TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Jenis Seksisme, Bentuk Diskriminasi Berdasarkan Gender

Apa pun jenisnya tidak bisa dinormalisasi dalam masyarakat

ilustrasi seksisme terhadap perempuan (pexels.com/Timur Weber)

Seksisme adalah istilah yang merujuk pada praduga atau diskriminasi berdasarkan gender individu. Seksisme bisa memengaruhi siapa saja, tetapi terutama memengaruhi perempuan dan anak perempuan.

Pada dasarnya semua bentuk seksisme berdampak negatif, khususnya bagi aspek emosional korban. Ini karena seksisme bisa menyebabkan perilaku ekstrem, mulai dari melontarkan pernyataan yang memperkuat stereotip negatif hingga tindak kekerasan.

Berikut ini adalah ulasan lengkap mengenai jenis seksisme beserta dampaknya yang sangat penting untuk kita ketahui.

1. Apa itu seksisme?

ilustrasi seksisme (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, seksisme adalah suatu praduga atau bentuk diskriminasi terhadap seseorang yang biasanya didasarkan oleh gender. Walaupun biasa dialami siapa pun, tetapi perempuanlah yang paling sering menjadi korban.

Dilansir Human Rights Channel, seksisme digadang-gadang menjadi akar penyebab dari ketidaksetaraan gender di seluruh dunia.

Seksisme dapat termanifestasi ke dalam beberapa jenis atau bentuk, yaitu:

  • Perilaku.
  • Gerak tubuh.
  • Hukum dan kebijakan.
  • Praktik dan tradisi.
  • Gambar.
  • Tulisan.
  • Pidato.

Baca Juga: Dampak dan Kondisi Korban Kekerasan Seksual Menurut Psikolog

2. Hostile sexism

ilustrasi laki-laki menyakiti perempuan (pexels.com/Keira Burton)

Hostile sexism mengacu pada keyakinan dan perilaku yang secara terang-terangan memusuhi sekelompok orang karena jenis kelaminnya. Bentuk hostile sexism yang terkenal adalah misogini atau kebencian terhadap perempuan.

Orang-orang dengan hostile sexism mungkin memiliki memandang perempuan sebagai individu yang menipulatif, suka berbohong, dan selalu menggunakan rayuan untuk mengendalikan laki-laki. Pandangan ini mungkin berlaku juga bagi siapa saja yang mengekspresikan gender mereka dengan cara yang berkaitan dengan feminitas.

Studi dalam jurnal Frontiers in Sociology tahun 2019 menjelaskan, seksisme jenis ini termasuk dalam tindakan berbahaya karena dapat meningkatkan risiko pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender.

Di Indonesia sendiri sudah ada penelitian yang menguak mengenai hubungan antara hostile sexism dan mitos pemerkosaan, di mana korban justru sering kali disalahkan atas peristiwa tersebut. Ini didukung oleh penelitian dalam Current Psychology tahun 2019.

3. Benevolent sexism

ilustrasi laki-laki membantu perempuan (pexels.com/Kampus Production)

Berbeda dengan hostile sexism yang memandang perempuan dengan sebelah mata, benevolent sexism justru melabeli perempuan sebagai individu yang cantik, polos, mudah rapuh, dan butuh perlindungan. Adapun contoh tindakan benevolent sexism adalah mendasarkan nilai seorang perempuan pada perannya sebagai istri, ibu, atau anak.

Praktik seksisme jenis ini tampaknya sedikit membingungkan. Pasalnya, tindakan ini lebih diterima secara sosial dan mungkin didukung juga oleh perempuan. Penting untuk dipahami bahwa meskipun benevolent sexism menerapkan praktik yang cenderung memperlakukan perempuan dengan baik, tetapi jenis seksisme ini masih melabeli perempuan sebagai gender yang lemah.

Baca Juga: Apa Itu Marital Rape dan Efeknya bagi Kondisi Psikologis Korban?

4. Ambivalent sexism

ilustrasi perempuan sedang bekerja (pexels.com/cottonbro)

Seksisme yang satu ini merupakan kombinasi antara hostile sexism dan benevolent sexism. Orang yang terlibat dalam ambivalent sexism memandang perempuan sebagai sosok yang polos, baik, dan murni. Namun, dalam situasi yang berbeda bisa anggapan tersebut akan berubah, menganggap perempuan adalah sosok yang manipulatif dan penipu.

Artikel berjudul "Ambivalent sexism in the 21st century" dalam buku Cambridge Handbook of the Psychology of Prejudice memaparkan, beberapa peneliti yang terlibat dalam studi tersebut berpendapat bahwa ambivalent sexism merujuk pada bagian dari suatu sistem.

Contoh praktiknya adalah mempekerjakan seseorang karena berpenampilan menarik, tetapi bisa kapan saja memecatnya jika tidak menanggapi rayuan seksual. Selain itu, tindakan menilai perempuan “baik” dan “jahat” dari cara berpakaiannya juga termasuk dalam seksisme tipe ambivalent sexism.

5. Institutional sexism

ilustrasi perempuan dan laki-laki bekerja dalam satu sektor (pexels.com/fauxels)

Jenis ini merujuk pada seksisme yang berhubungan dengan institusi seperti sistem hukum, pemerintahan, sistem pendidikan, sistem kesehatan, lembaga keuangan, media, dan tempat kerja. Dengan kata lain, ketika suatu kebijakan menciptakan atau memperkuat praktik seksisme, maka hal tersebut termasuk bentuk institutional sexism.

Institutional sexism memiliki unsur yang lebih kompleks, di mana perilaku yang ditunjukkan bisa bersifat permusuhan (hostile), baik hati (benevolent), atau ambivalen. Indikator yang paling kentara ialah:

  • Terbatasnya keragaman gender di antara pimpinan politik dan eksekutif bisnis.
  • Adanya kesenjangan gaji berdasarkan gender hampir dalam setiap jenis pekerjaan.

6. Internalized sexism

ilustrasi korban seksisme (pexels.com/Liza Summer)

Seksisme yang terinternalisasi berkaitan dengan keyakinan seksisme yang dipegang kuat oleh pribadi masing-masing. Biasanya individu yang terjebak dalam internalized sexism mengembangkannya secara tidak sadar akibat pendapat orang lain terkait perilaku seksis. Contoh tindakannya misalnya, merasa malu dengan aspek yang melekat pada perempuan (menstruasi dan ciri khas fisik).

Internalized sexism bisa menyebabkan seseorang memiliki perasaan malu, ragu terhadap diri sendiri, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan melakukan suatu hal.

Dilansir Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), jumlah perempuan yang bekerja di bidang sains, teknologi, dan matematika lebih rendah kemungkinannya dipengaruhi oleh internalized sexism.

Baca Juga: 6 Fakta Husband Stitch, Jahitan Ekstra setelah Persalinan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya