[PUISI] Sebelum Terbang

Menjelang sarjana, temukan kedamaian dalam ketakutan

Dalam gelap malam penuh keraguan,
Saat bintang-bintang berbisik lembut,
Aku berdiri di ambang waktu,
Menatap jurang yang belum pernah kulalui.

Aku, seorang pencari yang letih,
Yang mengumpulkan butir-butir ilmu,
Kini berdiri di tepi jurang,
Dengan hati penuh tanya.

Di antara cahaya bulan dan bayang-bayang,
Aku mendengar suara lembut dalam jiwaku,
“Apakah engkau takut menjadi apa?
Apakah engkau khawatir menjadi tidak ada?”

Tetapi oh, kekasih jiwa,
Apa arti ketakutan di hadapan cinta-Nya?
Kita hanyalah daun yang bergoyang di angin,
Ditelan bumi, tapi abadi dalam cinta.

Sarjana, sebuah nama, sebuah gelar,
Tak lebih dari sekeping cahaya
Yang bersinar sementara di langit,
Kemudian menyatu dengan lautan cinta-Nya.

Janganlah kau khawatir akan masa depan,
Karena di setiap langkah yang ragu,
Ada tangan-Nya yang lembut membimbing,
Ada suara-Nya yang menuntun.

Maka terimalah ketakutanmu,
Seperti seorang pecinta menerima kepedihan,
Karena dalam setiap ketakutan yang dalam,
Ada rahasia pencarian yang membimbingmu pulang.

Terbanglah, wahai jiwa yang gelisah,
Biarkan burung hatimu mengepak,
Sampai akhirnya engkau menemukan
Bahwa di dalam ketidakpastian itu,
Ada cinta yang abadi.

Baca Juga: [PUISI] Seteguh Karang 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Nahlu Hasbi Heriyanto Photo Writer Nahlu Hasbi Heriyanto

English Education graduate with a focus on critical literacy and socio-cultural analysis. Committed to producing insightful essays that thoughtfully engage with complex ideas.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya