[PUISI] Kebaikan Almanak

Sekadar mengingatkan agar waktu tak berlalu

Pagi-pagi sekali almanak itu memalak harap
Sementara empunya masih terbaring meratap
Walang hati rupanya merobek gurat bulan sabit di wajah mentari
Mengaduk musim dengan kemelut hari depan yang tertutup tabir Ilahi

Langkahnya terseok beradu lahapnya almanak melalap angka
Ambisinya getas ditampar usaha yang tak kunjung mujur
Sementara di kanan dan di kiri tak henti bersahut tanya
Kapan rencana Tuan jadi nyata?

Jangankan menjawab, akalku pun tak dapat mencerna
Selama ini kita meraba
Memilin pilinan jalan sederhana
Gemetar menerka khayal atau realitas yang menyapa

Sampai pagi-pagi sekali almanak itu memalak harap
Empunya tak lagi terbaring meratap
Ia merapal impian merajut ikhtiar yang entah kapan terjadi
Bukan tak berarti, barangkali nanti

Baca Juga: [PUISI] Jawaban Kopi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laila Nurjanah Photo Verified Writer Laila Nurjanah

Pelajar sepanjang hayat.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya