3 Fakta Menarik Mi Lethek Khas Bantul, Mi Tradisional dari Singkong

Mi ini masih dibuat dengan cara tradisional dan bebas pengawet

Mi jadi salah satu makanan pokok yang tidak bisa terpisah dari kuliner orang Indonesia. Mi di Indonesia punya keanekaragaman dari mulai bentuknya hingga bumbu-bumbunya. Salah satu mi dari Indonesia adalah mi lethek.

Mi lethek adalah mi khas Bantul yang terbuat dari tepung gaplek atau tepung dari singkong. Pembuatan mi lethek juga unik karena masih menggunakan pembuatan tradisional dengan tenaga sapi.

Kalian penasaran dengan serba-serbi mi lethek khas Bantul? Yuk, cari lebih lanjut tentang mi lethek di artikel ini. Simak sampai habis, ya!

1. Mi lethek terbuat dari campuran tepung tapioka dan gaplek

3 Fakta Menarik Mi Lethek Khas Bantul, Mi Tradisional dari Singkongilustrasi mi lethek (commons.wikimedia.org/PD)

Mi lethek adalah salah satu jenis mi asli Indonesia, tepatnya dari Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mi ini terbuat dari perpaduan tepung tapioka dan tepung gaplek (singkong yang dikeringkan kemudiam dihaluskan). Nama lethek berarti 'kotor' dalam bahasa Jawa yang mengacu pada warna mi yang berwarna kecokelatan karena penggunaan tepung gaplek.

Dibandingkan dengan mi lainnya, mi lethek punya tekstur yang tebal dan lebih kenyal. Pembuatan mi ini juga masih dengan cara tradisional, bahkan penggilingannya pun masih menggunakan tenaga sapi. Lebih lanjut, mi ini bisa dimasak menjadi berbagai hidangan seperti mi goreng dan mi rebus.

Baca Juga: 5 Pantai Cantik dengan Sunset Terindah di Bantul-Yogyakarta

2. Pabrik pembuatan mi lethek sudah berdiri dari tahun 1940

3 Fakta Menarik Mi Lethek Khas Bantul, Mi Tradisional dari Singkongilustrasi mi (unsplash.com/Jakub Dziubak)

Awal mula terciptanya mi lethek adalah dari seorang pemuda dari Timur Tengah bernama Umar Yassir yang datang ke Nusantara dengan misi menyebarkan agam Islam pada tahun 1920. Suatu hari Umar Yassir pun datang ke Yogyakarta dan salat di Masjid Gede Kauman Yogtakarta untuk melaksanakan misinya. Singkat cerita, Umar Yassir pun bermukim di Bantul, Yogyakarta dan ia pun berinterkasi serta mengamati kehidupan warga lokal.

Umar Yassir menyimpulkan bahwa warga lokal Bantul ini selain membutuhkan uang, mereka juga membutuhkan makanan untuk kebuhutuhan sehari-hari.

Dari situlah, Umar Yassir tercetus untuk membuat sesuatu untuk menjadi bahan makanan untuk masyarakat dan makanan tersebut terbuat dari bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar.

Di tahun 1940, Umar Yassir mendirikan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan pabrik yang memproduksi mi. Mi tersebut adalah mi lethek, yang terkenal hingga sekarang.

3. Masih dibuat secara tradisional dan bebas pengawet!

3 Fakta Menarik Mi Lethek Khas Bantul, Mi Tradisional dari Singkongilustrasi mi lethek (vecteezy.com/Claudio Caridi)

Cara pembuatan mi lethek terbilang unik, lama, dan masih tradisional. Mi lethek dibuat dengan mencampur tepung gaplek dan tepung tapioka di dalam gilingan seperti lumpang yang berdiameter mencapai 2 meter. Di atas lumpang tersebut terdapat batu besar untuk menggiling bahan-bahan mie hingga halus.

Nah, karena beban batu tersebut berat maka tenaga manusia tidak mumpuni untuk menggiling sehingga dibantu dengan tenaga sapi untuk menggiling. Setelah adonan mi terbentuk, mi dikukus, lalu diatur kadar airnya.

Setelah kadar airnya diatur, adonan mi dikukus kembali lalu dipotong dengan ukuran besar. Setelah itu, adonan mie dicetak dengan mesin, lalu didinginkan, kemudian dioven. Terakhir, mi yang sudah dioven; dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari.

Mie lethek mempertahankan pembuatannya secara tradisional dan tidak mengandung bahan pengawet, pengenyal, pemutih, maupun pewarna.

Mi lethek biasanya digoreng maupun dibuat mi rebus. Jika berkunjung ke Bantul adau Yogyakarta, jangan lupa cicipi juga keunikan rasa dari mi lethek ya!

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tempat Makan Mie Ayam Enak dan Terbaru di Yogyakarta

Wanudya A Photo Verified Writer Wanudya A

You'll never walk alone.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya