Laju Penurunan Kemiskinan Era Jokowi Lebih Rendah dari SBY 

Kemiskinan hanya turun 2,22 persen selama 10 tahun

Intinya Sih...

  • Kemiskinan turun 2,22% selama 10 tahun terakhir
  • Tren kemiskinan menurun setelah naik saat pandemik COVID-19
  • Garis kemiskinan pada Maret 2024 sebesar Rp582.932 per bulan

Jakarta, IDN Times - Kepemimpinan Presiden Joko "Jokowi" Widodo akan segera berakhir pada Oktober 2024. Namun target menurunkan angka kemiskinan diperkirakan tak akan tercapai.

Pada periode pertama kepemimpinannya, yakni 2014, Jokowi memasang target menurunkan angka kemiskinan pada level 7-8 persen dan 6,5 hingga 7,5 persen pada periode kedua.

Baca Juga: Tarif Listrik-Harga BBM Nonsubsidi Tetap, Jokowi Dinilai Kurang Bijak

1. Kemiskinan hanya turun 2,22 persen dalam 10 tahun terakhir

Laju Penurunan Kemiskinan Era Jokowi Lebih Rendah dari SBY Pendamping PKH di Belitung puji kelancaran penyaluran bansos oleh Pos Indonesia. (Dok. Pos Indonesia)

Apabila dirinci, jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau 11,25 persen. Kemudian pada Maret 2024, kemiskinan berada di level 9,03 persen atau 25,22 juta. Artinya, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, kemiskinan hanya turun 2,22 persen.

"Dalam 10 tahun terakhir jumlah penduduk miskin berkurang 3,06 juta orang atau turun 2,22 persen," kata Plt Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS), Imam Machdi, dikutip Rabu (3/7/2024).

Baca Juga: Orang Miskin di NTB Diklaim Turun, BPS Ungkap Lima Penyebabnya! 

2. Tren tingkat kemiskinan menurun

Laju Penurunan Kemiskinan Era Jokowi Lebih Rendah dari SBY Ilustrasi kemiskinan (Pixels.com/Timur Weber)

Jika mengacu data BPS, tren tingkat kemiskinan hingga Maret 2024 mengalami penurunan setelah sempat naik di saat pandemik COVID-19.

Secara tren, angka kemiskinan terus menurun atau lebih rendah dibanding Maret 2023 yang mencapai 25,90 juta penduduk atau sekitar 9,36 persen.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2023–Maret 2024, jumlah penduduk miskin perkotaan turun sebesar 0,1 juta orang, sedangkan di perdesaan turun 0,58 juta orang.

Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,29 persen menjadi 7,09 persen. Sementara itu, di perdesaan turun dari 12,22 persen menjadi 11,79 persen.

Sedangkan, garis kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp582.932 kapita per bulan. Komposisinya Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp433.906 (74,44 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp149.026 (25,56 persen).

Pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,78 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.786.415 rumah tangga miskin per bulan.

Baca Juga: Sejarah Undang-Undang Tapera: Ditolak di Era SBY, Disahkan Jokowi

3. SBY berhasil turunkan angka kemiskinan sekitar 5,4 persen dalam 2 periode kepemimpinan

Laju Penurunan Kemiskinan Era Jokowi Lebih Rendah dari SBY Ilustrasi kemiskinan kota (Pexels.com)

Sementara itu, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhyono (SBY) berhasil menurunkan angka kemiskinan sekitar 5,4 persen dalam dua periode kepemimpinanya pada 2004-2014.

Selama kepemimpinan SBY, penduduk miskin pada 2004 mencapai 36,15 juta orang dengan tingkat kemiskinan sebesar 16,66 persen.

Kemudian, pada masa akhir kepemimpinannya, angka kemiskinan kembali turun ke level 11,25 persen atau setara dengan 28,28 juta. 

Baca Juga: Industri EV RI Kompetitif, Jokowi: Siapa Bisa Mengadang Kita?

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya