Demo Tolak RUU Pilkada Picu Rupiah Melemah ke Rp15.600 per Dolar AS

Rupiah melemah 100,50 poin

Intinya Sih...

  • Rupiah melemah ke Rp15.600 per dolar AS, turun 100,50 poin atau 0,65 persen dari penutupan sebelumnya.
  • Mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS, termasuk Ringgit Malaysia, Bath Thailand, Yuan China, dan Rupee India.

Jakarta, IDN Times - Kondisi politik di Tanah Air pun turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah yang ditutup makin melemah pada akhir perdagangan, Kamis (22/8/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke level Rp15.600 per dolar AS. Posisi ini terdepresiasi 100,50 poin atau 0,65 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di posisi Rp15.499 per dolar AS 

1. Mata uang di kawasan Asia kompak melemah

Rupiah terpantau melemah tidak sendirian karena semua mata uang di kawasan Asia ikut terkoreksi terhadap dolar AS, beberapa di antaranya:

  • Ringgit Malaysia melemah 0,06 persen 
  • Bath Thailand melemah 0,24 persen 
  • Yuan China melemah  0,07 persen
  • Rupee India lesu 0,03 persen

Baca Juga: Sentimen Politik Tumbangkan Rupiah ke Rp15.545 per Dolar AS

2. Pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi demo

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pelemahan rupiah tidak hanya disebabkan oleh demo tolak RUU Pilkada yang dilaksanakan di beberapa wilayah. 

"Saya kira pelemahan rupiah yang terjadi tidak serta merta disebabkan oleh demo yang dilakukan saat ini," ujarnya. 

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi hari ini juga tidak terlepas dari respons pasar terkait kondisi perekonomian global. 

"Misalnya dari Amerika Serikat, meskipun peluang dipangkasnya suku bunga acuan Bank Sentral AS mengalami peningkatan tetapi di-setting bersamaan terjadi kekhawatiran terkait resesi yang bisa dialami oleh perekonomian Negeri Paman saham tersebut," tuturnya. 

Baca Juga: Sri Mulyani Komentari Target Rupiah pada RAPBN 2025

3. Prospek ekonomi dua negara pengaruhi ekonomi global

Di sisi lain pasar keuangan di China juga merespons perekonomian negara itu yang tidak mengalami banyak perubahan, sehingga lesunya perekonomian China memberikan dampak terhadap optimisme pasar keuangan terkait prospek perekonomian negara, terutama pada tahun ini.

Adapun ketidakpastian yang muncul akibat prospek perekonomian dua negara penggerak ekonomi global, yaitu Amerika Serikat, dan China.

"Saya kira investor saat ini relatif mencari penempatan dana yang relatif aman dan mata uang dolar AS masih menjadi incaran atau tujuan utama investor dalam menempatkan aset mereka di dalam situasi seperti saat ini," ucapnya. 

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya