TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Persiapan Menyusui Sebulan sebelum Melahirkan

Agar menyusui dengan percaya diri

ilustrasi persiapan sebelum melahirkan (freepik.com/freepik)

Intinya Sih...

  • Dengan persiapan yang baik, ibu dapat memaksimalkan produksi ASI dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang lengkap untuk tumbuh kembangnya.
  • Ketahui tentang penggunaan pompa ASI, pentingnya peran konselor laktasi, mengetahui apa saja tantangan selama masa menyusui, persiapan skin-to-skin dengan bayi, termasuk mengetahui kondisi puting.

Persiapan menyusui sebelum melahirkan adalah investasi berharga bagi ibu dan bayi. Dengan persiapan yang matang, ibu akan lebih percaya diri dan mampu mengatasi berbagai tantangan yang mungkin muncul selama menyusui.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Dengan persiapan yang baik, ibu dapat memaksimalkan produksi ASI dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang lengkap untuk tumbuh kembangnya.

Agar proses menyusui lancar, kamu bisa mempersiapkannya sebulan sebelum melahirkan.

Baca Juga: Aturan Baru ASI Eksklusif, Orang Tua Harus Tahu!

1. Pompa ASI

ilustrasi pompa ASI kosong (freepik.com/freepik)

Meski kamu berencana untuk hanya memberikan ASI eksklusif, tetapi kamu harus tetap memiliki pompa ASI. Pasalnya, ada kemungkinan besar ibu tidak bisa selalu bersama bayinya, misalnya karena ada urusan mendadak, sakit, ke dokter, perjalanan dinas kerja, dan lain-lain.

Ibu menyusui perlu memeras ASI dengan pompa untuk mengeluarkan ASI guna mencegah pembengkakan pada payudara dan kebocoran yang bisa menyebabkan pakaian di sekitar payudara menjaid basah.

Pompa ASI juga menjadi andalan bagi perempuan yang bekerja, untuk tetap bisa menyediakan ASI untuk sang buah hati. Namun, menentukan pompa ASI juga menjadi tantangan.

Dewasa ini, pompa ASI terdiri dari sistem manual, elektrik, maupun yang langsung ditempelkan ke payudara. Jadi, kamu harus riset dulu untuk menentukan perangkat yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan.

2. Konselor laktasi

Konselor laktasi akan membantu kamu menjalani perjalanan menyusui yang dapat menantang. Konselor laktasi adalah seorang profesional kesehatan yang mengkhususkan diri dalam menyusui dan memberikan ASI kepada bayi.

Kamu dapat menemui konselor laktasi saat hamil, segera setelah melahirkan, atau beberapa bulan setelah menyusui. Mereka akan sangat dibutuhkan beberapa minggu setelah melahirkan karena bayi tengah belajar menyusu, serta ibu dan anak yang membutuhkan lebih banyak dukungan.

Terkadang, menyusui tidak selalu lancar. Beberapa tantangan akan kamu hadapi, seperti nyeri pada puting payudara atau suplai ASI kurang, menjadi alasan untuk beberapa orang yang berhenti menyusui.

Konselor laktasi dilatih untuk membersamai bayi dan orang tua untuk mengatasi tantangan. Mendapatkan dukungan laktasi dapat meningkatkan peluang ibu untuk menyusui selama dan selancar mungkin.

3. Cari tahu tantangan menyusui

ilustrasi ASI perah (freepik.com/rawpixel.com)

Masalah umum pada masa menyusui meliputi puting susu yang sakit, payudara bengkak, mastitis, ASI bocor, nyeri, dan kegagalan bayi untuk menyusu.

Perempuan yang mengalami salah satu atau beberapa masalah di atas mungkin saja berhenti menyusui, kecuali mereka mendapatkan dukungan dari profesional. 

Penelitian telah menemukan bahwa ibu menyusun rencana menyusui berdasarkan pengalaman sebelumnya, dan penyelesaian masalah ini dapat memengaruhi keputusan mereka di masa mendatang tentang pemberian ASI.

Kekhawatiran tentang pasokan ASI yang tidak mencukupi adalah alasan lain. Pasokan ASI yang sedikit dapat disebabkan oleh pemberian ASI yang jarang atau teknik menyusui yang tidak tepat.

Faktor lain adalah kurangnya kepercayaan diri dalam menyusui atau tidak memahami fisiologi laktasi yang normal, menyebabkan persepsi pasokan ASI yang tidak mencukupi, padahal sebenarnya jumlah ASI cukup untuk diberikan kepada anak.

Belum lagi, perempuan kerap menerima saran yang saling bertentangan dari dokter tentang cara mengatasi masalah menyusui. Keberhasilan inisiasi bergantung pada pengalaman di rumah sakit serta akses ke instruksi tentang laktasi dari para ahli menyusui, terutama pada periode awal pascapersalinan. 

Sebagian besar masalah, jika diidentifikasi dan ditangani sejak dini, tidak akan menimbulkan ancaman kegagalan menyusui.

4. Persiapan skin-to-skin

Saat bayi lahir, dianjurkan untuk melakukan kontak kulit ke kulit (skin-to-skin) sesegara mungkin. Bayi maupun ibu akan ada dalan kondisi telanjang dan biasanya diletakkan di atas dada ibu saat melakukan skin-to-skin.

Bayi akan dapat mendengar suara detak jantung dan suara ibu yang menenangkan, yang akan membuat mereka merasa rileks.

Kontak skin-to-skin juga membantu:

  • Mengatur suhu, pernapasan, dan detak jantung bayi.
  • Meningkatkan suplai ASI dan rangsang naluri menyusu bayi.
  • Bonding ibu dan bayi.
  • Melepaskan hormon oksitosin, yaitu zat kimia alami yang membuat tubuh merasa nyaman.
  • Membangun kekebalan bayi terhadap infeksi.

5. Luangkan waktu untuk menyusui

ilustrasi ibu sedang menyusui bayi (freepik.com/ freepik)

Produksi ASI bergantung pada seberapa sering ibu menyusui atau memompa payudara. Semakin sering menyusui atau memompa, semakin banyak ASI yang diproduksi tubuh. 

Jadi, jika produksi ASI tampaknya lebih sedikit dari biasanya, susui bayi lebih sering. Kamu juga dapat memompa setelah menyusui untuk membantu merangsang produksi ASI lebih banyak.

Beberapa hal, seperti stres, penyakit, dan beberapa obat-obatan, dapat menurunkan pasokan ASI untuk sementara. Minum banyak air dan mengonsumsi makanan bergizi dapat membantu pasokan susu.

Cobalah juga untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri setiap hari, meskipun hanya selama 15–30 menit. Jika bayi berusia di bawah 6 bulan dan ibu tidak berada di dekatnya dalam waktu lama di siang hari, pompa atau perah ASI setiap 3 jam untuk menjaga persediaan susu.

Jika persediaan ASI masih sedikit dan kamu khawatir akan hal tersebut, konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya