TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kesalahan Finansial yang Sering Mengintai Pekerja Muda

kesalahan mengatur keuangan yang bisa bikin susah nabung

ilustrasi perempuan sedang bekerja (unsplash.com/Thought Catalog)

Mengatur keuangan tidak selalu mudah. Memastikan agar biaya hidup tercukupi sembari menyisihkan tabungan masih dirasa sebagai tantangan bagi sebagian besar kaum pekerja, tak terkecuali para pekerja muda.

Dilansir dari Katadata, riset yang dilakukan oleh OCBC NISP menunjukkan bahwa 85,6 persen generasi muda Indonesia memiliki kondisi keuangan kurang sehat. Masih kurangnya pemahaman anak muda tentang mengelola keuangan dinilai sebagai salah satu sebab.

Karena masih minimnya literasi keuangan, para kaum pekerja muda ini rentan membuat keputusan-keputusan yang berpotensi merugikan kondisi keuangannya di masa depan. Inilah beberapa kesalahan keuangan yang masih sering dilakukan pekerja muda.

1. Membeli mobil baru

ilustrasi seorang pria membeli mobil baru (pexels.com/Gustavo Fring)

Tidak ada yang salah dengan membeli mobil. Setiap orang memiliki kebutuhan mobilitas yang berbeda-beda dan jika memiliki mobil bisa meningkatkan efektivitas pekerjaan, why not? Masalahnya, apakah membeli mobil baru adalah keputusan yang tepat?

Mobil adalah kendaraan pribadi dengan banyak biaya yang menyertainya. Harga yang terlihat di showroom hanyalah bagian kecil dari biaya memiliki mobil. Selain uang bensin, kepemilikan mobil juga menuntut biaya pajak dan perawatan tahunan yang tidak sedikit jumlahnya. Belum lagi kalau membeli mobil dengan cara mencicil, tentu saja ditambah lagi dengan membayar bunganya.

2. Terlalu bergantung pada kartu kredit

ilustrasi membayar dengan kartu kredit (unsplash.com/CardMapr.nl)

Kartu kredit sebenarnya adalah salah satu metode pembayaran. Ketika kamu sedang tidak memiliki cash cukup sementara ada keperluan mendesak seperti anggota keluarga sakit, kartu kredit bisa membantu pembiayaan dengan mudah. 

Sayangnya, banyak pengguna kartu kredit yang terlalu sering menggunakan kartu kredit untuk kebutuhan sehari-hari atau bahkan demi hal-hal konsumtif. Mereka tidak lagi memikirkan seberapa banyak yang sudah dibelanjakan dan hanya terfokus pada apa yang bisa mereka beli dengan kartu kredit. Jika dilakukan terus-menerus, ini bisa menciptakan kebiasaan besar pasak daripada tiang alias pengeluaran lebih banyak daripada pemasukan. 

Baca Juga: 4 Kesalahan Finansial yang Paling Sering Dilakukan, Ada di Kamu?

3. Memilih hunian yang terlalu mahal

ilustrasi komplek perumahan mewah (pexels.com/Jessica Bryant)

Di kalangan pekerja muda, terdapat dua pandangan soal membeli rumah yaitu skema KPR atau mengontrak sambil menabung. Apa pun pilihanmu soal mencicil dengan KPR atau menyewa rumah, pastikan kamu tidak menghabiskan terlalu banyak uang untuk hunian.

Dikutip dari Ramsey, sebaiknya biaya untuk rumah tidak lebih 25 persen dari pemasukan. Kalau kamu punya gaji 8 juta dan sedang berpikir untuk mengontrak, pastikan cari yang harganya kurang dari 2 juta.

Jangan lupa sesuaikan juga dengan kebutuhanmu. Buat yang belum berkeluarga, menyewa kosan 1 kamar tentu saja sudah cukup. Akan tetapi buat kamu yang sudah berkeluarga dan memiliki 1 anak, tentu lebih pas untuk menyewa rumah dengan 1 kamar.

4. Mengeluarkan aneka biaya langganan tapi minim penggunaan

ilustrasi berlangganan video streaming (unsplash.com/Mollie Sivaram)

Mulai dari layanan streaming, pusat perbelanjaan, gym, maupun TV kabel, semuanya memiliki fitur biaya berlangganan. Jika sering digunakan secara teratur, biaya berlangganan memang bisa membuat pengeluaran lebih hemat.

Sebaliknya, jika kamu sering mengeluarkan biaya berlangganan untuk hal yang jarang kamu gunakan, tentu ini sama saja dengan pemborosan. Evaluasi kembali mana saja layanan berlangganan yang layak untuk di-cancel.

Baca Juga: 5 Kesalahan Finansial di Masa Muda, Mudah Terlena

5. Tidak memiliki dana darurat

ilustrasi dana darurat (unsplash.com/Alexander Grey)

Pekerja muda dengan gaji UMR seringkali memberikan excuse soal dana darurat. Mencukupi kebutuhan biaya hidup sehari-hari tanpa terlilit hutang bagi mereka sudah lebih dari cukup.

Meskipun demikian, dana darurat tetaplah penting untuk dimiliki siapapun, termasuk para pejuang UMR. Kita tidak pernah tahu kemalangan atau situasi darurat yang bisa terjadi kapan saja. Walaupun sedikit, sebaiknya kamu tetap menyisihkan sebagian dari gaji untuk pos dana darurat.

6. Terjebak lifestyle creep

ilustrasi perempuan belanja barang mewah (unsplash.com/freestocks)

Dikutip dari Business Insider, lifestyle creep atau inflasi gaya hidup merupakan suatu kondisi ketika pengeluaran bertambah seiring dengan bertambahnya pemasukan. Keadaan ini sangat mudah ditemukan di kalangan pekerja yang baru saja mendapat kenaikan gaji ataupun promosi jabatan yang lebih tinggi.

Konsep FOMO dan YOLO yang akrab di kalangan milenial turut menjebak mereka untuk menghabiskan uang demi kesenangan sesaat. Pekerja yang masuk dalam perangkap lifestyle creep akan cenderung tidak memikirkan dana darurat, apalagi dana pensiun.

Ketika kehidupan keuangan membaik, memang tidak ada salahnya bagi kita untuk memberi hadiah atas kerja keras selama ini. Salah satu hadiah terbaik yang bisa kita berikan adalah dengan mempersiapkan tabungan untuk masa sulit. Biar bagaimanapun, kondisi keuangan tidak selalu berada di atas, dan kita harus selalu berjaga untuk menghadapinya.

Verified Writer

Nisa Istiqomah

menulis sebagian dari hobi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya