Investigasi Usai, Impor Keramik Asal China Terbukti Dumping

KADI rekomendasikan pengenaan BMAD

Jakarta, IDN Times - Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) menyatakan produk keramik ubin yang diimpor dari China terbukti menerapkan praktik dumping.

Produk itu dijual di Indonesia dengan harga yang jauh di bawah keramik ubin buatan dalam negeri, sehingga merugikan industri nasional.

“Benar, laporan hasil penyelidikan sudah keluar tanggal 2 Juli,” kata Danang saat dihubungi IDN Times, Rabu (3/7/2024).

1. KADI berikan rekomendasi pengenaan BMAD

Investigasi Usai, Impor Keramik Asal China Terbukti DumpingKementerian Perdagangan (Kemendag) mengekspose temuan 4,57 juta produk keramik ilegal. (dok. Kemendag)

Atas tindakan tersebut, KADI mengeluarkan rekomendasi pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) pada produk tersebut.

Dalam dokumen Laporan Akhir Hasil Penyelidikan Anti Dumping atas produk ubin keramik dari China yang diterima IDN Times, KADI menyatakan bahwa beberapa negara sudah mengenakan BMAD terhadap produk tersebut.

Amerika Serikat (AS) misalnya mengenakan BMAD hingga 229-356,02 persen kepada China. Lalu, Meksiko mengenakan BMAD sebesar 105,5-451,6 persen, dan India 74,5 persen.

Baca Juga: Produsen Nasional Laporkan Predatory Pricing Keramik Impor dari China

2. Produsen keramik ubin China ambil untung lebih dari 100 persen

Investigasi Usai, Impor Keramik Asal China Terbukti Dumpingilustrasi impor (dok.istimewa)

Sebelumnya, Danang mengatakan rekomendasi tarif BMAD yang dikeluarkan KADI tergantung pada margin yang diambil eksportir keramik ubin dari China.

Dalam laporan itu, KADI menyatakan terjadi dumping atas produk keramik ubin impor dari China sebesar 100,12 hingga 199,88 persen.

3 Bukti kerugian yang dialami industri nasional

Investigasi Usai, Impor Keramik Asal China Terbukti Dumpingilustrasi ekspor impor (IDN Times/Aditya Pratama)

KADI menyatakan, praktik dumping tersebut merugikan pelaku industri keramik ubin nasional. Sebab, impor produk tersebut mengalami peningkatan, yang diiringi dengan praktik price undercutting, price depression, dan price suppression.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 impor ubin keramik tercatat sebesar 1,41 juta ton; pada 2022 sebesar 1,35 juta ton; dan pada 2021 sebesar 1,52 juta ton. Dari data tersebut terlihat adanya tren penurunan impor ubin keramik sebesar 3,27 persen pada periode 2021-2023.

Namun demikian, terjadi peningkatan impor pada periode 2022--2023 yaitu sebesar 4,49 persen. Selanjutnya, volume impor relatif dibandingkan dengan produksi nasional menunjukkan

peningkatan dengan tren sebesar 1,42 persen pada 2021--2023 yaitu dari 24,38 persen menjadi 25,08 persen. Pada 2023, negara utama asal impor ubin keramik, antara lain, China dengan pangsa impor sebesar 88,57 persen, dan diikuti India dengan pangsa impor sebesar 8,66 persen.

Baca Juga: Produk Keramik Impor China Bakal Kena Bea Masuk? Ini Kata KADI

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya