Bos Pertamina Ungkap 4 Faktor Pemicu Kebakaran Kilang

Ada sambaran petir dan kebocoran gas hidrogen

Jakarta, IDN Times - PT Pertamina (Persero) akan melakukan investigasi secara menyeluruh usai bertambahnya kasus kebakaran di kilang yang dimiliki.

Kebakaran terus terjadi baik di kilang maupun depo minyak milik Pertamina. Baru-baru ini, terjadi kebakaran di Kilang Pertamina Dumai, Riau, tepatnya pada Sabtu (1/4/2023) lalu. Tercatat, dalam tiga tahun terakhir, ada tujuh kilang dan depo Pertamina yang mengalami kebakaran.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, usai insiden kebakaran di Kilang Balongan pada 29 Maret 2021 lalu, auditor internasional, yakni International Sustainability Rating System (ISRS) membeberkan ada empat faktor pemicu kebakaran di kilang Pertamina.

"Dari hasil pemetaan setelah kurang lebih 10 bulan, keluar detail. Dilakukan 2021 pertengahan dan 2022 atas hasil kami sudah lakukan beberapa yang prioritas untuk dijalankan, secara garis besar risiko akan terjadi di aset kita itu ada empat penyebab kemungkinan," kata Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (4/4/2023).

Baca Juga: Pertamina Akan Buat Buffer Zone di Depo dan Kilang Pertamina

1. Petir jadi faktor pertama pemicu kebakaran

Bos Pertamina Ungkap 4 Faktor Pemicu Kebakaran KilangIlustrasi kilang minyak Pertamina (Dok. Pertamina)

Faktor pertama pemicu kebakaran adalah petir. Untuk itu, Nicke mengatakan pihaknya melengkapi fasilitas pelindung petir di kilang-kilang Pertamina.

"Jadi yang dilengkapi, dibangun di semua kilang itu adalah ligtening proctetion system, ada dua lapis. Itu sudah selesai," tutur Nicke.

Adapun sambaran petir ini adalah faktor pemicu kebakaran di Kilang Pertamina Balongan. Menurut Nicke, pihaknya sudah menggelontorkan 600 juta dolar AS atau sekitar Rp8,94 triliun untuk memasang fasilitas pelindung petir di kilang Pertamina.

"Lightning protection di Cilacap itu 3 Desember 2022 terjadi petir sampai 17 kali dan Cilacap aman. Jadi apa yang kita bangun ini mencegah kejadian serupa yg terjadi di Balongan. Itu effort yg kita lakukan, kita sudah spending sekitar 600 juta dolar AS untuk bangun ketahanan dua lapis itu," ujar Nicke.

Baca Juga: Pertamina Masih Investigasi Penyebab Kebakaran di Kilang Dumai

2. Arus berlebih

Bos Pertamina Ungkap 4 Faktor Pemicu Kebakaran KilangKilang minyak Pertamina. (Dok. Pertamina)

Faktor pemicu kedua adalah arus berlebih di kilang-kilang Pertamina alias overflow. Nicke mengatakan, pihaknya tengah berupaya mengantisipasi overflow di kilang-kilang Pertamina.

"Itu pun kita progresnya Pak Taufik tolong dilaporkan di kilang-kilang mana sudah dilakukan," ucap Nicke.

Baca Juga: Daftar Kebakaran Kilang Minyak dan Depo Pertamina sejak 2009

3. Kebocoran gas hidrogen

Bos Pertamina Ungkap 4 Faktor Pemicu Kebakaran KilangKomisi VII DPR RI dengan Direktur Utama Pertamina dan Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Selasa (4/4/2023). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Faktor pemicu ketiga adalah kebocoran gas hidrogen. Nicke mengatakan, kebocoran gas hidrogen ini yang menyebabkan kebakaran di Kilang Pertamina Dumai.

"Kebocaran hidrogen di Dumai case kemarin itu bisa kita padamkan dalam waktu 9 menit," ujar Nicke.

Dia mengatakan, Pertamina sudah melakukan mitigasi kebocoran gas hidrogen di kilang. Menurutnya, dengan pemadaman yang begitu cepat di Dumai menjadi bukti upaya Pertamina tengah berjalan.

"Ini sebagai salah satu bukti bahwa program kita jalankan bisa meminimalkan risiko," ujar Nicke.

4. Pemrosesan sulfur yang rendah

Bos Pertamina Ungkap 4 Faktor Pemicu Kebakaran KilangKepulan asap terlihat dari tangki 36 T 102 yang terbakar di Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (14/11/2021) (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Faktor pemicu kebakaran keempat adalah sulfidation, alias pemrosesan sulfur yang begitu lama. Penanganan untuk faktor tersebut adalah penggantian teknologi pada kilang Pertamina yang bisa mempercepat pemrosesan sulfur.

"Harganya lebih murah sehingga crude cost bisa kita turunkan. Tetapi material yang digunakan tentu harus diubah yg tak cepat rusak kita proses sulfur tinggi, itu adalah sulfidation," ucap Nicke.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya