TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Trauma Antargenerasi: Definisi, Gejala, Penyebab, Pengobatan

Trauma yang diwarisi dari generasi sebelumnya

ilustrasi trauma antargenerasi (pexels.com/RDNE Stock project)

Trauma merupakan respons emosional terhadap peristiwa menyedihkan, seperti kekerasan atau bencana alam. Namun, mungkinkah kita mewarisi trauma dari anggota keluarga?

Ya. Trauma yang tidak diatasi dapat ditularkan secara tidak sengaja. Peristiwa dan pengalaman traumatis yang signifikan, seperti Holocaust, perbudakan, pelecehan seksual, dan kemiskinan, bukan hanya memberikan dampak pada korban, tetapi juga pada anak-anak, bahkan bisa berlanjut hingga generasi berikutnya.

Trauma jenis ini dikenal sebagai trauma antargenerasi, yang akan kita bahas secara lebih mendalam di bawah ini.

1. Definisi

ilustrasi trauma antargenerasi (pexels.com/Pixabay)

Trauma antargenerasi adalah istilah untuk trauma yang diturunkan dari penyintas trauma kepada keturunannya. Dijelaskan dalam laman Verywell Mind, orang yang mengalami trauma antargenerasi mungkin mengalami gejala, reaksi, pola, serta dampak emosional dan psikologis dari trauma yang dialami generasi sebelumnya.

Ini karena gaya adaptasi pasca trauma leluhur dan orang tua memengaruhi keturunan mereka, dan cara-cara ini bersifat multidimensi. Hal ini terekspresikan secara biologis, kimiawi, psikologis, perilaku, antarpribadi, budaya, bahkan secara nasional.

Baca Juga: Menyoroti Childhood Trauma dan Dampaknya pada Kesehatan

2. Gejala

ilustrasi perempuan merasa sedih (pexels.com/Polina Zimmerman)

Setiap orang memiliki reaksi berbeda terhadap suatu peristiwa traumatis dan sering kali tidak menyadari dampak dari peristiwa tersebut. Gejala trauma antargenerasi dapat bervariasi, tergantung pada peristiwa yang dialami dan dapat bersifat fisik, emosional, atau perilaku.

Anggota keluarga yang mengalami peristiwa traumatis mungkin memiliki gejala yang berhubungan dengan gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Oleh sebab itu, penting bagi keluarga untuk mewaspadai gejala-gejala tersebut.

Dirangkum dari Choosing Therapy, gejala umum dari trauma antargenerasi mungkin termasuk:

  • Sulit mempercayai orang lain.
  • Amarah.
  • Iritabilitas.
  • Mimpi buruk.
  • Ketakutan.
  • Ketidakmampuan untuk terhubung dengan orang lain.
  • Penolakan.
  • Depersoanlisasi.
  • Isolasi.
  • Waspada berlebihan.
  • Penyalahgunaan obat.
  • Kesedihan berkepanjangan.

3. Penyebab

ilustrasi trauma (pexels.com/Liza Summer)

Trauma antargenerasi terjadi karena efek trauma yang dialami seseorang diturunkan ke generasi setelahnya. Misalnya, jika orang tua mengalami pelecehan saat masih anak-anak atau pengalaman masa kecil yang buruk, siklus trauma serta pelecehan akan berdampak pada pola asuh mereka.

Trauma antargenerasi juga dapat disebabkan oleh penindasan. Dampak trauma antargenerasi telah didokumentasikan pada keturunan pengungsi dan penyintas Holocaust, yang menunjukkan bahwa jenis trauma ini terus berdampak hingga beberapa generasi setelah peristiwa traumatis kolektif terjadi.

4. Dampak

ilustrasi sulit tidur (pexels.com/stockking)

Trauma, baik yang dialami secara langsung maupun tidak langsung, bisa berdampak pada banyak bidang kehidupan sehari-hari. Dilansir Healthline, dampaknya mungkin termasuk:

  • Enggan bangun dari tempat tidur.
  • Sulit tidur atau takut tidur karena mengalami mimpi buruk.
  • Menggunakan zat tertentu untuk menghilangkan rasa tidak nyaman dan nyeri.
  • Peningkatan kemarahan, kesedihan, dan kesepian.
  • Tidak merasakan apa-apa sama sekali karena begitu terputusnya hubungan dengan diri sendiri.
  • Sering merenungkan pikiran-pikiran kritis, menuntut, dan memalukan.
  • Mengalami gejala fisik, seperti sakit kepala, migrain, sakit perut, suhu tubuh panas, dan gemetar.

Akibatnya, penyintas mungkin mulai menghindari keluarga dan teman, mengalami kesulitan di sekolah atau tempat kerja, atau bahkan sulit untuk meninggalkan rumah. Efek ini dapat bertahan lama, tetapi juga bisa mereda dan kembali seiring waktu. Pada akhirnya, semua ini dapat memengaruhi fungsi sehari-hari, kualitas hidup, dan hubungan dengan orang lain.

Baca Juga: Rape Trauma Syndrome (RTS): Gejala, Tahapan, Penyebab, dan Perawatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya