Rupiah Tembus Rp15.800 per Dolar AS, Gubernur BI: Cash Is The King 

Rupiah ditutup pada level Rp15.815 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) buka suara terkait rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS. Bahkan berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp15.815 per dolar AS.

Gubernur BI mengungkapkan kuatnya dolar AS menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah. Karena berdasarkan data akhir 2022, indeks dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 menyentuh level 106,21.

"DXY menguat hingga 2,6 persen secara year to date dibandingkan akhir tahun 2022," jelas Perry dalam Konferensi pers, Kamis (19/10/2023). 

1. Dolar juga menguat terhadap yen, dolar dan euro

Rupiah Tembus Rp15.800 per Dolar AS, Gubernur BI: Cash Is The King Ilustrasi dolar AS (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Perry menejelaskan, kuatnya dolar AS telah berdampak pada depresiasi mata uang seperti yen Jepang melemah 12,44 persen, dolar Australia melemah 6,61 persen dan Euro melemah1,40 persen (year to date).

Begitu juga dengan depresiasi mata uang kawasan seperti ringgit Malaysia, baht Thailand dan peso Filipina yang melemah masing-masing 7,23 persen, 4,64 persen dan 1,73 persen (ytd).

"Dalam periode yang sama, dengan langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,03 (ytd), relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global tersebut," kata Perry.

Baca Juga: Dolar Ngamuk, BI Katrol Suku Bunga Acuan Jadi 6 Persen

2. Ketidakpastian meningkat cash is the king

Rupiah Tembus Rp15.800 per Dolar AS, Gubernur BI: Cash Is The King Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Menurut Perry pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh ketidakpastian global yang meningkat, utamanya berasal dari arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) dan eskalasi konflik antara Israel dengan Hamas. 

Imbas dari ketidakpastian global yang meningkat, aliran modal asing keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Lantaran, investor memilih untuk mengalihkan dananya ke pasar keuangan negara maju yang dinilai lebih stabil, dengan imbal hasil aset yang kian meningkat.

Dalam catatan BI, aliran keluar modal asing (net outflows) dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan III 2023 sebesar 2,1 miliar dolar AS. Tekanan terhadap aliran modal asing terus berlanjut pada triwulan IV 2023 yang hingga 17 Oktober 2023 mencatat net outflows sebesar 0,4 miliar dolar AS. 

"Berbagai perkembangan tersebut mendorong pembalikan arus modal dari negara emerging market economies ke negara maju ke aset yang lebih likuid, cash is the king," tutur Perry.

3. BI lakukan intervensi untuk stabilkan rupiah

Rupiah Tembus Rp15.800 per Dolar AS, Gubernur BI: Cash Is The King Ilustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Di samping intervensi di pasar valuta asing, Bank Indonesia mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valuta asing, termasuk optimalisasi SRBI dan penerbitan instrumen-instrumen lain.

"Ini untuk meningkatkan mekanisme pasar baik dalam meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri. Koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha terus ditingkatkan dan diperluas untuk implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," jelasnya. 

Baca Juga: Bank Jago Jadi Bank Digital Terbaik di RI versi Forbes

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya