Rencana Merger Pelita-Citilink Ditahan, Tiko: Tunggu Garuda Sehat Dulu

Wamen BUMN ungkap opsi lain terkait penggabungan Pelita Air

Jakarta, IDN Times - Wacana penggabungan maskapai Pelita Air Service (PAS) dengan Citilink masih belum final. Wakil Menteri (Wamen) BUMN, Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko mengatakan sebelum Pelita Air masuk ke Garuda Indonesia Group melalui Citilink, kinerja keuangan Garuda Indonesia sendiri harus sehat.

“Kita lagi review Garudanya dulu, sampai kapan dia benar-benar bisa minimum negative equity. Tapi kalau operasi, baik Garuda, Citilink, GMF bahkan Aerowisata sudah positif,” kata Tiko saat ditemui awak media di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (6/11/2023).

Baca Juga: Merger dengan Citilink, Pelita Akan Pisah Entitas Penerbangan Reguler

1. Pemerintah masih pertimbangkan skema penggabungan Pelita dan Citilink

Rencana Merger Pelita-Citilink Ditahan, Tiko: Tunggu Garuda Sehat DuluPelita Air Service datangkan Airbus A320 (dok. Pertamina)

Tiko mengatakan, skema penggabungan dua maskapai tersebut masih dipertimbangkan. Namun, dia juga membeberkan opsi Pelita masuk ke PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney).

“Jadi ada dua opsi kan, opsinya pelita masuk secara license ke Citilink, atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji. Jadi belum ada decision dari saya mau ke InJourney atau ke Citilink,” ujar Tiko.

Baca Juga: Konek ke IKN, Citilink Buka 3 Rute Baru dari Balikpapan

2. Keputusan pemerintah menunggu hasil restrukturisasi Garuda

Rencana Merger Pelita-Citilink Ditahan, Tiko: Tunggu Garuda Sehat Duluilustrasi pesawat GarudaIndonesia GA200

Tiko mengatakan, keputusan mengenai penggabungan Pelita Air ke Citilink atau InJourney masih akan melihat hasil restrukturisasi Garuda Indonesia.

“Tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kita akan review sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini,” tutur Tiko.

3. Arus kas Garuda Indonesia sudah positif

Rencana Merger Pelita-Citilink Ditahan, Tiko: Tunggu Garuda Sehat DuluLogo Garuda Indonesia. (IDN Times/Trio Hamdani)

Tiko mengatakan, saat ini kinerja operasional Garuda Indonesia sudah positif, termasuk juga arus kasnya (cashflow). Namun, proses restrukturisasi Garuda Indonesia masih berlanjut karena utang perusahaan masih jauh lebih besar dari aset (negative equity).

Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia pada kuartal III-2023 yang tidak diaudit, tercatat aset perusahaan berada di level 6,15 miliar dolar AS atau setara Rp95,58 triliun (kurs Rp15.526 per dolar AS).

Adapun jumlah liabilitas atau utang perusahaan per kuartal III-2023 mencapai 7,77 miliar dolar AS atau setara Rp120,58 triliun. Maka, perusahaan masih mencatatkan ekuitas yang negatif hingga 1,61 miliar dolar AS atau setara Rp25 triliun.

Perusahaan juga masih mencatatkan kerugian sebesar 72 juta dolar AS atau setara Rp1,12 triliun per kuartal III-2023.

“Nah negative equity-nya itu sedang kita bereskan. Karena kalau negative equity kan sulit dapat leasing ke depan. Jadi ini kita rapikan dulu, seberapa cepat kita bisa lakukan untuk negative equity-nya berkurang.

Baca Juga: Garuda Indonesia Pastikan Sudah Mulai Bayar Utang ke AirNav Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya