Turunnya Kelas Menengah Jadi PR Prabowo-Gibran

Terjadi perubahan pola konsumsi

Banten, IDN Times - Wakil Menteri Keuangan II, Thomas Djiwandono, mengatakan penurunan kelas menengah pada tahun ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintahan atau kabinet baru Prabowo Subianto. Menurutnya perlu ada kebijakan jangka panjang untuk mengatasi penurunan tersebut.

"Saya rasa ini memang menjadi PR pemerintahan Pak Prabowo yang utama bagaimana kita mencari solusi jangka panjang," kata Thomas dalam acara APBN 2025: Stabilitas, Inklusivitas, Keberlanjutan, di Anyer, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (25/9/2024).

1. Turunnya kelas menengah dampak pandemik COVID-19

Turunnya Kelas Menengah Jadi PR Prabowo-Gibranilustrasi wabah (pixabay.com/fernando zhiminaicela)

Thomas menegaskan penurunan kelas menengah ini disebabkan oleh pamdemic Covid-19 dan di saat itu geliat perekonomian dan kinerja industri tengah merosot.

"Kenapa kelas menengah ini turun itu kan ada kaitannya sama pandemik. Kaitannya kan waktu tahun pandemik besar yang tadinya punya kerja di mana tiba-tiba apa entah mungkin bukan mungkin masih employee saat ini cuman gak sebaik masa pre-pandemi," ungkapnya. 

Oleh karena itu, ia membantah bila penurunan kelas menengah ini disebabkan oleh masih kurangnya kebijakan pemerintah. Karena hingga saat ini pemerintah terus memberikan afirmasi dan stimulus kepada masyarakat.

"Itu kan ada kaitannya sama pandemik. Jadi jangan dianggap bahwa ada kebijakan-kebijakan tertentu yang kurang atau apa, tiba-tiba kelas menengahnya turun terus," jelas dia.

Pada 2024, jumlah kelas menengah diketahui turun menjadi 47,85 juta jiwa atau sekitar 17,13 persen dari total populasi Indonesia di 2024. Pada 2019, porsi penduduk kelas menengah masih sebesar 21,45 persen atau sekitar 57,33 juta jiwa dan turun menjadi 19,82 persen (53,83 juta jiwa) di 2021.

Baca Juga: Pola Konsumsi Kelas Menengah Berubah, Ini 4 Tips Biar Gak Turun Kelas

2. Perubahan pola konsumsi generasi muda

Turunnya Kelas Menengah Jadi PR Prabowo-Gibranilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Jika ditelisik lebih jauh, penurunan terhadap kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir terjadi akibat perubahan pola konsumsi kelas menengah di Indonesia. 

Terutama ini terjadi pada generasi muda, mengalami perubahan signifikan. Lantaran, belanja untuk hiburan, kendaraan, pakaian, dan pesta justru meningkat. Hiburan, yang sebelumnya dianggap sebagai kebutuhan tersier, kini telah menjadi prioritas utama kelas menengah, mengakibatkan berkurangnya alokasi dana yang biasanya digunakan untuk kebutuhan dasar lainnya. 

Di sisi lain, dengan pendapatan yang stagnan dan kebutuhan yang meningkat, maka ruang untuk menabung kelas menengah semakin terbatas, yang berdampak pada stabilitas keuangan kelas menengah.

"Nah ini kan bisa menunjukkan bahwa yang tadinya discretionary spending yang untuk baju nih atau mungkin malah untuk jalan-jalan. Nah ini memang menjadi suatu hal yang perlu dicermati betul," kata Thomas.

3. Kelas menengah didominasi generasi X

Turunnya Kelas Menengah Jadi PR Prabowo-GibranData penurunan kelas menengah Indonesia. (Dok/BPS).

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, kelas menengah masih di dominasi oleh Gen X yakni umur 44-59 tahun atau 24,77 persen.

Apalagi data kelas menengah terus menurun sejak pasca pandemik COVID-19 semula 57,33 juta atau 21,45 persen menjadi 47,85 juta atau 17,13 persen pada 2024.

“Sekitar 1 dari 3 penduduk kelas menengah atau 36,89 persen merupakan Gen Z (1997 hingga 2012) dan generasi alpha (2010 dan 2025),” tutur dalam Konferensi Pers, Jumat (30/8/2024).

Baca Juga: Kejar Target Ekonomi 8 Persen, Thomas: Perlu Mesin Ekonomi Baru

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya