkata.

Meski ada makanan pengganti, tetapi tetap penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya