OJK: Stabilitas Keuangan Indonesia Aman di Tengah Gejolak Global  

Gejolak diakibatkan ditutupnya beberapa bank AS dan Eropa

Jakarta, IDN Times - Rapat Dewan Komisioner OJK menyampaikan stabilitas sektor keuangan global tengah bergejolak sejalan dengan ditutupnya beberapa bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Hal ini tidak terlepas dari laju kebijakan moneter yang cepat di negara maju dan mulai menekan lembaga keuangan.

"Otoritas negara-negara itu telah bertindak cepat mengatasi masalah itu sehingga mencegah penularan risiko," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), Mahendra Siregar, Senin (3/4/2023).

Baca Juga: Seleksi Dewan Komisioner OJK Dibuka, Simak Syarat dan Ketentuannya!

1. Kondisi ekonomi Indonesia tetap solid

OJK: Stabilitas Keuangan Indonesia Aman di Tengah Gejolak Global  Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia menjelaskan bahwa stabilitas sistem keuangan terjaga dengan intermediasi lembaga jasa keuangan meningkat dan permodalan serta likuiditas di level memadai.

"Hal ini menjadi modalitas penting dalam menghadapi dinamika global yakni pengetatan kebijakan moenter yang menekan stabilita sistem keuangan global bergejolak,"ucapnya.

Adapun beberapa indikator lainnya yakni neraca dagang hingga Februari kembali mencetak surplus 5,48 miliar dolar AS. Surplus ini meningkat dari surplus pada bulan Januari 2023 yang waktu itu tercatat 3,87 miliar dolar AS.

"Kinerja manufaktur juga terus berada zona ekspansi telah berlangsung dalam waktu 18 bulan terakhir. Namun demikian optimisme dan konsumsi masyarakat mencatatkan penurunan tipis terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel (IPR) ini lazim terjadi,"ungkapnya.

2. Pertumbuhan ekonomi global resilient

OJK: Stabilitas Keuangan Indonesia Aman di Tengah Gejolak Global  ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Ia menjelaskan kinerja pertumbuhan ekonomi global di 2023 secara umum berdaya tahan atau resilient yang ditunjukan pasar tenaga kerja AS masih solid dan tekanan inflasi mereda, meski masih berada di tingkat tinggi dan meredanya tekanan pada rantai pasok global.

Lebih lanjut, adanya reopening perekonomian negara China yang berlanjut juga mendorong kegiatan masyarakat dan industri di China yan terus membaik.

"Namun demikian pengetatan kebijakan moneter global akan terus berlanjut seiring peningkatan inflasi sisi permintaan makin tinggi, ditengah dinamika ekonomi global.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Sulit Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi di Akhir Jabatan

3. BI proyeksi suku bunga The Fed capai 5,5 persen

OJK: Stabilitas Keuangan Indonesia Aman di Tengah Gejolak Global  Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Sebelumnya Bank Indonesa memproyeksi suku bunga The Fed hingga akhir tahun berpotensi mencapai 5,5 persen. Arah kebijakan suku bunga acuan ini masih akan mempertimbangkan tekanan inflasi dan perkembangan ekonomi, khususnya kondisi ketenagakerjaan di negara tersebut.

"BI selalu membuat skenario baseline yang probabilitasnya di atas 75 persen kami gunakan semula 5 persen, kami naikan 5,25 persen baseline skenario. Ada potensial skenario yaitu probabilitasnya 51 sampai 75 persen, sehingga Fed fund rate bisa naik 5,5 persen,"ucap Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Kamis (16/3/2023).

Perry menilai, the Fed dalam pertemuan FOMC tentunya akan mempertimbangkan faktor stabilitas sistem keuangan terkait dengan kasus bangkrutnya tiga perbankan di negara itu, yaitu Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Signature Bank.

Namun demikian, BI melihat langkah kuat yang dilakukan oleh the Fed dan otoritas keuangan di AS untuk menyelamatkan tiga perbankan tersebut akan cepat mengembalikan stabilitas sistem keuangan AS. Selain itu, pemerintah federal juga bekerja sama dengan Inggris dan negara lain untuk memitigasi dampak rambatan dari bangkrutnya ketiga bank.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya