[PUISI] Tercekik Tahun Kembar 

Hidupku belakangan diramaikan berita pilu 

Lalu-lalang ambulans dua tahun ini memaksaku rajin bangun pagi
Hidupku belakangan diramaikan berita pilu
Rumah sakit pernah penuh dan pernah sepi
Satu yang pasti, rumah sakit selalu sendu

Tiap setengah tahun selalu ada promosi rilisan vaksi baru
Organisasi Kesehatan Dunia, selalu memantau di balik pintu
Ramai seniman meluncurkan tembang edisi pandemik
Berharap rezeki yang sepi kembali ramai

Ada pula seniman adu argumentasi
Vaksin dianggap fiksi ilmiah
Dokter-dokter baru bermunculan tanpa ijazah
Menyebar narasi bahwa dunia sedang berkonspirasi

Ibu-ibu sedunia tercekik perencanaan anggaran rumah tangga
Anak-anak tercabut dari keriangan ruang kelas dan taman bermain
Ayah memantau naik turun harga minyak goreng, beras dan bensin
Menahan pedihnya kenaikan kejam tarif transportasi massa

Cuaca semakin gila, sungai meluap, banjir melanda di dataran-dataran tinggi
Sepatu lars masih menginjak-injak batas pemukiman warga
Pentungan tinggalkan memar lebam di wajah dan kepala mahasiswa
Nusantara semakin terbagi dua dalam naungan Tuhan yang sama

Aku menatap kosong jalan hidup yang semakin berkelok dalam menuju jurang
Berharap para demonstran dan pejuang yang hilang kembali pulang
Generasi Z tak lagi dibuai ponsel pintar yang memperdaya
Merdeka seutuhnya seperti akhir tahun 1945

Baca Juga: [PUISI] Senandung Lembah di Pagi Hari

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

akhmad alfan Photo Verified Writer akhmad alfan

Patience and preserverence Follow me at IG:@alfanrahadi, Twitter:@alfanrahadi and FB :@alfanrahadi. Kindly read also radioastronot.wordpress.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya