Sally dan Kisah Cintanya di New York

Untuk diriku yang tidak lagi patah hati, semoga kamu percaya bahwa cinta itu indah. Untuk kenangan manis dan pahit selama di New York.

“Good luck, Sally!” “I’ll miss you!” kata Emma kepada Sally yang akan pindah ke New York.

“I will miss you, too. Ke supermaket bakal beda nih, kalau ga ada kamu. He he he...” kata Sally sambil memeluk Emma.

Emma adalah sahabat sekaligus tetangga Sally di kota Philadelphia. Mereka berkenalan di halte bus dekat rumah, dan sejak saat itu, mereka selalu pergi bersama. Sally akan pindah ke New York untuk pekerjaan barunya sebagai wedding planner, sementara Emma akan melanjutkan studi S3-nya di universitas yang sama di bulan September. Sally melambaikan tangannya sekali lagi sebelum masuk ke dalam bus yang akan membawanya ke New York.

Sally sedikit sedih meninggalkan kota lamanya, sebenarnya dia cukup capek pindah-pindah kota, tapi dia mendapatkan tawaran baru yang lebih menantang di New York, jadi sayang juga kalau ada kesempatan bagus tapi dilepas. Sally yakin dia akan mendapatkan teman baru, atau mungkin bertemu jodoh di kota New York...

Sally tinggal di apartment bersama dua roommate perempuan asal London di daerah Battery Park. Sally suka dengan kawasan Battery Park yang berada di bagian bawah Manhattan, karena dia bisa melihat matahari terbit dan tenggelam setiap hari. Sally cukup shock mengetahui harga sewa apartment di Manhattan, makanya dia share dengan dua orang untuk menghemat biaya sewa. New York begitu cantik di malam hari dengan kelap kelip lampu taman dan gedung. Sally mulai yakin, dia bisa melalui hari-harinya di kota ini dengan baik.   

Enam bulan kemudian,

“Okay, Mandy, sampai ketemu nanti siang” sahut Sally sebelum menutup teleponnnya. Mandy adalah teman sekantor Sally, dan Mandy berjanji akan mengenalkan teman-temannya ke Sally siang itu.

“Hi Sally!” “Kenalin nih, ini Ethan temanku, dan ini Yenny”

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Hi!” kata Sally sambil menyalami tangan Ethan dan lalu menyalami tangan Yenny.

Sulit bagi Sally untuk tidak memandang wajah Ethan, karena ada sesuatu yang unik dari raut muka Ethan. Cakep, gak sih, tapi pokoknya ada yang menarik dari Ethan. Bulan Desember akan menjadi bulan yang akan sulit dilupakan oleh Sally, karena itu pertama kalinya dia bertemu dengan Ethan.

Sally, Ethan, Yenny, dan Mandy jadi sering hang out sejak saat itu. Mandy juga sering membawa teman-temannya yang lain untuk bergabung, tapi yang membikin Sally bahagia, apabila dia bisa bertemu dengan Ethan. Bertemu dengan Ethan bak hiburan buat Sally di tengah kepadatannya sebagai wedding dan event planner. Lama kelamaan Sally mulai jatuh hati kepada Ethan, tapi dia tidak yakin apakah Ethan memiliki perasaan yang sama terhadap Sally. Ethan, orang yang baik, dan ternyata dia cukup popular di kalangan cewek-cewek, jadi Sally sedikit berkecil hati. Sally juga tahu bahwa Yenny juga menaruh hati kepada Ethan. Tapi, Sally tetap berpikiran positif. Prinsipnya hari esok siapa yang tahu, sudah bertemu Ethan, sudah bagus.

Setahun kemudian,

Hubungan Sally dan Ethan masih tetap sebatas teman. Sally ingin hubungannya pindah status ke arah yang lebih serius, tapi dia sedikit ragu, tidak yakin bila Ethan juga memiliki perasaan yang sama. Biasanya Sally bisa menebak hati seseorang, apakah orang tersebut 100% tertarik atau cuma teman biasa. Kali ini, Sally tidak bisa menebaknya, tapi dia juga cukup takut untuk menanyakannya. Disamping kegalauannya soal hubungannya dengan Ethan, Sally sedang dirundung problem di perusahaannya, yang mengharuskan dia untuk pindah ke Atlanta. Atasan Sally meyakinkan bahwa dia akan mendapatkan gaji 2x lipat lebih tinggi, dan mereka sangat memerlukan orang seperti Sally di kantor mereka yang berada di Atlanta. Sally antara senang, sedih, dan risau. Senang karena jabatan dia dinaikkan, sedih dan risau karena itu berarti dia tidak bisa bertemu dengan Ethan. Sally tahu bahwa dia tidak akan punya kesempatan lagi untuk mendekatkan diri ke Ethan bila dia pindah ke Atlanta. Tetapi, Sally juga tahu, dia harus membuat keputusan karena kantor tidak bisa menunggu terlalu lama.

Akhirnya, Sally memutuskan untuk pindah. Hatinya begitu berat meninggalkan Ethan dan hiruk pikuk kota New York. Sally berpikir dia bisa tetap menjalin komunikasi dengan Ethan lewat WhatsApp ataupun LINE, dia juga berpikir, dia bisa berkunjung ke New York saat liburan. Apa yang Sally rencanakan tidak berjalan dengan mulus. Ethan mulai jarang membalas pesan Sally. Mandy juga terlihat sibuk dan jarang bercakap-cakap lewat telepon. Sally merasa sedih dan marah setiap kali dia melihat foto Ethan, Yenny, Mandy, dan teman-teman yang lain di Facebook. Dia ingin sekali bersama-sama dengan mereka seperti dulu. Sally memutuskan untuk menutup Facebook-nya sementara waktu untuk membantu dia melupakan Ethan. Sally juga menghapus nomor telepon Ethan dari handphonenya. Sally jadi semakin sibuk dengan pekerjaannya, dan dia juga semakin merindukan Ethan di dalam hatinya.

Dua tahun kemudian,

Dengan segala jerih payah, akhirnya Sally bisa “melepas” Ethan dua tahun setelah dia hengkang dari New York. Sally cukup bangga dengan dirinya. Sally mengaktifkan Facebooknya kembali. Sally juga mendengar bahwa Ethan sekarang menjalin hubungan dengan Yenny. Selama dua tahun belakangan ini, Sally memutuskan untuk tetap sendiri meski dia tahu, ada sahabat laki-laki yang menaruh hati padanya. Sally berpikir hidup sendiri lebih baik, mengingat masih banyak hal yang ingin ia kerjakan, salah satunya belajar menjadi travel writer. Sally ingin hasil tulisan dan foto-fotonya bisa diterbitkan di majalah tourism seperti Travel and Leisure dan New York Times Travel. Bila waktunya tiba, Sally akan menemukan cintanya kembali.

M. W. S Photo Writer M. W. S

"Less is More" Ludwig Mies van der Rohe

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya