Rupiah Terus Merosot, Dibuka di Level Rp16.465 per Dolar AS

Rupiah melemah 15 poin

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah masih melanjutkan tren pelemahan pada pembukaan perdagangan Kamis (24/6/2024). Nilai tukar rupiah hari ini merosot ke level Rp16.465 per dolar AS.

Berdasarkan Bloomberg, rupiah melemah 15 poin atau 0,09 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp16.450 per dolar AS.

Baca Juga: Bos BI dan Sri Mulyani Disebut Cari Kambing Hitam Pelemahan Rupiah

1. Sejumlah mata uang juga melemah terhadap dolar AS

Selain rupiah, ada sejumlah mata uang yang ikut melemah terhadap dolar AS. 

  • Ringgit Malaysia melemah 0,04  persen
  • Bath Thailand melemah 0,10 persen 
  • Yuan China melemah 0,01 persen
  • Won Korea melemah 0,19 persen 
  • Dolar Taiwan melemah 0,02 persen 
  • Dolar Singapura melemah 0,03 persen

2. Data PMI AS membaik dorong pelemahan rupiah

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, laju rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan data PMI AS bulan Juni versi S&P yang dirilis Jumat malam memperlihatkan kondisi bisnis manufaktur dan jasa AS yang lebih bagus dari proyeksi pasar dan masih bertumbuh.

"Kondisi ini bisa mendorong kembali kenaikan inflasi sehingga Bank Sentral AS akan semakin enggan memangkas suku bunga acuannya. Ini masih memicu penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya," jelas Ariston.

Dengan demikian, rupiah masih berpotensi melemah ke level Rp16.500 per dolar AS dengan support di sekitar Rp14.400 per dolar AS di hari ini.

Baca Juga: Persepsi Fiskal Bikin Rupiah Kedodoran, Sri Mulyani Buka Suara

3. Sikap pemerintah dan BI sudah jelas lakukan antisipasi pelemahan rupiah

Terkait sikap pemerintah dan BI dalam menyikapi pelemahan rupiah, Ariston menjelaskan bahwa langkah pemerintah dalam menghadapi pelemahan rupiah pun sudah jelas karena telah dilakukan berbagai langkah antisipasi pelemahan lebih dalam. 

"Mereka mewaspadai kondisi yang sedang terjadi dan sudah mengambil langkah untuk mengantisipasi. Tapi jangka pendek ini sentimen eksternal masih besar mempengaruhi kondisi rupiah vs dolar AS seperti sikap the Fed dan konflik global," ungkapnya. 

Menurut Ariston, sejak dulu rupiah memang sangat terpengaruh oleh kondisi eksternal dikarenakan Indonesia masih masuk negara berkembang.

Baca Juga: Lapor Kondisi Rupiah ke Jokowi, Bos BI: Akan Menguat

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya