Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Melemah Tipis di Rp15.355,5 per Dolar AS 

Surplus neraca dagang topang pergerakan rupiah

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah tipis pada penutupan perdagangan, Jumat (15/9/2023). Rupiah melemah tipis ke level Rp15.355,5 per dolar AS sore ini.

Mengutip Bloomberg hingga pukul 15.15 WIB, mata uang Garuda mengalami perubahan 0,50 poin dibandingkan penutupan pada Kamis (14/9/2023), yakni di level Rp15.355 per dolar AS.

Baca Juga: Data Ekonomi AS Solid, Rupiah Lesu ke Rp15.375,5 per Dolar AS

1. Mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah

Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS sore ini, di antaranya Yen Jepang mencatat pelemahan terdalam yakni 0,19 persen, disusul pesso Filipina yang melemah 0,10 persen, won Korea melemah 0,03 persen.

Kemudian dolar Taiwan melemah 0,01 persen, rupiah melemah 0,007 persen dan rupee India melemah 0,001 persen terhadap dolar AS.

Baca Juga: [QUIZ] Tebak Simbol Mata Uang, Ada yang Kamu Kenali?

2. Surplus neraca dagang dorong pergerakan rupiah

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan rupiah hari ini disebabkan oleh berbagai faktor eksternal dan dalam negeri. Dalam negeri, neraca dagang mencatatkan surplus 3,12 miliar dolar AS pada Agustus dibandingkan capaian bulan sebelumnya sebesar 1,31 miliar dolar AS.

Kondisi neraca dagang Agustus, mendorong surplus neraca dagang surplus selama 40 bulan berturut-turut.

"Surplus neraca dagang ditopang komoditas non migas tercatat 4,47 miliar dolar AS. Kemudian penyumbang surplus utama yakni lemak dan hewan nabati HS 15, bahan bakar mineral HS 27, besi dan baja HS 72," jelasnya.

Sementara itu, faktor eskternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah masih berasal dari The Fed yang masih mempertahankan sikap hawkish.

Kondisi ini pun mendorong indeks dolar semalam melonjak setelah data penjualan ritel AS mendapat dorongan dari harga bensin yang lebih tinggi atau meningkat 0,6 persen pada bulan Agustus dibandingkan perkiraan kenaikan 0,2 persen.

"Federal Reserve diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu depan, namun ketahanan perekonomian kemungkinan berarti bahwa bank sentral AS akan mengulangi sikap hawkishnya," ungkapnya.

2. Inflasi AS masih naik belum turun sesuai harapan

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar AS bergerak menguat ke atas level 105 pasca rilis data semalam menunjukan bahwa pereknomian AS masih solid.

"Data penjualan ritel bulan Agustus menunjukkan pertumbuhan bulanan 0,6 persen vs sebelumnya 0,2 persen. Data klaim tunjangan pengangguran mingguan menunjukkan jumlah klaim yang di bawah ekspektasi 220 ribu vs 225 ribu," ungkapnya. 

Kemudian data inflasi produsen bulan Agustus mengonfirmasi bahwa inflasi di AS masih naik, belum turun sesuai harapan. Data ekonomi AS yang solid ini mendukung kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS.

Baca Juga: Heboh Uang Mutilasi, BI Tetapkan Syarat Khusus untuk Tukar Uang Rusak

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya