Kelas Menengah Menyusut, Manufaktur Diklaim Bisa Jadi Penopang Ekonomi

Laju manufaktur Juli malah merosot

Intinya Sih...

  • Sektor manufaktur menjadi penopang ekonomi di tengah pandemi COVID-19
  • Laju sektor manufaktur turun, PMI pada Juli 2024 mencapai 49,3
  • Kualitas sektor manufaktur perlu ditingkatkan untuk bersaing dengan produk luar negeri

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan kelas menengah Indonesia menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi karena konsumsi kelompok ini tumbuh sekitar 12 persen setiap tahun sejak 2002. Dia juga menyebut kelas menengah mewakili hampir setengah dari total konsumsi rumah tangga nasional.

“Saat ini, kelas menengah jika digabung dengan aspiring middle class mewakili 64% dari populasi Indonesia dengan jumlah sekitar 167,7 juta orang,” ungkap Airlangga dalam acara Dialog Ekonomi bertema “Peran dan Potensi Kelas Menengah Menuju Indonesia Emas 2045”, yang diadakan sebagai rangkaian acara HUT Kemenko Perekonomian ke-58, di Gedung AA Maramis, Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Meski demikian, jumlah kelas menengah di Indonesia turun akibat pandemik COVID-19.

“Menjaga ketahanan kelas menengah menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga pertumbuhan kelas menengah sangat penting untuk dilakukan Pemerintah,” kata Airlangga.

Baca Juga: Populasi Kelas Menengah RI Menyusut, Chatib Basri Beri Solusi

1. Kelas menengah berperan krusial untuk dorong Indonesia Emas 2045

Kelas Menengah Menyusut, Manufaktur Diklaim Bisa Jadi Penopang EkonomiMenteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam acara Dialog Ekonomi bertema “Peran dan Potensi Kelas Menengah Menuju Indonesia Emas 2045”, yang diadakan sebagai rangkaian acara HUT Kemenko Perekonomian ke-58, di Gedung AA Maramis, Jakarta, Selasa (27/08). (dok. Biro KLIP Kemenko Perekonomian)

Dia mengatakan kelas menengah mempunyai peran krusial untuk mendorong pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045, sekaligus menjaga demokrasi terkait stabilitas sosial.

"Di antaranya untuk menumbuhkan kewirausahaan dan menciptakan lapangan kerja, mendongkrak human capital dan tingkat tabungan, mendorong investasi terutama pada kualitas produksi yang lebih baik, mendorong perubahan sosial dan kebijakan terkait semisal anti korupsi, demokrasi, pelayanan publik, serta pengentasan kemiskinan," papar Airlangga.

Karakteristik utama kelas menengah di Indonesia mencakup pola konsumsi beragam dengan pengeluaran terbesar dialokasikan untuk makanan, diikuti oleh perumahan, kendaraan, kesehatan, pendidikan, hingga hiburan. Berdasarkan karakteristik pekerjaan, sebagian besar pekerja dari kelas menengah memiliki pekerjaan formal, dan lainnya menjalankan bisnis produktif atau menjadi wirausaha.

2. Laju manufaktur merosot, produktivitas ikut anjlok

Kelas Menengah Menyusut, Manufaktur Diklaim Bisa Jadi Penopang EkonomiIlustrasi pabrik. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede mengakui sektor manufaktur menjadi penopang kinerja ekonomi di saat jumlah kelas menengah turun akibat pandemik COVID-19. Terlebih sektor manufaktur mampu menyerap tenaga kerja yang besar dan menciptakan lapangan pekerjaan di sektor formal.

"Yang kami inginkan sektor formal itu di manufaktur. Ini yang perlu menjadi motor perekonomian ke depan. Itu jawabannya," kata Raden dalam acara Investortrust CEO Forum di Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Di sisi lain, laju sektor manufaktur dalam beberapa bulan terakhir terus merosot. Berdasarkan data Standard and Poor (S&P) Global menyebutkan, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 sebesar 49,3 atau turun dibandingkan Juni 2024 yang berada di 50,7.

Posisi ini menunjukkan kontraksi pertama kalinya sejak Agustus 2021 atau setelah 34 bulan berturut-turut ekspansi.

"Persoalannya di kelas menengah karena pilarnya itu sektor manufaktur dan sektor informal yang produktivitasnya tinggi. Namun persoalannya pada akhir-akhir ini harus kita akui sektor manufaktur agak tertekan dan tertinggal," jelasnya.

Baca Juga: Jokowi Minta Cari Tahu Biang Kerok Manufaktur RI Jeblok

3. Kualitas produk harus ditingkatkan

Kelas Menengah Menyusut, Manufaktur Diklaim Bisa Jadi Penopang EkonomiIlustrasi buruh garmen (Dok. KemenkopUKM)

Apabila Indonesia ingin tetap terus bertumbuh dan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita tembus 20 ribu dolar AS atau sekitar Rp308 juta (dengan kurs Rp15.404 per dolar AS), maka seluruh pekerja tidak bisa lagi berpendapatan per kapita 3 ribu dolar AS atau 5 ribu dolar AS.

"Artinya, seluruh sektor manufaktur yang dulu memperkerjakan orang dengan pendapatan 5.000 dolar AS per kapita tidak akan masuk ke program visi 2045. Oleh karena itu, misalkan industri kita menghasilkan garmen dan cotton memproduksi hanya handuk baju kaos atau sarung tidak bisa hanya mempertahnkan barang itu," ujarnya.

Dengan demikian, kualitas dari sektor manufaktur perlu ditingkatkan. Persaingan dengan banyaknya produk luar negeri menjadi hal yang perlu diatasi dan dihadapi. "Kita harus mempu memproduksi seperti misal Uniqlo skrg jadi pekerjanya artinya garmennyabtetap tapi kualits produknya berbeda," tegasnya.

4. Bergsernya struktur ekonomi dari manufaktur ke jasa beri tantangan untuk perpajakan

Kelas Menengah Menyusut, Manufaktur Diklaim Bisa Jadi Penopang Ekonomiilustrasi pajak (Freepik.com)

Dalam dokumen RAPBN 2025, dijelaskan pergeseran struktur ekonomi dari sektor manufaktur ke sektor jasa yang masih mayoritas informal menjadi tantangan bagi sistem perpajakan Indonesia yang sedang menuju visi Indonesia Emas tahun 2045.

"Hal ini disebabkan oleh tidak terdaftarnya pelaku bisnis sektor informal pada sistem perpajakan. Selain itu, pelaku bisnis formal yang terdaftar sebagian besar memiliki peredaran usaha yang kecil/ menengah (kurang dari Rp300,0 juta) sehingga tidak termasuk dalam golongan yang dapat dikenai pajak," jelasnya dokumen RAPBN. 

Baca Juga: Perusahaan Manufaktur Korsel Mau Ekspansi ke KIT Batang

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya