TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[CERPEN] Gugur dari Sekolah 

Entah siapa yang salah

Ilustrasi murid SD. (Grafis: IDN Times/ Agung Sedana)

Intinya Sih...

  • Pak Kil adalah guru disiplin yang memberlakukan hukuman sama rata tanpa diskriminasi
  • Siswi perempuan terlambat karena kendaraan mogok, mengalami hukuman berat, dan akhirnya meninggal dunia
  • Pak Kil menyesali tindakan dan meminta maaf kepada orangtua siswi perempuan yang meninggal

Pak Kil adalah seorang guru yang sangat disiplin. Ia tak pernah sedikitpun mentoleransi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh murid-muridnya.

Bahkan setiap hukuman yang diberikannya, sama rata antara laki-laki dan perempuan. Ia tak mau dianggap diskriminasi dalam mendidik para muridnya.

Hingga suatu hari, ia berjaga piket di gerbang sekolah. Ia mendapati beberapa murid yang terlambat. Tanpa segan ia pun menghukum mereka semua.

Masing-masing siswa pun saling melirik ke salah satu siswi perempuan dengan tatapan iba. Mereka semua tau bahwa perempuan itu memiliki penyakit yang cukup serius. Ia mengalami stroke saat ia tak sengaja terjatuh dengan posisi terduduk yang sedikit kuat, mengakibatkan kondisinya memburuk saat ini. Padahal usianya masih tergolong muda, tapi begitulah diagnosa penyakit yang dideritanya.

Pak Kil mengalihkan perhatian mereka, dan tetap memberikan hukuman pada mereka yang terlambat.

"Cepat naik ke tangga dengan berjalan jongkok, tanpa terkecuali." Seru pak Kil

Mereka pun menuruti seruan Pak Kil. Begitu juga siswi perempuan yang tertatih berjongkok sambil berjalan menaiki ke anak tangga.

Salah satu temannya hendak protes melihatnya melakukan hukuman tersebut.

"Maaf Pak. Bisakah bapak mengganti hukuman teman kita ini? Kasihan dia." Seru salah satu dari siswa yang terlambat.

"Jika dia tidak mau dihukum, harusnya ia tidak datang terlambat." Seru Pak Kil tanpa toleransi sedikit pun.

Saat semua siswa-siswi yang terlambat telah menyelesaikan hukumannya, siswi perempuan itu masih kesulitan untuk naik ke anak tangga yang ketiga. Hingga akhirnya seluruh siswa yang telah selesai menjalani hukuman, masuk ke kelas masing-masing.

Maka tinggal lah siswi perempuan itu dengan Pak Kil. Siswi itu pun di minta untuk berhenti dan mengganti hukumannya untuk mengitari setengah lapangan olahraga. Ia pun menerima, dan segera berjalan terseok.

Akhirnya siswi tersebut menyelesaikan hukumannya. Ia menghabiskan satu les pelajaran hanya untuk hukuman atas keterlambatannya. Ia sudah berusaha menjelaskan alasannya terlambat, namun Pak Kil tak menerima alasan apapun terhadap pelanggaran.

Di kelas, siswi perempuan tersebut terus saja memijat betisnya yang cenat cenut. Ditambah kepalanya yang juga ikut terasa pusing. Akhirnya di saat jam istirahat, ia izin pulang lebih awal.
-
Keesokan harinya siswi tersebut tidak hadir. Bahkan untuk hari-hari berikutnya. Suasana sekolah menjadi riuh dan histeris dengan kabar duka yang disampaikan pihak sekolah.

Pak Kil pun pergi melarikan diri, seolah merasa bersalah karena turut andil sebagai penyebab kematian siswi perempuan itu.

Di rumah duka, pihak sekolah pun menyatakan berbela sungkawa atas kepergian siswi perempuan itu, dan juga meminta maaf atas perlakuan para guru dan juga para murid yang mungkin pernah atau tidak sengaja menyakiti siswi perempuan itu.

"Sakit nya itu hanya penyebab. Ini memang sudah ajalnya. Mau bagaimana lagi." Kata orangtuanya.

"Kalau boleh tau, apa yang terjadi kemarin Pak?" Tanya salah seorang gurunya yang mendatangi rumah duka.

"Saat dia pulang sekolah lebih awal itu, ia mengeluh tentang kepalanya yang ingin pecah. Ia meraung-raung menahan kesakitan itu. Hingga kami membawanya ke rumah sakit, namun dokter mengatakan bahwa kondisinya sulit untuk tertolong. Apalagi tekanan akibat pergerakan nya yang berlebihan, menyebabkan semua ototnya menjadi tak karuan. Begitulah kira-kira maksud penyampaian dokter kemarin. Hingga kabar duka ini pun datang." Terang sang ayah

Pihak sekolah belum ada yang berani mengungkapkan hukuman yang diterima oleh siswi perempuan itu.

"Oh iya, Pak. Mohon maaf sekali Pak. Saya izin bertanya, kemarin dia terlambat karena apa ya?" Tanya guru lain dengan ragu.

"Oh itu. Mungkin ini juga salah satu yang membuatnya kalut dan stres. Saat itu kendaraan pribadi saya tiba-tiba mogok di jalan saat hendak mengantarnya ke sekolah. Ia panik, dan meminta saya agar segera memperbaiki kendaraan saya agar ia tak terlambat datang ke sekolah. Tapi ternyata kendaraan saya mengalami kendala yang cukup serius, hingga memakan waktu yang relatif lama. Akhirnya saya memesankan ojek online untuk mengantarkannya. Namun sepertinya ia terlambat juga ya." Kata sang ayah masih tenang.

Dengan penjelasan yang diterima oleh beberapa guru yang hadir di rumah duka, mereka pun saling melirik. Apakah mereka harus menyampaikan kondisi siswi perempuan itu saat datang terlambat ke sekolah atau tidak.

Hingga salah satu dari mereka mengangguk dan mencoba menghela napas panjang untuk mengungkap fakta yang terjadi saat siswi perempuan itu datang terlambat.

Saat hendak mengatakan tentang kejadian kemarin yang menimpa siswi perempuan itu, tiba-tiba saja Pak Kil datang dengan tergesa-gesa sambil menangis, ia meminta maaf dengan ayah siswi perempuan itu. Tak ada ucapan lain selain kata 'maaf' yang selalu diulang oleh Pak Kil kepada orangtua siswi perempuan itu.

Baca Juga: [CERPEN] Kereta, Kenangan, dan Rasa yang Tak Tersampaikan

Writer

Susan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya