TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[CERPEN] Jakarta, Kala Itu

Ketika semua hal mengingatkanku padamu

Potret Jakarta malam hari (unsplash.com/@syahrilfdilla_id)

Intinya Sih...

  • Kerak Telor, Makanan Khas Betawi
  • Kenangan Bersama di Jakarta
  • Pesanan Kerak Telor dan Obrolan dengan Teman

Bagiku, Jakarta bukan sekadar kota yang terkenal akan kemacetannya yang di akibatkan banyaknya kendaraan hingga menyebabkan polusi udara dan cuacanya yang cukup membuat kulit terbakar sinar matahari. Tetapi kenangannya cukup membuatku ingin kembali lagi kesana. Salah satu hal yang membuatku rindu adalah kerak telor. Makanan khas Betawi yang bahan utamanya telur, beras ketan, ebi yaitu udang kering yang diasinkan, dan kelapa. Semua bahan dicampur kemudian dimasak dan disangrai kering ditambah bawang goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa yang telah disangrai, cabe merah, kencur, jahe, merica butiran, garam dan gula pasir. Satu hal yang unik dari makanan itu adalah cara memasaknya, di mana telur di masukkan ke dalam wajan tanpa menggunakan minyak, ketika telor setengah matang, maka wajan akan dibalik menghadap panas arang dari anglo, lalu dibiarkan sehingga menjadi kerak. Komposisi pas yang menjadikan rasa yang tak terlupakan.

Aku turun dari kendaraan umum yang lebih dikenal sebagai transjakarta bersama sesorang yang kukenal selama beberapa tahun belakangan. Berawal dari pertemuan yang tidak sengaja. Dimana kami bertemu untuk pertama kali di perpustakaan nasional saat aku magang. Aku dan dia mempunyai satu hobi yang sama yaitu membaca. Singkat cerita, setelah pertemuan itu kami menjadi dekat. Selain kesamaan kami suka membaca, aku dan dia juga suka sekali kuliner terutama makanan khas betawi yang bernama kerak telor.

Aroma wangi yang menyeruak menuju indra penciumanku. Kata orang aroma itu dapat membangkitkan kenangan masa lalu. Ternyata itu benar adanya. Asap yang berasal dari arang menebarkan aroma khas yang benar-benar membangkitkan kenangan. Kenangan nikmat yang masih tersimpan dalam memori. Kerak telor adalah kuliner yang wajib dicoba saat pergi ke Jakarta. Meskipun sekarang pedagang makanan itu sudah cukup langka, tapi masih bisa dijumpai khususnya di tempat yang sedang aku kunjungi saat ini, disekitar monumen nasional. Bersama seorang teman baikku.

Aku dan temanku berjalan ke arah para penjual yang berjajar menjual bermacam-macam makanan.  Ada berbagai macam makanan dan minuman yang tersedia. Mulai dari makanan berat dan camilan. Tapi tidak hanya makanan dan minuman, ada juga yang menjual oleh-oleh yang bertemakan Jakarta. Namun, kami hanya tertuju pada sebuah makanan. Dimana si penjual membawa sebuah tungku kecil.

"Shan kamu mau yang telur ayam atau telur bebek?" tanya temanku memecah lamunan.

"Telur ayam aja," jawabku sambil tersenyum. Seperti biasa saat membeli kerak telor, aku akan selalu memesan yang telur ayam daripada telur bebek.

"Okay kalo gitu," balasnya.

“Pak pesen dua porsi yang satu pake telor ayam, yang satu lagi pake telor bebek,” ucap Rara kepada bapak penjual kerak telor.

Bapak penjual pun mengiyakan perkataan dari Rara.

“Loh mbak yang sering beli kan, kayak biasa ya gak pake bawang goreng.” Ucap bapak itu sambal melihat ke arahku.

“Ahh iya pak kaya biasa ya,” balasku. Memang sudah seringkali aku datang kesini, rasanya tak terhitung.

“Tumben mbak gak kesini bareng masnya?”

Aku hanya mampu tersenyum getir mendengar pertanyaan bapak penjual itu.

Sambil menunggu pesanan kami selesai, aku dan temanku duduk disebuah bangku yang tidak jauh dari penjual kerak telor tersebut. Disana aku dan temanku dapat melihat banyak orang yang baru turun dari bus yang mereka tumpangi. Siang hari yang terik tak menyurutkan semangat mereka untuk mengunjungi tempat, yang bisa di bilang salah satu landmark Indonesia.

"Shana … Aku tahu kamu pasti masih ingat tentang dia kan?" tanya temanku.

Aku hanya bisa memaksakan senyum dan berusaha menjawab pertanyaan itu. “Hemm,” jawabku sambil menganggukan kepala. “Rasanya gak mungkin aku lupain dia gitu aja Ra. Kamu tau sendiri kalo dia itu orang yang sangat berarti dalam hidup aku.”

“Iya aku paham.”

“Ra setiap sudut tempat ini ngingetin aku tentang dia, gimana dia berhasil bikin aku jatuh cinta sama hal-hal sederhana. Dia yang ngebuat aku tau apa artinya hidup Ra.”

Temanku adalah salah satu saksi kebersamaan aku dengan seseorang yang beberapa waktu lalu memenuhi seluruh hatiku.

Satu porsi kerak telor tersaji, semakin nikmat apabila dimakan selagi hangat. Bersama segelas es teh manis dengan kenangan di dalamnya. Seseorang yang tak pernah habis kisah membuat keriangan bagi hati yang penat. Kebersamaan yang mengendapkan beribu rasa.

Jakarta kala itu, menghadirkan beribu cerita. Jakarta kala itu, dipenuhi bahagia.  Jakarta, kutitipkan dia dan kenangan tentangnya karena sayangnya aku tak bisa selalu di sini. Mungkin raganya tak lagi ada tapi tidak dengan ceritaku dan dia, yang akan selalu ada tersimpan rapi di dalam ingatan. Semoga kita dapat berjumpa di lain semesta.

Baca Juga: [CERPEN] Hujan dan Rasa yang Hilang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya