AirAsia Butuh Dana Segar 80 Juta Dolar AS, untuk Apa?
Intinya Sih...
- Tony Fernandes ingin mendapatkan dana segar 80 juta dolar AS atau Rp1,24 triliun untuk pengadaan 100 pesawat.
- AirAsia akan membidik dana segar dari pasar modal Indonesia sebesar 50 juta dolar AS atau Rp775 triliun dan sisanya dari perbankan.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - CEO Capital A, induk AirAsia, Tony Fernandes megincar dana segar 80 juta dolar AS atau setara Rp1,24 triliun untuk pengadaan 100 pesawat.
Dari kebutuhan itu, perusahaan membidik dana segar dari pasar modal Indonesiasebesar 50 juta dolar AS atau Rp775 triliun, namun dia masih enggan menjelaskan aksi korporasi yang akan dilakukan. Sementar sisanya dari perbankan.
"Saya berharap dapat mengumpulkan sekitar 50 juta dolar AS di IDX dan karena ini akan memakan waktu lama, kami ingin mendapatkan pembiayaan bank di kisaran 30 juta dolar AS hingga 40 juta dolar AS,” kata Tony kepada wartawan, Kamis (5/9/2024).
1. Target 100 pesawat akan dipenuhi dalam 5 tahun ke depan
Untuk saat ini, AirAsia memiliki 30 unit pesawat. Targetnya AirAsia akan memiliki 100 pesawat setidaknya dalam 5 tahun ke depan.
Di sisi lain, Tony menjelaskan induk PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) akan mengubah pinjaman menjadi ekuitas.
"Strategi pertama saya, setelah COVID adalah meningkatkan modal di Indonesia," ujar Tony.
"Grup AirAsia telah memberikan banyak pinjaman ke CMPP. Kami akan mengubah pinjaman tersebut menjadi ekuitas,” tambah dia.
Baca Juga: AirAsia Operasikan 3.281 Penerbangan Dorong Pariwisata di ASEAN
Editor’s picks
2. Sektor pariwisata di RI punya potensi besar untuk dikembangkan
Tony menegaskan sektor pariwisata di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong AirAsia ikut mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia.
Melalui penambahan armada, AirAsia berharap bisa meningkatkan layanan penerbangannya. Saat ini Air Asia menguasai pangsa pasar global sekitar 16 psrsen, sedangkan di dalam negeri sekitar 11 persen.
3. AirAsia berencana bangun hanggar besar untuk dukung perawatan maskapai
Untuk mendorong sektor pariwisata, bandara tidak hanya mengumpulkan uang, tetapi juga turut dalam membantu pengembangan industri penerbangan. Karena itu, AirAsia berencana untuk membangun hanggar besar di Indonesia dan menciptakan zona perdagangan bebas untuk mendukung industri perawatan dan manufaktur pesawat.
Ada peluang besar di sektor layanan penerbangan, termasuk kargo dan pemeliharaan pesawat (MRO). Pihaknya juga akan berupaya melobi pemerintah untuk mencari solusi dalam menurunkan harga tiket pesawat.
"Biaya operasional yang tinggi, terutama terkait bahan bakar dan pajak impor suku cadang pesawat, kami telah melobi pemerintah selama bertahun-tahun untuk menurunkan biaya ini agar maskapai penerbangan dapat menurunkan harga tiket dan kami ingin membuat penerbangan di Indonesia lebih terjangkau," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada 9 Mei 2024, pendapatan perusahaan meningkat 75,24 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp6,62 triliun. Denpasar menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp2,63 triliun, diikuti oleh Jakarta senilai Rp2,58 triliun, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat Rp784 miliar dan Rp624 miliar.
Baca Juga: Bos AirAsia Bakal Temui Luhut Cari Solusi Harga Tiket Pesawat Mahal