BI Akui Kondisi Ekonomi Global Masih Sulit dan Menantang 

BI masih akan hadapi risiko VUCA

Intinya Sih...

  • Ekonomi Indonesia stabil dan kuat di tengah kondisi global sulit
  • Inflasi terkendali, pangan turun ke level yang lebih terkendali
  • Tantangan BI kedepan semakin berat, situasi VUCA meningkat dengan pandemik COVID-19, konflik global, dan perang dagang

Jakarta, IDN Times - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, mengatakan kondisi perekonomian global masih berada dalam kondisi sulit dan menantang. Meski begitu, kondisi ekonomi Indonesia masih stabil dan kuat. 

Hal ini disampaikan Destry saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di Komisi XI DPR.

"Alhamdulillah, di tengah kondisi ekonomi global yang cukup sulit, Indonesia masih dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan yang cukup solid. Ekonomi tumbuh 5,05 persen di tahun 2023, dan terus tumbuh 5,11 persen di kuartal I 2024, dan diperkirakan 2024 dan 2025 akan berada di range 4,7 persen sampai 5,5 persen, dan 4,8 persen sampai 5,6 persen," katanya dalam rapat tersebut, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2024).

1. Inflasi Indonesia masih terkendali

BI Akui Kondisi Ekonomi Global Masih Sulit dan Menantang Ilustrasi penurunan inflasi (istockphoto.com/Mongkol Onnuan)

Sementara inflasi terkendali di level 2,61 persen yoy di 2023, dan mencapai 3 persen secara yoy pada April 2024. Adapun inflasi inti berada di level 1,82 persen atau sesuai target yang dipasang BI di kisaran 1,5 persen sampai 3,5 persen di 2024.

Dalam kesempatan itu Destry juga menyampaikan terima kasih atas kinerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi pangan. Menurutnya inflasi pangan terus mengalami penurunan ke level yang lebih terkendali.

"Inflasi pangan atau volatile food yang selama ini menjadi momok bagi perekonomian kita, khususnya inflasi dapat secara bertahap turun ke level yang lebih manageable," ungkapnya.

Baca Juga: Mengenal Istilah Inflasi dan Deflasi, Mengapa Bisa Terjadi?

2. BI beberkan risiko VUCA yang masih dihadapi global

BI Akui Kondisi Ekonomi Global Masih Sulit dan Menantang ilustrasi ekonomi (Freepik.com)

Ia menjelaskan tantangan yang akan dihadapi Bank Indonesia kedepan akan semakin berat karena masih berkaitan dengan dengan volatility, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA) yang masih tinggi. 

"Volatility sebabkan perubahan sangat dinamis cepat dan tidak bisa diprediksi kemudian ditambah uncertinty sebab kondisi saat ini tidak jelas dan masa depan jadi sulit diprediksi dan compelexity sebab semua saling berkaitan setiap saat dan ambiguity sebab kurangnya penjelasan jadi semakin gelap dan membingungkan dalam membuat sisi kebijakan," tegasnya. 

Ternyata situasi VUCA, kata Destry, bukannya berkurang justru meningkat seperti yang terjadi saat ini yakni pandemik COVID-19, konflik Rusia-Ukraina, hingga Israel-Palestina dan diikuti perang dagang makin memanas dari AS dan Tiongkok selanjutnya ada isu perubahan iklim. 

"Belum lagi hadapi situasi higher for longer dan fragmentasi ekonomi yang akhirnya bisa mendorong penguatan US dolar terhadap mata uang lainnya dan akan berpotensi mendorong terjadinya capital outflow dari negara emerging market, termasuk Indonesia," tegasnya.

Baca Juga: Syarat dan Cara Menukar Uang Rupiah Rusak atau Cacat di Bank Indonesia

3. BI akan pererat koordinasi dan sinergi

BI Akui Kondisi Ekonomi Global Masih Sulit dan Menantang ilustrasi Bank Indonesia (unsplash.com/Aini Rahmadini)

Berdasarkan perkembangan tersebut, Destry menegaskan untuk menjadi BI yang adaptif, inovatif, dan agile saja tidak cukup. Sebab, permasalahan yang dihadapi semakin kompleks dan tinggi intensitas dan magnitudenya.

Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi sisi kebijakan dan implementasi antara Bank Indonesia, pemerintah, otoritas lembaga, DPR dan industri dan lembaga lainnya. 

"Pemulihan ekonomi global berjalan lambat dengan ketidakpastian yang masih tinggi dan beberapa terjadi (perbedaan) inflasi negara maju dan negara berkembang. Kemudian inflasi masih di atas target dan untuk emerging market inflasi masih di bawah target mereka," ucapnya. 

Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksi Pertumbuhan  Ekonomi QI Lebih Baik dari Q4

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya