Rupiah Lesu di Penutupan Akhir Pekan, Terlemah di Asia

Rupiah ditutup di level Rp15.290 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada level Rp15.290 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (18/8/2023).

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 15.25, rupiah melemah 8 poin atau 0,05 persen dibandingkan pergerakan rupiah pada penutupan perdagangan Rabu, sebesar Rp15.281,5 per dolar AS.

Baca Juga: Akhir Pekan, Kurs Rupiah Keok Lawan Dolar AS

1. Rupiah paling lemah di Asia

Berdasarkan data Bloomberg, mayoritas mata uang di kawasan menguat. Peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah ditutup melonjak 1,06 persen. 

Ada pula yen Jepang yang terapresiasi 0,38 persen, baht Thailand yang naik 0,3 persen, dan won Korea Selatan yang ditutup menanjak 0,24 persen.

Begitu pun, ringgit Malaysia terlihat terapresiasi 0,22 persen, dolar Taiwan ditutup naik 0,15 persen, dan rupee India yang terkerek 0,05 persen. Sementara itu dolar Singapura naik 0,04 persen, serta dolar Hongkong yang menguat tipis 0,04 persen pada hari ini.

Baca Juga: Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Jawabannya

2. Data ekonomi AS membaik picu rupiah melemah

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan ada faktor yang memberikan tekanan terhadap rupiah. Pertama data ekonomi AS yang membaik.

"Semalam data aktivitas manufaktur di wilayah Philadelphia untuk bulan Juli menunjukan pertumbuhan dibandingkan sebelumnya yang berkontraksi. Ini membuka peluang the Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama sehingga bisa memicu penguatan dolar AS," jelasnya kepada IDN Times, Jumat (18/8/2023). 

Selain itu, isu pelambatan ekonomi China juga berdampak negatif ke perekonomian global termasuk Indonesia. Dengan kondisi ini, pergerakan rupiah berpotensi masih melemah yang diperkirakan bisa melemah di kisaran Rp15.320 per dolar AS hingga Rp15.350 per dolar AS.

3. Rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS

Analis pasar uang, Lukman Leong mengatakan pergerakan mata uang di kawasan Asia dipengaruhi oleh People's Bank of China (PBoC) yang melakukan intervensi untuk menguatkan yuan.

Sementara itu, prospek suku bunga the Fed masih cukup tinggi dalam beberapa waktu ke depan. "Setelah pada risalah pertemuan FOMC kemaren the Fed bersikap lebih hawkish dari perkiraan," jelasnya.

Dengan demikian, Lukman memperkirakan pergerakan rupiah masih akan tertekan terhadap dolar AS, namun seperti yang diketahui apabila BI aktif mengintervensi pasar akhir-akhir ini menjaga volatilitas nilai tukar dengan kisaran Rp15.250-Rp15.350 per dolar AS," jelasnya. 

Baca Juga: 6 Mata Uang Terendah Dunia di 2023 versi Forbes, Ada Rupiah?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya