7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!

Pernah naik ojol ini?

Beberapa tahun lalu, platform ojek online sempat menjamur di Indonesia. Saat itu, banyak bermunculan perusahaan ojek online yang menyediakan berbagai layanan dengan ciri khas dan karakternya masing-masing.

Bisnis ini sempat menjadi tren menyusul suksesnya Gojek sebagai perusahaan ojek online pertama di Indonesia yang sudah berdiri sejak 2010. Sampai sekarang, Gojek bersama beberapa perusahaan lainnya seperti Grab dan Maxim masih eksis hingga sekarang.

Sayangnya, tak sedikit juga perusahaan yang hanya bertahan beberapa tahun dan terpaksa gulung tikar karena kalah saing dengan kompetitor ojek online lainnya. Berikut beberapa perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia.

1. Uber

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!ilustrasi Uber (uber.com)

Uber adalah perusahaan transportasi online asal California, Amerika Serikat yang berdiri pertama kali pada 2009. Lalu, mulai 2012, Uber mulai memperluas layanannya ke berbagai negara. Uber masuk ke Indonesia pada 2014 dan sempat menjadi salah satu platform ojek online favorit masyarakat.

Sayangnya, Uber hanya bertahan empat tahun di Indonesia. Pada 2018, Uber resmi angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Uber menjual seluruh bisnisnya kepada Grab yang merupakan kompetitornya.

Saat itu, para pengguna aplikasi Uber diminta untuk mengunduh Grab sebagai gantinya. Selain itu, sebagian besar driver Uber juga dipindahkan ke platform Grab dan ada juga yang ke Gojek.

2. Ojekkoe

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Ojekkoe, perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia (instagram.com/ojek_koe)

Ojekkoe merupakan platform ojek online yang menyediakan layanan kurir, antar makanan, dan belanja barang. Ojekkoe sekaligus masuk dalam daftar perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia.

Berdiri pada 2016, Ojekkoe didirikan oleh Katon Muchtar yang berawal dari tugas akhirnya. Pada awal peluncurannya bulan Januari 2016, ada sekitar 500 orang yang mendaftar sebagai mitra driver

Dalam operasionalnya, Ojekkoe tidak menggunakan sistem bagi hasil dengan para driver. Oleh sebab itu, semua pendapatan driver Ojekkoe tidak dipotong dan tidak ada sistem subsidi.

Namun, driver Ojekkoe tetap dikenakan fee system sebesar Rp2.500 per hari dengan pilihan paket pembayaran 15 atau 30 hari. Ojekkoe juga memiliki sistem reward untuk servis kendaraan mitra dan dana talangan.

Sebagai perusahaan rintisan, sayangnya Ojekkoe kerap mengalami masalah pendanaan yang akhirnya memaksa mereka tutup permanen.

Baca Juga: Cara Daftar Maxim Driver dan Syaratnya via Online, Mudah Loh

3. Blujek

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Blujek, perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia (instagram.com/blujek_id)

Pernah mendengar Blujek? Blujek adalah perusahaan ojek online yang khas dengan warna biru dan logo panah pada kompas. Blujek didirikan oleh Garrett Kartono dan Michael Manuhutu pada September 2015. Blujek hadir dengan visi dan misi mendorong ekonomi dan standar hidup masyarakat menengah ke bawah.

Blujek juga memiliki beberapa layanan, yaitu Blu-Rider, Blu-Pick, Blu-Shop, dan Blu-Menu. Layanan-layanan itu bisa digunakan lewat aplikasi Blujek yang tersedia di Play Store atau App Store.

Untuk para driver-nya, Blujek memberi persyaratan pendaftaran yang mudah dan dipersiapkan tes psikotes serta pelatihan khusus. Blujek juga menerapkan sistem bagi hasil 80-20 dengan mitra driver.

Sayangnya, Blujek tak bertahan lama. Mereka disebut mengalami kerugian karena persaingan tarif dengan perusahaan ojek online lainnya di Indonesia.

4. Call Jack

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Call Jack, perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia (calljack.co.id)

Call Jack adalah perusahaan transportasi motor pertama di Indonesia yang menggunakan argometer. Call Jak berdiri pada Desember 2010 dengan ciri khas jaket dan helm kuning.

Call Jack juga sempat diminati banyak kalangan, terutama di wilayah Yogyakarta. Saat itu, mereka juga bersaing dengan Gojek yang juga berdiri pada 2010.

Bahkan, Call Jack juga beberapa kali menerima penghargaan nasional, seperti MURI sebagai Taxi Motor Pertama dengan Sistem Argometer pada 2011 dan Best Public Service di ajang Inspiring Business Variety Award 2012. Sayangnya, Call Jack kini tinggal nama karena menjadi salah satu perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia.

Baca Juga: Cara Daftar inDriver Motor dan Mobil dan Syaratnya

5. Topjek

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Topjek, perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia (instagram.com/topjek)

Topjek juga termasuk salah satu yang muncul di tengah menjamurnya perusahaan ojek online di Indonesia circa 2015. Topjek didirikan oleh dua orang Indonesia, salah satunya Cempaka Adinda yang menjadi Direktur dan Co-founder.

Topjek hadir dengan salah satu fitur unggulan, yaitu Chatroom yang saat itu belum diterapkan para pesaingnya. Selain itu, Topjek juga membatasi pengemudinya hanya 10 ribu driver dengan seleksi yang ketat. Tujuannya agar driver benar-benar beruntung menjadi mitra Topjek.

Saat itu, Topjek juga menerapkan sistem bagi hasil 80-20 dengan para mitra driver. Sayangnya, Topjek gagal bertahan dan harus gulung tikar.

6. Ojesy

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Ojesy, aplikasi ojek online yang bangkrut di Indonesia (instagram.com/ojesy.id)

Ojesy adalah perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia berikutnya. Ojesy merupakan platform ojol untuk pasar perempuan yang didirikan oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir di Surabaya pada Maret 2015. Ojesy atau atau Ojek Syar'i menargetkan konsumen dari perempuan dan anak-anak, termasuk yang selain muslim.

Sayangnya, Ojesy hanya bertahan selama empat tahun. Pada 2019, Ojesy resmi tutup karena model bisnis mereka yang justru menjadi bumerang bagi perusahaan.

Baca Juga: Cara Daftar Driver GrabCar dan Syaratnya Terbaru 2024

7. Ladyjek

7 Perusahaan Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Kalah Saing!Ladyjek, perusahaan ojek online bangkrut di Indonesia (twitter.com/ladyjekofficial)

Mirip seperti Ojesy, sempat muncul platform ojol bernama Ladyjek dengan ciri khas jaket pink yang dipakai para driver perempuan. Ladyjek hadir dengan visi dan misi dari perempuan untuk perempuan.

Namun, Ladyjek gagal bertahan lama di pasaran. Mereka sering mengalami beberapa masalah seperti perang harga dengan kompetitor, aplikasi yang dipenuhi bug, dan armada yang kurang memadai.

Demikianlah beberapa perusahaan ojek online yang bangkrut di Indonesia karena beberapa masalah seperti persaingan harga dengan kompetitor hingga masalah pendanaan. Kamu pernah menggunakan atau justru pernah menjadi mitra driver-nya?

Baca Juga: 7 Klub Bola Eropa Milik Orang Indonesia, Membanggakan!

Topik:

  • Yogama Wisnu Oktyandito
  • Yunisda Dwi Saputri

Berita Terkini Lainnya