[PUISI] Memungut Sampah Berlumut

Sesuatu yang telah dibuang, tak berhak dipungut kembali

Pemilik kaki raksasa membeli ciki murahan
di warung sepetak dengan uang jutaan
tak menerima kembalian, sungguh dermawan?
topengmu terbuka dari tajamnya perkataan

Amplop diisi berapa saat datang kondangan?
basa-basi yang membius nan membisukan
nada bicaranya lugas nan merendahkan
dagu dinaikkan menampakkan kearoganan
meski telah disambut dengan kata tak nyaman
tak ada secuil pun rasa bersalah apalagi maaf
Seusai harga diriku habis terserap
diinjak oleh kaki penguasa sarap
dibuang ke serakan sampah yang pengap
berlumut nan berbau tak sedap
kau pungut kembali dengan kaki terseok-seok
meminta bantuanku atas hidupmu yang penyok 

Segala bentuk juang diperlihatkan hingga esok
enggan lelah sendiri, bawa pasukan agar elok
tak ingat kejadian lalu, saat mengolok-ngolok
demi tercapai tujuannya, diam tertusuk golok
cinta tertolak dengan kalimat yang menohok 
Seperti merelakan dalam kebijaksanaan
nyatanya main belakang, mentalku dimainkan
menguntit, mengusik, si licik yang berisik
tak sadar alasan terbesar bukan beda rasa
tak sadar telah menancapkan luka di dada
menaburkan bunga supaya berhasil diterima
Saat aku bereaksi keras, sebab telah diperas
kau taburkan berita duka kepada manusia
seperti aku tokoh antagonis yang teramat sinis
kau bersilat lidah hingga lupa berkaca
tancapan pisaumu jadi darah yang bercak-cak
belum usai dibersihkan, kembali diinjak-injak
kapan ada waktu, nanti aku antarkan ke dokter
untuk operasi matamu yang pecak?

Baca Juga: [PUISI] Bingung Menaruh Muka 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Siti Ulumiah Photo Verified Writer Siti Ulumiah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya