Hans dan Aku akan Bertemu Kembali

Hans dan aku memeluk agama yang berbeda, tapi dia juga selalu rajin mengucapkan selamat Natal untukku dan keluarga.

Aku seorang introvert dan kutu buku. Ya, ini adalah perpaduan yang agak kurang menyenangkan. Tidak heran kehidupan asmaraku terlihat gersang. Sebenarnya ada lawan jenis yang menunjukkan ketertarikannya padaku, tapi kebanyakan tidak bisa lanjut sampai ke jenjang yang serius karena berbagai macam alasan. Aku masih menjalin hubungan persahabatan dengan beberapa dari mereka, dan Hans adalah satu dari beberapa orang tersebut.

Aku kenal Hans lewat adik perempuannya yang kebetulan pernah tinggal satu kota denganku saat itu. Hans tinggal di kota lain yang cukup jauh dari kota tempat aku tinggal saat itu. Hans berkenalan denganku lewat Facebook. Dia ibarat sahabat penaku karena dia selalu bercerita macam-macam, tapi dia paling sering bercerita soal studinya. Kami berdua waktu itu sama-sama sedang menyelesaikan kuliah S2. Kadang-kadang Hans berhenti mengirim e-message dalam waktu yang cukup lama, namun dia tiba-tiba muncul lagi di Facebook dengan cerita dan update-update terbarunya.

Aku lumayan suka membaca cerita dia, karena dari apa yang dia tulis, aku tahu dia berhati baik, tulus dan serius dalam menghadapi segala sesuatu. Hans juga rajin mengirimiku artikel-artikel yang berhubungan dengan studi S2-ku. Aku justru jarang melakukan hal tersebut, karena bidang studi dia, Kimia, cukup rumit untukku. Satu hal yang menarik dari Hans adalah dia tidak pernah lupa dengan ulang tahunku. Di mana pun dia berada, dia selalu mengucapkan selamat ulang tahun. Hans dan aku memeluk agama yang berbeda, tapi dia juga selalu rajin mengucapkan selamat Natal untukku dan keluarga.

Setelah kurang lebih satu setengah tahun, kita bertukar cerita lewat Facebook, Hans akhirnya menawarkan diri untuk menemuiku. Waktu itu aku barusan mendapatkan pekerjaan baru di kota yang kebetulan lebih dekat dengan kota tempat dia tinggal. Hatiku sedikit berdebar-debar saat dia menawarkan diri untuk menemuiku, tapi kupikir-pikir, tidak ada salahnya bertemu tatap muka, mengingat kita berdua sudah bertukar cerita di dunia maya cukup lama. Hans akhirnya berkunjung ke kotaku di akhir musim Semi. Aku ingat betul, cuaca di hari itu mendung dan cukup berangin.

Hans kurus, menggunakan kaca mata, dan terlihat lelah. Dia harus menempuh 4 jam perjalanan untuk bisa sampai ke kotaku. Aku mengajak dia berjalan keliling kota dan makan siang bersama. Semuanya berjalan baik, sampai dia membahas soal kelanjutan hubungan kita. Hans bertanya banyak hal, dan aku tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Salah satu dari pertanyaan Hans adalah soal perbedaan agama kita. Aku cukup tercengang oleh pertanyaannya, karena dulu aku pernah bercerita kepadanya bahwa aku lebih senang mempunyai teman hidup yang satu iman denganku.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Di luar dugaanku, Hans mendengarkannya dengan serius dan bertanya lagi kepadaku. Tentu saja, aku masih tetap dengan jawaban yang sama, tapi aku berkata kita masih bisa berteman karena tidak ada yang tahu esok apa yang terjadi. Karena Hans memiliki kepribadian yang cukup spesifik dan serius, dia memilih untuk mundur. Hubungan kita meregang setelah itu. Hans jarang mengirim e-message atau sms, tapi kadang-kadang dia masih mengucapkan selamat Natal atau random checking. Aku sedikit merasa bersalah karena ini. Aku selalu berdoa semoga dia menemukan orang yang sayang dan mempunyai kepribadian seperti yang dia idam-idamkan.

Kurang lebih setahun setelah kejadian itu, Hans tiba-tiba mengirim sms, mengatakan bahwa dia akan merayakan malam tahun baru di kotaku dan bertanya apakah aku bisa bertemu dengannya. Sayang sekali aku waktu itu sedang mengunjungi rumah orang tuaku. Aku cukup surprise mendapatkan smsnya, dan karena takut kehilangan kontak lagi dengannya, aku memberitahu Hans niatku untuk pulang ke kota kelahiranku.

Hans tidak meresponse banyak soal niatku untuk kembali ke kota kelahiranku, tapi dia bilang, aku akan baik-baik saja di mana pun aku berada. Terbesit niat diantara kita untuk bertemu sekali lagi sebelum aku pulang ke kota kelahiran, tapi karena waktu yang terbatas, kita tidak bisa bertemu lagi sebelum aku pindah.

Aku tidak banyak lagi berbicara dengan Hans setelah itu. Kadang-kadang aku teringat kepadanya, dan sesekali aku melihat profile Facebook dia, kalau-kalau dia sudah memiliki pasangan. Masih ada sedikit merasa bersalah, bila aku mengingat hubunganku dengan Hans. Tapi setelah aku berpikir lebih lanjut, mungkin lebih baik begini. Mungkin kita berdua belum berjodoh. Aku percaya kalau aku dan Hans memang berjodoh, Hans dan aku akan bertemu kembali. Apa pun yang menjadi hambatan, kegalauan di waktu lampau akan terselesaikan.

Thank you Hans for your sincerity! My prayer is always with you wherever you go.    

M. W. S Photo Writer M. W. S

"Less is More" Ludwig Mies van der Rohe

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya