[CERPEN] Hujan dan Rasa yang Hilang

Dia cemburu pada cinta yang dulu ada di antara mereka

Intinya Sih...

  • Raka merasa cemburu pada kenangan indah dengan Larissa yang kini terasa begitu jauh dan tak tergapai.
  • Larissa menemukan kebahagiaan tanpa Raka, membuatnya merasakan rasa cemburu yang menyelimuti hatinya.
  • Raka akhirnya merelakan semuanya, belajar menerima bahwa kebahagiaan orang lain adalah luka yang harus dibawa dengan senyuman.

Malam itu, hujan turun deras di luar jendela kamar Raka. Dia duduk diam di tepi ranjang, mendengarkan suara hujan yang seolah menertawakan dirinya. Setiap tetes air yang jatuh, setiap hembusan angin yang menggetarkan dedaunan, semuanya mengingatkan Raka pada sesuatu yang dulu begitu dekat, namun kini terasa begitu jauh—Larissa.

Larissa, dengan senyumannya yang menenangkan dan tawa yang pernah menghangatkan hatinya. Kini, Raka hanya bisa merasa cemburu pada hal-hal kecil yang dulu dia anggap sepele. Hujan yang membasahi kulit Larissa, angin yang mengibaskan rambutnya, bahkan bayangan yang selalu menemani langkahnya. Semua itu lebih dekat dengannya daripada Raka pernah bisa lagi.

Dia mengingat saat Larissa pergi. Dengan senyum pahit, Raka berkata, "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu." Dan dia tulus, sungguh. Saat itu, Raka berpikir, jika memang dunia ini memberikan kebahagiaan yang lebih untuk Larissa, dia rela melepaskannya. Tapi di sudut hatinya, ada harapan kecil bahwa Larissa akan kembali. Bahwa dia akan menyadari, di luar sana hanya ada luka dan kesedihan, dan Larissa akan kembali ke pelukan yang pernah menjadi rumahnya.

Namun, kenyataan berkata lain. Larissa menemukan kebahagiaan—tanpa dirinya. Raka mendengar kabar itu dari teman-teman, melihat foto-foto Larissa yang tersenyum bahagia di media sosial, dan itu membuat hatinya perih. Dia berusaha tersenyum, mencoba menghapus rasa sakit yang tersembunyi di baliknya. Tapi malam-malam panjang yang sepi, saat Raka terbaring sendiri di tempat tidur, rasa cemburu itu kembali menyelimuti dirinya.

Dia cemburu pada malam-malam yang tidak lagi dia habiskan bersama Larissa. Dia cemburu pada siapa pun yang kini menemani Larissa di malam yang dingin. Dia cemburu pada cinta yang dulu ada di antara mereka, tetapi sekarang telah berpindah ke hati orang lain.

Di dalam keheningan kamar, Raka menatap keluar jendela. Hujan masih terus turun, seolah mencuci semua kenangan yang pernah mereka bagi. Tapi semakin Raka mencoba melupakan, semakin kuat kenangan itu mencengkeram hatinya. Dia merasa seperti tenggelam dalam pasir hidup, melihat Larissa perlahan menjauh, tak bisa digapai lagi.

Raka tahu dia harus melepaskan, namun itu tidak mudah. Dia tahu Larissa berhak bahagia, bahkan jika itu berarti tanpa dirinya. Namun, mengucapkan selamat tinggal pada cinta yang pernah begitu mendalam, itu adalah luka yang terus menganga.

Di bawah hujan yang terus mengguyur, Raka akhirnya merelakan semuanya. Dia menutup matanya, membiarkan air mata yang tertahan mengalir bersama hujan di luar. "Aku cemburu," bisiknya, pada hujan, pada angin, pada malam, dan pada cinta yang pernah ada. "Tapi aku harap kamu tetap bahagia, Larissa."

Dan dengan itu, Raka mulai belajar menerima bahwa terkadang, kebahagiaan orang lain adalah luka yang harus kita bawa dengan senyuman.

Baca Juga: [CERPEN] Menghitung Mimpi, Mengukur Realita

Tamara Rangkuti Photo Verified Writer Tamara Rangkuti

Living proof that overthinking can be a full-time hobby.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya