TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Tidur Bisa Membakar Lemak?

Syaratnya kamu harus tidur nyenyak

ilustrasi orang yang tidur nyenyak (pexels.com/Craig Adderley))

Intinya Sih...

  • Jika tidak mendapatkan tidur gelombang delta, kamu tidak dapat membakar lemak. Pembakaran lemak hanya terjadi saat tidur nyenyak.
  • Untuk bisa membakar lemak kala tidur, kamu bisa mempelajari cara mempercepat metabolisme dan mendorong tubuh untuk membakar lemak.

Saat menimbang berat badan pada pagi hari, kamu mungkin berat badanmu lebih rendah dari malam sebelumnya. Alasannya karena adanya cairan yang hilang sepanjang malam. Oleh sebab itu, studi mengatakan bahwa tidur cukup jadi salah satu jalan untuk mendukung penurunan berat badan. Lantas, apakah tidur juga bisa membakar lemak?

Lemak tubuh bukan cuma soal estetika, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan jangka panjang. Kabar baiknya, lemak bisa terbakar saat tidur. Berikut ini penjelasannya.

Baca Juga: Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Harian, Cocok untuk Diet

Tidur nyenyak jadi kuncinya

Selama tidur nyenyak, otak menghasilkan gelombang delta yang lambat. Jika tidur nyenyak dalam waktu yang cukup lama, kamu mengalami fase tidur gelombang delta sebanyak empat kali dalam semalam. Jika tidak mendapatkan tidur gelombang delta, kamu tidak dapat membakar lemak. Pembakaran lemak hanya terjadi saat tidur nyenyak.

Saat malam hari, kamu tidak makan, tetapi tubuh masih membutuhkan energi untuk melakukan perbaikan. Ada hormon yang dilepaskan oleh hati untuk melepaskan lemak secara perlahan sebagai energi sepanjang malam. Ini disebut sebagai hormon pertumbuhan.

Temuan peneliti

ilustrasi seseorang sedang tidur (pexels.com/Meruyert Gonullu)

Sebuah studi menemukan bahwa gangguan tidur dapat memperlambat penurunan lemak dan membuat seseorang lebih sulit menurunkan berat badan, terutama ketika mereka mengikuti diet pembatasan kalori.

Studi lain menyebut bahwa orang dengan sleep apnea kehilangan lebih banyak berat badan dan lemak selama periode 12 bulan ketika mereka mengalami tidur yang lebih baik.

Para peneliti juga mengaitkan interval tidur yang lebih pendek dengan pola makan hedonis. Ketika seseorang makan secara hedonis, mereka makan lebih banyak hanya untuk kesenangan. Seiring waktu, perilaku ini dapat menghasilkan lebih banyak pilihan makanan yang tidak bergizi dan asupan kalori yang lebih tinggi.

Sebaliknya, ketika seseorang tidur lebih lama, mereka cenderung tidak makan secara hedonis dan menginginkan makanan yang bergizi.

Selain itu, sebuah studi mengatakan bahwa rasa lapar hedonis menurun pada responden ketika mereka mengalami kualitas tidur yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa orang mengonsumsi lebih sedikit kalori setelah tidur nyenyak dan membuat pilihan makanan yang lebih bergizi karena tidak memiliki dorongan untuk mengonsumsi makanan hanya untuk nafsu semata.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya