[PUISI] Tambang Bernyanyi

Tambang bernyanyi dengan nada keserakahan yang nyaring

Tambang bernyanyi di lembah dan bukit,
memanggil siapa pun yang mata duitan,
dengan gemerlap kilauan dan janji semu.
Menjadi alat penguasa yang tak mau hilang takhta.

Persetan dengan kerusakan lingkungan,
yang penting cuan dan cuan.
Mengalir deras bagai sungai emas,
mengisi kantong-kantong yang tamak dan rakus.

Bodo amat rakyat yang terpuruk,
di bawah debu dan limbah yang mematikan,
yang penting aku tidak melarat,
meskipun bumi kita semakin sekarat.

Di balik nyanyian tambang yang merdu,
terdengar jerit tangis alam yang pilu.
Hutan-hutan menangis, sungai-sungai merintih.
Namun semua itu, tak dihiraukan dalam hiruk-pikuk cuan.

Penguasa duduk di singgasana megah,
dengan mata yang buta dan hati yang beku.
Menjaga kekuasaan dengan segala cara,
walau harus mengorbankan masa depan bangsa.

Tambang bernyanyi,
dengan nada keserakahan yang nyaring.
Mengundang para pemuja harta, yang tak peduli pada derita semesta.

Baca Juga: [PUISI] Romansa Gunung

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Malik Ibnu Zaman Photo Writer Malik Ibnu Zaman

Penulis Partikelir

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ken Ameera

Berita Terkini Lainnya