Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamental Ekonomi Kita Kuat 

Defisit anggaran berada di bawah ketentuan maksimal

Intinya Sih...

  • Defisit anggaran di bawah 3% PDB, masih lebih baik dari negara-negara Uni Eropa
  • Rupiah melemah bukan karena sentimen fiskal, tapi faktor eksternal seperti suku bunga The Fed
  • Daya saing Indonesia naik, berada di peringkat 27 dari 67 negara menurut Riset Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Ranking (WCR) 2024

Jakarta, IDN Times -  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengklaim pelemahan rupiah bukan disebabkan oleh sentimen dari arah kebijakan fiskal dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN 2025).

Diketahui, defisit anggaran tahun depan yang disusun pemerintah berada di kisaran 2,29 persen hingga 2,82 persen dari PDB. Defisit ini pun kata, Airlangga masih berada di bawah batas maksimal sebesar 3 persen terhadap PDB. 

"Kalau  kita lihat defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa (EU) dengan rata-rata (defisit anggaran) sebesar 5-7 persen. (Defisit) alarmnya di Eropa, bukan di Indonesia karena masih dibawah 3 persen terhadap PDB," tegas Airlangga saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jumat (21/6/2024)

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 15.00 WIB, rupiah berada di level Rp16.450 per dolar AS atau melemah 20 poin atau 0,12 persen. 

Baca Juga: Rupiah Makin Merosot, Dibuka di Level Rp16.471,5 per Dolar AS

1. Fundamental ekonomi cukup baik

Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamental Ekonomi Kita Kuat Proses bongkar muat ekspor Aluminium Ingot Seri G-1 ke China (Dok.Inalum)

Airlangga meminta seluruh pihak tidak mendiskreditkan Indonesia karena fundamental ekonomi RI cukup baik, mulai dari pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, hingga data neraca perdagangan. 

"Jika dikatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini sebagai alarm (peringatan) dari pelaku pasar keuangan supaya pemerintah mendatang menjaga kesinambungan fiskal ke depan sesuai batas aman defisit merupakan hal yang salah," ujarnya. 

Dia menyoroti pertumbuhan ekonomi kita relatif tinggi di 5,11 persen (yoy), sedangkan inflasi rendah di 2,8 persen (yoy). Indonesia juga mengalami surplus neraca dagang pada Mei sebesar  2,9 miliar dolar AS. Bahkan, surplus perdagangan telah terjadi selama 49 bulan berturut-turut.

Surplus ini disebabkan oleh surplus komoditas nonmigas 4,26 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan/nabati,  serta besi dan baja. Surplus neraca perdagangan nonmigas Mei 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu namun lebih tinggi dibandingkan Mei 2023.

Baca Juga: Persepsi Fiskal Bikin Rupiah Kedodoran, Sri Mulyani Buka Suara

2. Sentimen eksternal mendominasi pelemahan rupiah

Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamental Ekonomi Kita Kuat Google

Menurut Airlangga pelemahan rupiah ini lebih disebabkan oleh sentimen dari eksternal yakni tingkat suku bunga The Fed, kemudian kebijakan ekonomi di Negeri Paman Sam yang lebih baik. 

Hal itu tercermin Inflasi Amerika Serikat (AS) berada di level 3,3 persen secara tahunan pada Mei 2024. Angka ini merupakan yang terendah dalam periode 3 bulan terakhir.

Namun prospek suku bunga akan bergantung pada jalur perekonomian, dan mengindikasikan bahwa bank sentral AS memerlukan waktu dua tahun untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen. 

3. Peringkat daya saing Indonesia terkerek

Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamental Ekonomi Kita Kuat Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (14/6/2024). (IDN Times/Trio Hamdani)

Selain itu, peringkat daya saing Indonesia pun terkerek naik. Hal ini berdasarkan Riset Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, mencatat Indonesia menduduki posisi 27 dari 67 negara.

Di sisi lain, untuk kawasan regional Asia Tenggara, daya saing Indonesia ada di peringkat 3 setelah Singapura di posisi pertama, menyusul Thailand di urutan kedua. Sementara itu, peringkat daya saing nomor empat dan lima di Asia Tenggara ditempati Malaysia, dan Filipina

"Daya saing juga relatif tinggi, kita juga dari IMD ke level 27 dari 34 atau melompat 7 poin,  bahkan kita lebih tinggi dari berbagai negara. Jadi secara fundamental indeks keyakinan konsumen juga baik, Purchasing Manufacturing Index (PMI) juga positif diatas 50. Jadi fundamental kita kuat," tegas Airlangga. 

Dengan demikian, Airlangga meminta semua pihak menjaga sentimen regional terjaga dengan baik. Hal ini untuk menjaga iklim investasi sehingga berujung pada kenaikan investasi. 

"Hanya kan tentu faktor sentimental regional yang harus kita jaga tentu yang perlu kita jaga investasi kita harus genjot ke depan. Kemudian kita mendorong DHE kita dorong dan kita minta kepada para pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di Luar Negeri untuk di masukkan kedalam negeri," jelasnya. 

Baca Juga: Lapor Kondisi Rupiah ke Jokowi, Bos BI: Akan Menguat

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya