Program Bapanas Stop Boros Pangan, Pengamat: Masyarakat Perlu Edukasi

Pemerintah harus sosialisasi alternatif pangan selain beras

Intinya Sih...

  • Akhmadi menyoroti program Bapanas yang mengajak masyarakat untuk tidak boros pangan demi mengurangi impor beras.
  • Pemerintah diminta memberikan edukasi tentang pangan alternatif seperti olahan jagung dan sagu untuk mengurangi impor beras.

Jakarta, IDN Times - Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Akhmadi menyoroti program Badan Pangan Nasional (Bapanas), yang mengajak masyarakat untuk tidak melakukan pemborosan pangan demi mengurangi impor beras.

Opsi tersebut digaungkan di tengah munculnya isu demurrage atau denda impor beras sebesar Rp 294, 5 miliar yang menyeret nama Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi.

“Kalau benar (opsi) itu prihatin juga ya. Solusinya masyarakat harus diberikan edukasi yang baik agar tidak berprilaku boros pangan,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (30/7/2024).

Baca Juga: Jokowi Beri Restu Pangan Olahan Kena Cukai

1. Pemerintah harus mengedukasi soal pangan alternatif

Program Bapanas Stop Boros Pangan, Pengamat: Masyarakat Perlu Edukasiilustrasi nasi goreng lombok ijo ala restoran (youtube.com/Devina Hermawan)

Akhmadi meminta, pemerintah dalam hal ini Bapanas bisa mengurangi impor beras dengan memberikan edukasi tentang pangan alternatif kepada masyarakat. Menurutnya, Bapanas bisa memperkenalkan produk pangan alternatif seperti olahan jagung hingga sagu.

“Harusnya secara masif lebih dikembangkan. Mindset ini harus dimulai dari para pengambil kebijakan di pemerintah baru masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Wanti-wanti Krisis Pangan, Ekonom Singgung Skandal Impor Beras

2. Impor beras sulit ditekan selama masyarakat masih ketergantungan

Program Bapanas Stop Boros Pangan, Pengamat: Masyarakat Perlu EdukasiImpor beras yang dilaksanakan oleh Perum Bulog. (dok. Bulog)

Akhmadi menuturkan, ketergantungan impor beras belum bisa ditekan selama pangan alternatif belum dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat. Terlebih, ketergantungan masyarakat akan beras masih sangat dominan.

“Untuk impor beras, selama ketergantungan masyarakat terhadap beras sangat dominan atau pangan alternatif belum menjadi daya tarik di masyarakat. Menekan impor beras, saya kira masih terkendala ya untuk dilakukan,” tutur dia.

3. BPS catat ada 30 persen total pangan terbuang

Program Bapanas Stop Boros Pangan, Pengamat: Masyarakat Perlu Edukasiilustrasi masak nasi goreng bumbu iris (pexels.com/Anna Tarazevich)

Bapanas sebelumnya membeberkan solusi untuk mengurangi jumlah impor beras. Salah satu caranya dengan menggalakkan program stop boros pangan.

Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy mengatakan, program itu diusung karena angka pemborosan pangan terhitung sangat besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ada 30 persen total pangan yang terbuang.

Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya kini terus mendorong masyarakat untuk menghemat pangan. Sebab, program stop boros pangan bisa membuat pemerintah tidak lagi mengimpor beras.

"Artinya, kalau kita bisa hemat (dengan) stop boros pangan, ini insyaallah kita tidak impor. (Ini) yang kita harus pahami," kata dia.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya