Rupiah Ditutup Lesu ke Level Rp15.327,5 per Dolar AS

Data ekonomi AS yang membaik picu rupiah melemah

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah pada penutupan perdagangan Kamis (7/9/2023). Rupiah melemah ke level Rp15.327,5 per dolar AS sore ini.

Mengutip Bloomberg hingga pukul 15.15 WIB, mata uang Garuda melemah sebanyak 32,5 poin atau 0,22 persen dibandingkan penutupan pada Rabu (6/9/2023) di level Rp15.295 per dolar AS.

1. Won Korea melemah paling dalam

Di kawasan Asia, rupiah tidak melemah sendirian, karena mata uang sejumlah negara juga melemah di antaranya,  won Korea melemah paling dalam hingga 0,33 persen, rupee India melemah 0,06 persen, kemudian dolar Singapura melemah 0,12 persen, 

Kemudian bath Thailand melemah 0,24 persen, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen. 

Baca Juga: Begini Tips Investasi Online agar Tetap Cuan 

2. Rupiah berpotensi melemah di tengah sentimen risk off

Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong, mengatakan laju rupiah yang melemah disebabkan oleh sentimen risk-off di pasar keuangan.

Risk-off di pasar uang merujuk pada situasi di mana para investor cenderung menghindari investasi yang dianggap lebih berisiko, termasuk rupiah.

"Data PMI Service AS yang lebih baik dari perkiraan memicu kekhawatiran inflasi dan naiknya ekspektasi pada prospek suku bunga the Fed," kata Lukman.

Senada, pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi AS masih menguat, disebabkan data PMI sektor jasa AS periode Agustus yang dirilis semalam menunjukkan pertumbuhan aktivitas yang lebih bagus dari ekspektasi pasar.

"Dengan sektor jasa yang masih bertumbuh, inflasi di AS bisa sulit turun dan membuka ekspektasi bahwa the Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lebih lama," tuturnya.

3. Data ekonomi AS membaik picu rupiah melemah

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah karena, data perekonomian AS menunjukkan ketahanan. Hal ini tercermin dari data yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa AS tumbuh lebih besar dari perkiraan pada bulan Agustus, dengan ukuran harga di sektor tersebut juga meningkat lebih lanjut.

"Data tersebut memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap stabil dalam jangka pendek, sehingga memunculkan prospek hawkish yang berkelanjutan dari Federal Reserve," ucapnya. 

Data pengangguran di AS akan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap sehat, dengan klaim pengangguran awal diperkirakan sedikit meningkat menjadi 235.000 dari 228.000 pada pekan sebelumnya. 

Baca Juga: 8 Tips Jitu Investasi Saham buat Pemula, Pasti Cuan!

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya