Kisah Jatuh Bangun Cat Avian di Krisis Ekonomi 1997-98

Kinerja perusahaan selalu double digit

Jakarta, IDN Times - Komisaris Utama Avia Avian sekaligus CEO Tancorp, Hermanto Tanoko bercerita perseroan sempat menghadapi tantangan terberat dan momen berat di saat terjadi krisis ekonomi pada 1997-1998. Namun, tantangan yang dihadapi bukanlah masalah finansial perusahaan melainkan sisi kinerja pertumbuhan perusahaan.

"Selama saya bekerja sejak 1982, pertumbuhan perusahaan kami selalu meningkat double digit ya, sekitar 40-50 persen. Bukan belasan persen. Kondisi yang paling berat yang kami rasakan itu kejadian saat krisis 1997-1998," tegas Hermanto saat menjadi pembicara dalam Fortune Indonesia Summit (FIS) 2024, di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

1. Perusahaan Avia Avian tak miliki utang saat krisis

Kisah Jatuh Bangun Cat Avian di Krisis Ekonomi 1997-98ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Masalah yang dihadapi perusahaan cat tersebut saat masa krisis bukanlah finansial. Lantaran perseroan tidak memiliki utang dalam mata uang asing, alhasil tidak terpengaruh pada (gejolak) saat itu.

Menurutnya, prinsip untuk tidak berutang telah diajarkan ditanamkan oleh sang ayah.

"Karena kami tidak ada utang dalam mata uang asing, karena papah saya selalu menjaga integritas itu. Jadi, kami tidak mau berutang dalam mata uang asing," ucapnya.

Baca Juga: 5 Keunikan di Fortune Indonesia Summit 2024, Ada Robot Pramusaji!

2. Saat krisis, perseroan justru dapat kepercayaan dari suplier

Kisah Jatuh Bangun Cat Avian di Krisis Ekonomi 1997-98Ilustrasi Avian Brands No Drop (instagram.com/@avianbrands)

Dia menjelaskan saat krisis ekonomi 1997-1998 merupakan kondisi yang berat bagi semua perusahaan. Apalagi, bila terjadi devaluasi maka akan menyalahkan banyak pihak.

Devaluasi adalah suatu bentuk kebijakan pemerintah guna memperbaiki ekonomi negara dengan cara menurunkan nilai mata uang. Langkah tersebut berdampak pada nilai tukar mata uang negara terhadap mata uang asing.

Namun, Hermanto menegaskan kondisi tersebut tidak terjadi pada perusahaan Avian yang dirintis sang ayah sejak dulu.

"Yang kami rasakan selama enam bulan (saat krisis), itu berat sekali. Tapi kami beruntung karena reputasi dipercaya oleh para supplier. Saat  bank-bank tidak dipercaya, jadi semua bahan baku impor mereka kirim tanpa letter of credit. Jadi pertama kali kami tanpa LV setelah barang terima, kami bisa transfer," tegasnya.

Adapun LC adalah  jaminan pembayaran/janji bayar dari issuing bank kepada pihak penerima (beneficiary).

3. Kinerja perusahaan kembali meningkat pasca 6 bulan krisis

Kisah Jatuh Bangun Cat Avian di Krisis Ekonomi 1997-98ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Hermanto kinerja peruaahaan pun mulai meningkat dan membaik di 6 bulan pasca krisis.

"Setelah enam bulan (setelah krisis) perusahaan kami mulai recover dan bertumbuhnya kembali lagi ke double digit. Jadi kami tidak mengalami (kondisi buruk) yang berlarut,  tapi benar-benar itu mimpi buruk atau nightmare karena setiap hari mata uangnya berubah kursnya berubah dan kondisi sosial politik tidak bagus kondisi Indonesia pada saat itu," imbuhnya.

Baca Juga: Avian Brands Donasi Cat untuk Sekolah Luar Biasa dan Panti Asuhan

Topik:

  • Satria Permana
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya