TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Raih Berat Badan Ideal, Ini Rekomendasi Diet yang Ampuh!

Tidak semua diet aman dan bisa berkelanjutan

ilustrasi diet (freepik.com/jcomp)

Diet sering kali dilakukan saat seseorang mengalami kelebihan berat badan atau disarankan oleh dokter karena ada kondisi medis tertentu.

Banyak diet yang menawarkan solusi instan, misalnya berat badan turun banyak dalam seminggu dan lain-lain. Apakah terjamin? Biasanya tidak.

Tidak semua diet aman dan bisa dipertahankan dalam jangka waktu lama. Malah, bisa saja diet gagal, membawa risiko sakit, atau berat badan kembali naik.

Inilah hal-hal yang perlu kamu tahu tentang diet yang sehat dan berkelanjutan.

Intermittent fasting, apakah efektif?

Lewat rilis yang diterima IDN Times, dokter spesialis gizi klinik Eka Hospital BSD, dr. Oki Yonatan Oentiono, SpGK menyebut bahwa diet diperlukan untuk mencapai (atau mempertahankan) berat badan ideal. Namun, jika tak berdasarkan pengetahuan, diet malah bisa membahayakan kesehatan.

Intermittent fasting atau puasa intermiten sebagai contoh. Dalam program ini, seseorang mengonsumsi kalori sesuai kebutuhan dan berpuasa selama 14–16 jam. Diet ini telah dilakukan oleh selebritas sehingga popularitasnya meroket.

"Jenis diet ini memiliki segenap manfaat, di mana salah satunya yaitu menurunkan berat badan," tulis dr. Oki.

Selain berat badan, diet ini digadang-gadang memiliki berbagai manfaat lainnya. Johns Hopkins Medicine melansir, manfaat intermittent fasting berkisar dari meningkatkan memori, menyehatkan jantung, baik untuk mengendalikan diabetes tipe 2 dan obesitas, hingga baik untuk memperbaiki jaringan (sehabis operasi).

ilustrasi intermitten fasting atau puasa intermiten (freepik.com/user14908974)

Dokter Oki memperingatkan bahwa intermittent fasting tidak untuk semua orang. Kalau dipaksakan, diet ini mengganggu sistem metabolisme hingga mengganggu kesehatan.

Menambahkan dari Healthline, efek samping intermittent fasting yang perlu diwaspadai adalah sakit kepala, gangguan tidur, dehidrasi, hingga malnutrisi. Oleh sebab itu, diet ini tidak direkomendasikan untuk:

  • Ibu menyusui.
  • Anak-anak dan remaja.
  • Lansia.
  • Pasien gangguan imun.
  • Mereka yang memiliki riwayat atau sedang menderita gangguan makan (terutama bulimia nervosa).
  • Pasien demensia.
  • Mereka dengan riwayat cedera otak akibat trauma atau sindrom pasca gegar otak.

Dewasa ini, banyak jenis diet yang berlalu-lalang dari mulut ke mulut atau dunia maya. Mana yang harus kita ikuti agar tetap langsing dan sehat? Berikut adalah beberapa daftar diet aman dan telah terbukti memiliki manfaat!

Baca Juga: 15 Makanan dan Minuman Terbaik untuk Diet Keto, Sehat dan Lezat!

1. Diet keto

ilustrasi diet keto (thedoctorweighsin.com)

Cukup populer, diet ini berfokus ke asupan protein sebagai sumber energi utama sehingga tubuh lebih terbiasa membakar lemak sebagai energi.

Diet ini mengurangi asupan karbohidrat (nasi, kentang, atau gandum) dan berfokus ke protein (daging merah, produk susu, dan telur). Menurut UChicago Medicine, tubuh lalu menjalankan proses ketosis untuk menghasilkan keton, energi untuk hati dari lemak.

Bukan cuma baik untuk berat badan, dr. Oki mengatakan bahwa diet keto aman untuk orang dengan epilepsi. Dilansir Cleveland Clinic, diet ini memengaruhi cara kerja otak. Hasilnya, dr. Oki mengatakan kecenderungan gejala kejang pada pasien epilepsi berkurang. Agar ketosis, diet ini harus 75 persen lemak.

"Akan tetapi, diet ini tidak dianjurkan untuk penderita kadar kolesterol tinggi, karena konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh," kata dr. Oki.

Diet keto juga bisa menyebabkan hipotensi, batu ginjal, sembelit, kekurangan nutrisi, hingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Oleh sebab itu, diet ini tak disarankan untuk mereka yang memiliki gangguan pankreas, hati, tiroid, atau kantung empedu.

Selain itu, orang yang baru menjalankan diet ini bisa mengalami "keto flu" dengan gejala sakit perut, pusing, hingga mood swing. Menurut berbagai sumber, diet keto tidak disarankan untuk:

  • Ibu hamil dan ibu menyusui.
  • Mereka yang memiliki kondisi pencernaan atau riwayat kondisi pencernaan.
  • Mereka yang berisiko osteoporosis tinggi.
  • Mereka yang memiliki riwayat gagal diet.
  • Mereka yang memiliki riwayat atau tengah mengalami gangguan makan.
  • Anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun.
  • Pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2.

2. Diet rendah protein

hidangan sayur dan buah (pixabay.com/silviarita)

Tidak senang dengan diet keto atau punya kondisi yang mengharuskan diet rendah protein? Dokter Oki menyarankan diet rendah protein yang berfokus ke sumber protein nabati dan makanan rendah protein lainnya. Katakan selamat tinggal kepada daging, telur, dan susu. Kamu bisa fokus pada sayur, buah, dan makanan berkarbohidrat, seperti nasi dan pasta.

Kata dr. Oki, diet rendah protein adalah rekomendasi dokter karena kondisi kesehatan tertentu, salah satunya adalah gangguan ginjal. Karena ginjal terganggu, zat urea akibat konsumsi protein menumpuk sehingga memicu kelelahan dan kehilangan nafsu makan.

Menurut Medical News Today, orang-orang dengan kondisi ini bisa mendapat manfaat dari diet rendah protein:

  • Pasien gangguan ginjal.
  • Pasien nefropati diabetik.
  • Pasien fenilketonuria (PKU).
  • Pasien homosistniuria.

3. Diet Approach to Stop Hypertension (DASH)

ilustrasi program diet DASH (everydayhealth.com)

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pola makan tidak sehat. Jika tak ditangani, hipertensi bisa menyebabkan berbagai masalah, seperti penyakit jantung koroner hingga stroke. Oleh sebab itu, dr. Oki merekomendasikan diet DASH. Sesuai namanya, diet ini memang untuk orang dengan hipertensi.

Sebagai salah satu diet terbaik, dr. Oki menjelaskan bahwa DASH berfokus ke makanan dengan kandungan potasium, kalsium, magnesium, serat, dan protein. Selain itu, program diet ini juga mengurangi makanan tinggi lemak dan garam untuk mengontrol tekanan darah.

Dilansir Mayo Clinic, berbagai studi telah memperlihatkan manfaat DASH untuk mengurangi tekanan darah dalam dua minggu. Diet ini juga bisa menekan kadar low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dalam darah. Tekanan darah tinggi dan kadar LDL tinggi adalah dua faktor besar penyakit jantung dan stroke.

Baca Juga: Diet Garam, Mengurangi Konsumsi Natrium yang Bikin Awet Muda

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya