Tingkat Pengangguran Tinggi, Pendidikan dan Industri Harus Matching!

Jumlah pengangguran per Februari capai 7,2 juta orang

Jakarta, IDN Times - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto meminta link and match dunia pendidikan dengan industri pun harus terus diperkuat serta penciptaan lapangan pekerjaan berkualitas harus ditingkatkan.

Hal ini merupakan soluasi untuk mengatasi angka pengangguran di Indonesia yang masih tinggi. Tingkat pengangguran di Indonesia tidak sejalan dengan visi besar pemerintah mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan bonus demografi sebagai salah satu pendorongnya.

"Perlu dipikirkan bagaimana mendorong penciptaan lapangan kerja baru serta link and match ini benar-benar bisa berjalan dengan baik," ujar Teguh dalam keterangan tertulis, dikutip, Jumat (5/7/2024).

Baca Juga: Pengangguran Sukarela: Pengertian, Penyebab dan Perbedaannya

1. Jumlah pengangguran di Februari capai 7,2 juta orang

Tingkat Pengangguran Tinggi, Pendidikan dan Industri Harus Matching!ilustrasi pencari kerja (pixabay.com/geralt)

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa hingga Februari 2024 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2024 mencapai 4,82 persen.

Jumlah tersebut menurun sekitar 790 ribu orang dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan TPT 5,45 persen. Kendati demikian angka tersebut masih dinilai tinggi, apalagi kalau dilihat angka setengah menganggur jumlahnya sebanyak 12,11 juta orang.

2. Banyak tenaga kerja baru yang sulit terserap di pasar kerja

Tingkat Pengangguran Tinggi, Pendidikan dan Industri Harus Matching!Ribuan pencari kerja dari Generasi Z memadati Magetan Job Market Fair 2024 yang diadakan oleh Pemkab Magetan bersama Kemenakertrans di GOR Ki Mageti. IDN Times/ Riyanto.

Lebih lanjut, ia menjelaskan link and match mungkin tidak terlalu bermasalah bagi universitas ternama seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Namun, kata dia, Indonesia bukan hanya UI, ITB dan UGM saja, tetapi ada ribuan perguruan tinggi lain yang mencetak jutaan tenaga kerja baru yang sulit terserap di pasar kerja.

"Penguatan link and match menjadi penting. Sebab, ketika pihaknya berinteraksi dengan dunia bisnis, tak jarang yang menjadi topik pembahasan adalah kesulitan mencari talent yang berkualitas. Namun di sisi tenaga kerja, sering kali disampaikan bahwa lapangan kerja tidak mencukupi," jelasnya.

Baca Juga: Menuju Bonus Demografi, Masih Ada Kesenjangan Skill Pencari Kerja

3. Perlu siapkan solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk atasi link and macth

Tingkat Pengangguran Tinggi, Pendidikan dan Industri Harus Matching!Ilustrasi pencari kerja (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Selain itu, pemerintah juga harus fokus bukan saja meningkatkan akses ke pendidikan tapi dibarengi pula dengan peningkatan kualitasnya. Banyak terjadi perguruan tinggi mencetak banyak lulusan yang tidak dibarengi dengan kompetensi di pasar kerja.

Dengan begitu, pendidikan berkualitas akan mengurangi masalah link and match tersebut. Oleh karena itu, solusi utamanya memang tidak bisa hanya jangka pendek, namun jangka menengah dan jangka panjang.

Adapun solusi jangka pendek, lanjut Teguh, bisa ditempuh seperti melalui program kartu prakerja dari pemerintah. Program tersebut pun perlu penyempurnaan dan
dilanjutkan oleh pemerintah mendatang.

“Itu mungkin salah satu dari sebuah solusi yang bisa digunakan. Tetapi yang kita dorong juga bukan hanya ada situs dan pelatihan daring dan luring, tetapi setelah pelatihan ini nanti dia kerjanya seperti apa. Harus komprehensif tidak hanya berlatih atau dilatih saja. Tetapi setelah dilatih juga ada penyerapan dan penyerapannya seperti apa,” ungkapnya.

Berikutnya pemerintah perlu memberikan semacam insentif atau tax holiday bagi perusahaanperusahaan yang mampu menarik banyak tenaga kerja atau industri padat karya.

Artinya, insentif jangan hanya diberikan kepada yang berminat investasi saja. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi terkait pemanfaatan kebijakan super tax deduction bagi dunia usaha dan industri untuk melakukan kerja sama pelatihan/training.
Dengan demikian, kata dia, generasi muda atau angkatan kerja dapat terserap maksimal dan berkontribusi terhadap ketahanan bangsa.

“Generasi muda jangan sampai mereka frustasi. Jangan menjadi beban ke depan sehingga bonus demografi itu hanya isu, hanya jargon atau kesempatan saja. Tapi harus diwujudkan jadi nyata untuk kemajuan bangsa,” imbuh Teguh.

Baca Juga: Pengangguran Susah Dapat Kerja, Menaker Ungkap Penyebabnya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya