[CERPEN] Titik Nol

Sebuah kisah di Titik Nol

Semua orang di kota kecil ini tahu tentang Titik Nol, tempat bermuara jalanan di kota ini, di tengah-tengah sebuah taman kecil yang indah. Setiap hari, orang-orang berkumpul di Titik Nol untuk berbicara, bermain atau hanya untuk menikmati pemandangan.

Tapi bagi Santi, Titik Nol adalah tempat yang sangat istimewa. Ia selalu merasa seperti di rumah ketika berada di sana. Sejak kecil, ia sering datang ke sini bersama ayahnya di akhir pekan. Mereka akan duduk di bangku kayu yang nyaman di bawah pohon besar, sambil menikmati makanan ringan dan minuman yang dibawa dari rumah.

Namun, setelah ayahnya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Santi merasa kesepian. Ia masih sering datang ke Titik Nol. Tetapi tanpa ayahnya, tempat itu tidak lagi terasa sama. Ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

Suatu sore, ketika Santi sedang duduk di bangku favoritnya di Titik Nol, ia melihat seorang anak laki-laki yang bermain di tengah-tengah taman. Anak itu sepertinya berusia sekitar enam atau tujuh tahun, dengan rambut hitam yang acak-acakan dan mata cokelat yang besar. Ia sedang berlari-lari kecil, mengejar kupu-kupu yang terbang di sekitarnya.

Santi merasa senang melihat anak itu. Ia teringat kepada ayahnya yang selalu membawanya ke Titik Nol ketika ia masih kecil. Ia teringat bagaimana ayahnya selalu bermain dengannya, mengejar kupu-kupu yang terbang di sekitar taman.

Santi tersenyum pada anak itu dan anak itu membalas senyumnya. Kemudian, anak itu berlari mendekat dan duduk di samping Santi. Mereka berbicara sebentar dan Santi merasa senang bisa berbicara dengan seseorang lagi setelah sekian lama merasa kesepian.

Setelah itu, mereka bertemu lagi di Titik Nol beberapa kali. Santi menemani anak itu bermain di taman, dan mereka berbicara tentang apa saja yang terlintas di pikiran. Anak itu bernama Rio dan ia adalah anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan di kota kecil itu.

Santi merasa iba pada Rio, dan ia merasa seperti ia harus melakukan sesuatu untuk membantu anak itu. Ia memutuskan untuk membawa Rio ke rumahnya dan memperkenalkannya pada ibunya. Awalnya, ibu Santi sedikit terkejut ketika melihat Rio, tetapi kemudian ia tersenyum dan menyambut anak itu dengan ramah.

Rio merasa senang bisa bersama Santi dan ibunya. Mereka makan malam bersama dan menonton film di rumah. Rio merasa seperti ia memiliki keluarga baru dan Santi merasa seperti ia memiliki adik kecil lagi.

Beberapa minggu kemudian, Santi mendapat ide untuk membawa Rio ke Titik Nol dan memperkenalkannya pada orang-orang di sana. Ia ingin Rio merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas kecil tersebut dan memiliki rumah 'lagi'.

Ketika mereka tiba di Titik Nol, Santi memperkenalkan Rio pada orang-orang di sana. Orang-orang tersenyum dan menyambut Rio dengan ramah. Mereka bermain bersama dan berbicara tentang apa saja yang terlintas di pikiran. Rio merasa senang bisa bersama mereka, dan Santi merasa seperti ia telah melakukan sesuatu yang baik.

Ketika malam tiba dan orang-orang mulai pulang, Santi dan Rio duduk di bangku favorit mereka di bawah pohon besar. Mereka menatap langit malam yang indah, dan Santi merasa seperti ia telah menemukan kembali tempat yang selalu ia anggap sebagai rumah.

"Kita berdua seperti kupu-kupu yang terbang di sekitar taman, ya?" kata Santi pada Rio.

Rio mengangguk dan tersenyum. "Tapi kita tidak akan pernah terbang jauh dari sini," katanya.

Santi tersenyum. Ia merasa seperti ia telah menemukan kembali Titik Nol dan teman baru yang istimewa. Ia merasa seperti ia telah menemukan kembali rumahnya.

Baca Juga: [CERPEN] Kota yang Tak Pernah Tidur

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Adhief Hermawan Photo Writer Adhief Hermawan

Writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya