Rupiah Ditutup Lesu ke Level Rp15.655 per Dolar AS

Yuan China melemah paling dalam di kawasan Asia

Jakarta, IDN Times - Kurs rupiah di pasar spot bergerak tipis hingga akhir perdagangan Kamis, (9/11/2023). Rupiah ditutup melemah ke Rp15.655 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dengan begitu, rupiah melemah tipis 0,03 persen dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp15.650 per dolar AS.

Baca Juga: Mata Uang Rupiah Masih Bimbang Tentukan Arah Pagi Ini

1. Pergerakan mata uang bervariasi

Hingga pukul 15.00 WIB, pergerakan mata uang di Asia cenderung bervariasi. Di mana, yuan China menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah koreksi 0,13 persen.

 Selanjutnya, ringgit Malaysia melemah 0,11 persen dan dolar Taiwan yang sudah ditutup turun 0,06 persen. Disusul, rupee India yang melemah tipis 0,003 persen.

Sementara itu, peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah ditutup menguat 0,3 persen terhadap the greenback. 

Berikutnya, baht Thailand yang terangkat 0,1 persen  dan dolar Hongkong menanjak 0,07 persen, diikuti yen Jepang yang terkerek 0,05 persen.

Sementara won Korea Selatan yang sudah ditutup menguat 0,04 persen dan dolar Singapura yang menguat tipis 0,007 persen  di sore ini.

Baca Juga: Bank Indonesia: Rupiah Terkendali, So Far So Good

2. Pergerakan rupiah dipengaruhi data IHK China

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah juga kemungkinan akan dipengaruhi oleh data terbaru Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) di China yang menunjukkan deflasi di Oktober.

Menurutnya, pelaku pasar bisa mengasumsikan deflasi tersebut sebagai akibat penurunan permintaan dan menganggap bahwa terjadi pelambatan ekonomi China.

"Persepsi ini bisa memberikan tekanan ke rupiah di mana China merupakan partner dagang besar Indonesia," tuturnya.

3. Level rupiah masih terkendali

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI, Edi Susianto mengatakan pergerakan rupiah saat ini masih terkendali dan kondisi nilai tukar di beberapa negara di kawasan regional juga (melemah).

"Rupiah (melemah) sejalan dengan apa yang terjadi di negara-negara regional. Kita kemarin menguat, lumayan bagus. Dunia pasar uang itu up and down suatu hal yang wajar selama masih dalam kondisi terkendali. So far, so good," jelasnya.

Karena kondisi tekanan global meningkat, BI pun enggan menargetkan nilai tukar pada level tertentu. Namun apabila ada hal ekstrem seperti pelemahan yang tak biasa, kata dia, maka BI memastikan siap untuk melakukan intervensi.

"Market itu. Let market decide. Kalau ada hal ekstrem, baru Bank Indonesia masuk ke sana intervensi," kata Edi.

Baca Juga: Google Terbitkan Laporan Ekonomi Digital Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya