TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Meningkatkan Literasi Keuangan pada Gen Z, Harus Bijaksana

Mulai dari langkah kecil seperti membuat anggaran bulanan

ilustrasi orang memegang uang (freepik.com/drobotdean)

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sering kali menyandang reputasi buruk, khususnya dalam hal keuangan. Mereka dinilai kurang mampu mengelola uang dengan baik, lebih mengedepankan gengsi dan keinginan pribadi daripada kebutuhan, serta cenderung kurang suka menabung.

Studi dari Everfi, platform literasi keuangan di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa 4 dari 10 Gen Z tidak rutin membuat anggaran, 1 dari 4 gemar belanja sebagai self-reward, dan hanya 6 dari 10 yang bisa mengurangi pengeluaran ketika pemasukan terbatas. Banyak dari gen Z yang juga tidak menyadari dampak inflasi terhadap kondisi keuangan mereka.

Perilaku ini mengkhawatirkan mengingat tantangan ekonomi di masa depan, seperti inflasi tinggi, persaingan kerja yang ketat, dan kenaikan harga di berbagai sektor siap menerpa. Karena itu, penting bagi gen Z untuk menerapkan tips meningkatkan literasi keuangan berikut ini agar kesehatan finansial tetap terjaga.

1. Mempelajari dasar-dasar keuangan

ilustrasi orang mengatur keuangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Mengetahui dasar-dasar keuangan sangatlah penting. Cobalah pelajari konsep dasar anggaran (budgeting), tabungan, investasi, dan utang. Ada banyak buku, artikel, podcast, dan konten video atau infografis di media sosial yang mengulik topik ini.

Karena gen z terbilang akrab dengan teknologi, mengapa tidak memanfaatkannya untuk keuangan? Ada banyak aplikasi keuangan yang juga dirancang untuk membantu mengatur anggaran, memantau pengeluaran, dan bahkan berinvestasi. Dengan ini, kamu bisa lebih mudah mencatat arus kas (cash flow) dan membuat keputusan yang lebih baik.

2. Membuat tujuan jangka panjang

ilustrasi orang menulis (pexels.com/Ivan Samkov)

Hari esok masih berupa misteri. Kita gak pernah bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah kondisi ekonomi keluargamu akan tetap nyaman, atau terjadi hal di luar dugaan yang membuat pengeluaranmu berkurang. Karena serba tak pasti, kamu harus mempersiapkan bekal untuk masa depan.

Pertama-tama, kamu harus menetapkan tujuan yang jelas. Apa yang ingin kamu capai saat dewasa? Apakah ingin melanjutkan pendidikan S2, membeli rumah atau mobil, menyekolahkan anak ke luar negeri, atau mungkin pensiun lebih awal? Punya tujuan jangka panjang membantu kamu membuat keputusan bijak dan menghindari pengeluaran impulsif.

Baca Juga: 6 Manfaat Literasi Keuangan Bagi Generasi Muda, Dijamin Gak Nyesel!

3. Mempelajari dan mulai berinvestasi

ilustrasi investasi (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Investasi bukan lagi hal eksklusif yang hanya dilakukan oleh kalangan tertentu. Semua orang, termasuk gen z, bisa mempelari dan berinvestasi. Namun, sebelum memulai, penting untuk memahami prinsip dasar investasi. Meskipun investasi dapat meningkatkan aset yang kamu miliki, ada risiko kerugian yang perlu diperhatikan.

Ada berbagai instrumen investasi yang bisa dipelajari, seperti saham, obligasi, reksa dana, atau cryptocurrency. Setiap instrumen memiliki risiko dan potensi keuntungan tersendiri. Makin tinggi keuntungan yang ditawarkan, makin tinggi juga risiko kerugiannya. Contoh instrumen dengan high risk high return adalah saham.

Saat belajar tentang investasi, penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasi profil risiko kamu. Kalau suka main aman, mungkin kamu tipe yang konservatif. Sebaliknya, kalau kamu suka ambil risiko demi keuntungan yang lebih besar, maka kamu tipe yang agresif. Tapi kalau tim di tengah-tengah, kamu mungkin seorang yang moderat.

Kenapa penting memahami profil risiko? Tentunya untuk membantumu memilih instrumen investasi yang sesuai. Sebagai contoh, reksa dana cocok dipilih investor konservatif, sedangkan obligasi bisa dicoba oleh investor moderat.

4. Memahami konsep utang

ilustrasi membayar utang (pexels.com/Monstera)

Memahami cara kerja utang dan bunga adalah aspek penting dari literasi keuangan. Tidak semua utang buruk, asalkan digunakan untuk sesuatu yang produktif, seperti modal usaha. Contohnya lagi, kamu membeli laptop secara kredit untuk bekerja. Secara tidak langsung, laptop membantumu menghasilkan uang sehingga ini termasuk utang produktif.

Namun, utang juga bisa jadi jebakan untuk hal-hal yang konsumtif, apalagi sekarang makin banyak platform pinjaman online (pinjol) dan fitur paylater di ecommerce. Sebisa mungkin, hindari menggunakan kartu kredit atau pinjaman online khususnya yang berbunga tinggi untuk keperluan yang tidak mendesak.

Verified Writer

Nadhifa Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya